Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Jl. Yahim No.49 Sentani Jayapura Kotak Pos 256 Sentani Jayapura Papua 99352
Telp. (0967) 592179, Faks. (0967) 591235
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Bawang merah merupakan komoditas sayuran penting, strategis, dan bernilai ekonomi tinggi di Indonesia. Peningkatan produktivitas dan kualitas terus-menerus diupayakan, salah satunya melalui pemanfaatan biji true shallot seed (TSS) sebagai sumber benih berkualitas. Dalam rangka penyediaan benih berkualitas melalui biji, peran media dan perlakuan lain sangat diperlukan. Percobaan ini bertujuan untuk memperoleh kombinasi media dan penyungkupan terbaik terhadap perkecambahan TSS bawang merah varietas Trisula. Percobaan dilaksanakan di rumah kasa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Papua pada bulan April–Mei 2019. Bahan yang digunakan yaitu biji TSS bawang merah varietas Trisula. Perlakuan yang diuji adalah kombinasi media dan penyungkupan, yaitu P-1 = tanah + sekam (1:1, v/v) tutup goni; P-2 = tanah + sekam (1:1, v/v) tanpa tutup goni; P-3 = tanah + sekam (2:1, v/v) tutup goni; P-4 = tanah + sekam (2:1, v/v) tanpa tutup goni; P-5 = tanah + pupuk kandang (pukan) (2:1, v/v) tutup goni; P-6 = tanah + pukan (2:1, v/v) tanpa tutup goni; P-7 = tanah + sekam + pukan (2:1:1, v/v/v) tutup goni; P-8 = tanah + sekam + pukan (2:1:1, v/v/v) tanpa tutup goni; P-9 = tanah + sekam + pukan (1:1:1, v/v/v) tutup goni; dan P-10 = tanah + sekam + pukan (1:1:1, v/v/v) tanpa tutup goni. Percobaan disusun menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Hasil percobaan menunjukkan pengaruh nyata kombinasi media dan penyungkupan terhadap perkecambahan biji bawang merah untuk semua peubah yang diukur. Kombinasi perlakuan terbaik ditunjukkan oleh media tanah + pukan (1;1, v/v) tanpa tutup goni dengan persentase perkecambahan biji mencapai 78,3%, indeks vigor 19,9%, dan kecepatan tumbuh 22,5%. Hasil percobaan ini dapat digunakan untuk melakukan perkecambahan biji TSS pada varietas yang lain. Kata kunci: bawang merah, biji bawang merah, media, penyungkupan,
perkecambahan
PENDAHULUAN
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran penting, strategis, dan bernilai ekonomi tinggi di Indonesia. Komoditas ini telah dibudidayakan hampir di seluruh wilayah Indonesia dengan sentra produksi utama terdapat di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Jawa Barat dengan total luas area tanam mencapai 158,172 ha (Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura 2018a). Total produksi bawang merah pada tahun 2017 mencapai 1.470.155 ton dengan produktivitas 9,31 t/ha (Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura
2018bc). Revenue cost ratio (RC rasio) usaha tani cabai dapat mencapai 2,51 (Ridiyanto et al. 2017) dengan harga jual berkisar antara Rp18.000–Rp35.000/kg bergantung pada jenis dan kualitasnya (Infopangan.jakarta.go.id 2019). Sementara kebutuhan benih/bibit bawang merah yang berasal dari umbi per tahun diperkirakan mencapai 158,2–379,6 t/ha, dengan perhitungan kebutuhan umbi berkisar antara 1–2,4 t/ ha (Basuki 2009; Alamtani 2019). Meski nilai ekonomi dan potensi pengembangan bawang merah sangat besar, kemajuan agribisnis tanaman ini dihadapkan pada masalah ketersediaan benih/bibit berkualitas secara berkesinambungan.
Salah satu masalah utama dalam usaha peningkatan produksi, produktivitas, dan kualitas bawang merah adalah terbatasnya ketersediaan benih bermutu (Putrasamedja dan Permadi 2001). Pada umumnya, petani membudidayakan bawang merah menggunakan umbi sebagai bahan tanam karena penanaman dengan umbi dianggap lebih praktis dan mudah serta memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi. Harga benih umbi bawang merah berkisar Rp30.000–Rp40.000/kg dan untuk satu hektare lahan dibutuhkan biaya benih hingga Rp40.000.000 (Idris 2016). Sementara bila menggunakan benih dalam bentuk biji true shallot seed (TTS), biaya benih untuk setiap hektare lahan hanya mencapai Rp6.000.000. Oleh karena itu, penggunaan biji TSS untuk mendukung agribisnis bawang merah sangat potensial untuk dikembangkan dan dijadikan sumber benih yang baik.
Keunggulan penggunaan TSS bila dibandingkan dengan umbi yaitu penggunaan biji lebih sedikit, setiap hektare hanya berkisar 3.0–7,5 kg sehingga biaya menjadi lebih murah. Jika rata-rata harga TSS per kg Rp1.000.000 maka hanya dibutuhkan biaya Rp3.000.000–Rp7.500.000 atau mampu menghemat biaya benih 62,5–80% (Idris 2016). Selain itu, penyimpanan benih lebih mudah karena ukuran biji yang kecil sehingga tidak membutuhkan ruangan yang besar untuk penyimpanan. Umur simpan benih juga lebih lama sehingga fleksibel dan dapat ditanam saat dibutuhkan (Pangestuti dan Sulistyaningsih 2011).
Penggunaan biji TSS dalam budi daya bawang merah memerlukan tahap penyemaian biji. Selanjutnya untuk mendukung proses perkecambahan biji TSS, pemilihan
Pengaruh Kombinasi Media Tanam dan Penyungkupan Terhadap Perkecambahan Biji Bawang Merah Varietas Trisula
(Eko Binti Lestari dan Ressa Rindiani)
dan penggunaan media dan perlakuan yang sesuai sangat diperlukan (Sumarni et al. 2001; Sopha dan Basuki 2010; Sopha et al. 2015). Media semai TSS dapat berupa campuran tanah, pasir, dan kompos atau pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1 (v/v/v), tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1 (v/v) atau 4:1 (v/v), serta pasir dan arang sekam dengan perbandingan 1:1 (Sumarni et al. 2001; Sopha et al. 2015), campuran tanah sawah Alluvial, pasir, dan pupuk kandang (1:1:1, v/v/v) (Sopha dan Basuki 2010), atau campuran tanah, pasir, dan pupuk kandang (1:1:, v/v/v). Sementara penggunaan tanah, pupuk kandang, sekam, dan penyungkupan serta kombinasinya untuk perkecambahan biji TSS bawang merah masih terbatas publikasinya. Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan untuk memperoleh kombinasi media dan penyungkupan terbaik terhadap perkecambahan biji TSS bawang merah varietas Trisula.
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan
Percobaan dilaksanakan di rumah kasa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Papua, yang memiliki kelembapan ruang rata-rata 81,8% pada sore hari, dengan ketinggian lokasi ± 100–500 m dpl. Percobaan dilakukan pada bulan April–Mei 2019.
Bahan dan Alat Percobaan
Bahan yang digunakan adalah benih TSS bawang merah varietas Trisula yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa), tanah, pupuk kandang, dan arang sekam. Alat yang digunakan yaitu baki plastik, karung goni, termometer, perangkat uji tanah kering (PUTK), handsprayer, alat tulis, dan kamera.
Persiapan Percobaan
Kegiatan penyemaian dilakukan menggunakan baki plastik berukuran 28 cm x 36 cm, diisi media semai sesuai perlakuan dengan kedalaman 7,5 cm dan disiram dengan air secukupnya. Penyemaian dilakukan dengan cara membuat lubang tanam dengan jarak ± 2 cm dengan kedalaman ± 1 cm. Biji dimasukkan ke dalam lubang tanam lalu ditutup dengan media yang sama. Setiap baki plastik ditanam 100 biji TSS. Penutupan karung goni dilakukan selama 3 hari. Penyiraman dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore dengan menggunakan handsprayer.
Perlakuan Percobaan
Kombinasi perlakuan yang diuji pada percobaan adalah P-1 = tanah + sekam (1:1, v/v) tutup goni; P-2 = tanah + sekam (1:1, v/v) tanpa tutup goni; P-3 = tanah + sekam (2:1, v/v)
tutup goni; P-4 = tanah + sekam (2:1, v/v) tanpa tutup goni; P-5 = tanah + pupuk kandang (pukan) (2:1, v/v) tutup goni; P-6, tanah + pukan (2:1, v/v) tanpa tutup goni; P-7 = tanah + sekam + pukan (2:1:1, v/v/v) tutup goni; P-8 = tanah + sekam + pukan (2:1:1, v/v/v) tanpa tutup goni; P-9 = tanah + sekam + pukan (1:1:1, v/v/v) tutup goni; dan P-10 = tanah + sekam + pukan (1:1:1, v/v/v) tanpa tutup goni. Percobaan disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga ulangan. Tiap ulangan terdapat dua baki dan tiap baki berisi 100 biji TSS.
Peubah Percobaan
Variabel pengamatan yang diukur pada percobaan adalah persentase daya berkecambah, indeks vigor, dan kecepatan tumbuh yang diamati setiap hari selama 8 hari.
a. Indeks vigor (IV), menggambarkan vigor kecepatan tumbuh (Sadjad et al. 1999), dihitung dengan rumus:
IV= Keterangan: IV = indeks vigor
G = jumlah benih yang berkecambah pada hari tertentu D = waktu yang bersesuaian dengan G
N = jumlah hari pada perhitungan akhir
b. Kecepatan tumbuh, merupakan tolak ukur vigor kekuatan tumbuh benih, dihitung dengan rumus:
Kct = Keterangan:
Kct = kecepatan tumbuh
% Kn = persentase kecambah normal pada hari tertentu Etmal = 24 jam
c. Persentase daya kecambah benih dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Kriteria benih yang dapat dinyatakan berkecambah adalah adanya pemunculan tunas setinggi 0,5 cm di atas permukaan tanah.
Pengolahan dan Penyajian Data Percobaan
Data yang diperoleh pada percobaan dianalisis menggunakan analisis sidik ragam (anova) pada taraf kepercayaan 95%. Bila hasil pengujian menunjukkan adanya pengaruh yang nyata, pengujian dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (Duncan Multiple Range Test/DMRT) pada taraf kepercayaan 95%. Data selanjutnya ditampilkan dalam bentuk grafik dan tabel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan secara berkala menunjukkan bahwa perkecambahan biji TSS bawang merah varietas Trisula mulai terjadi pada hari ke-3 setelah semai (HSS). Pada hari ke-3, persentase perkecambahan biji berkisar antara 0–19% dengan indeks vigor 0–19% dan kecepatan tumbuh 0–9%. Nilai hasil pengukuran ketiga peubah tersebut terus bertambah hingga akhir percobaan. Pada pengamatan terakhir, persentase perkecambahan biji bawang merah berkisar antara 11,3–80%, indeks vigor 5,3–16,3% dan kecepatan tumbuh 0,21–2,58%/ etmal (Gambar 1, 2, dan 3). Dari hasil pengukuran juga terlihat bahwa tiap perlakuan memberikan tren data hasil pengukuran yang berbeda.
Pada percobaan ini perlakuan jenis media dan penyungkupan berpengaruh nyata terhadap keberhasilan perkecambahan biji TSS bawang merah. Perlakuan terbaik ditunjukkan oleh media tanah + pupuk kandang (1:1, v/v) tanpa tutup goni dan berbeda nyata dengan media tanah + sekam + pupuk kandang pada dua konsentrasi yang berbeda, baik yang
ditutup maupun yang tidak ditutup goni, meski pada peubah daya kecambah perlakuan ini tidak berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Kombinasi perlakuan ini memiliki persentase perkecambahan benih hingga 78,3% dengan indeks vigor dan kecepatan tumbuh tertinggi, masing-masing 19,9% dan 22,5% dibanding perlakuan lain (Tabel 1). Perlakuan terbaik kedua ditunjukkan oleh kombinasi tanah + sekam (2:1, v/v) tutup goni. Sementara hasil terendah diperlihatkan oleh kombinasi perlakuan tanah + sekam + pupuk kandang (1:1:1, v/v/v) tanpa tutup goni. Secara keseluruhan, hasil percobaan ini juga menunjukkan bahwa penyungkupan dengan karung goni umumnya menurunkan potensi perkecambahan benih. Oleh karena itu, perlakuan penyungkupan dengan karung goni tidak disarankan untuk digunakan dan diuji lebih lanjut.
Dari hasil percobaan ini dapat dibuktikan bahwa kombinasi media tanam dan penyungkupan mampu memberikan pengaruh nyata terhadap perkecambahan benih TSS bawang merah
Gambar 1. Persentase perkecambahan benih TSS bawang merah varietas Trisula
P-1 = tanah + sekam (1:1, v/v) tutup goni; P-2 = tanah + sekam (1:1, v/v) tanpa tutup goni; P-3 = tanah + sekam (2:1, v/v) tutup goni; P-4 = tanah + sekam (2:1, v/v) tanpa tutup goni; P-5 = tanah + pupuk kandang (pukan) (2:1, v/v) tutup goni; P-6 = tanah + pukan (2:1, v/v) tanpa tutup goni; P-7 = tanah + sekam + pukan (2:1:1, v/v/v) tutup goni; P-8 = tanah + sekam + pukan (2:1:1, v/v/v) tanpa tutup goni; P-9 = tanah + sekam + pukan (1:1:1, v/v/v) tutup goni; P-10 = tanah + sekam + pukan (1:1:1, v/v/v) tanpa tutup goni.
Gambar 2. Persentase indeks vigor benih TSS bawang merah varietas Trisula
Gambar 3. Persentase kecepatan tumbuh benih TSS bawang merah varietas Trisula
Tabel. 1. Pengaruh perlakuan media dan penyungkupaan terhadap perkecambahan biji TSS bawang merah varietas Trisula Perlakuan kecambah Daya
(%)
Indeks
vigo(%) tumbuh (%)Kecepatan
Tanah + sekam = 1:1
Tutup goni 79,33 a 16,33 bc 19,06 bc Tanpa tutup goni 68,67 a 13,99 c 17,03 c Tanah + sekam = 2:1
Tutup goni 79,33 a 17, 23 b 22,21 ab
Tanpa tutup goni 80,00 a 15,46 bc 21,36 ab
Tanah + pukan = 1:1
Tutup goni 78,00 a 17,58 ab 19,27 bc
Tanpa tutup goni 78,33 a 19,89 a 22,53 a
Tanah + sekam + pukan = 2:1:1
Tutup goni 49,00 b 8,46 d 13,54 d
Tanpa tutup goni 45,00 b 5,64 e 7,03 e
Tanah + sekam + pukan = 1:1:1
Tutup goni 25,33 c 3,21 f 4,90 ef
Tanpa tutup goni 11,33 d 0,99 f 2,30 f
Angka dalam satu kolom yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf kepercayaan 95%.
Pengaruh Kombinasi Media Tanam dan Penyungkupan Terhadap Perkecambahan Biji Bawang Merah Varietas Trisula
(Eko Binti Lestari dan Ressa Rindiani)
varietas Trisula. Perlakuan terbaik ditunjukkan oleh kombinasi perlakuan media tanah + pupuk kandang (1:1, v/v) tanpa tutup goni dengan 78,3% daya kecambah, 19,9% indeks vigor, dan 22,5% kecepatan tumbuh. Ini berarti bahwa perkecambahan biji TSS pada percobaaan ini utamanya hanya dipengaruhi oleh media tanam. Hasil percobaan yang lain, campuran media tanah sawah alluvial, pasir, dan pupuk kandang (1:1:1, v/v/v) mampu menginduksi pertumbuhan biji TSS hingga 46,5% (Sopha dan Basuki 2010). Penggunaan kombinasi tanah + pupuk kandang + cocopeat (1:1:1, v/v/v) menghasilkan daya kecambah biji 28,6% (Sopha et al. 2015). Kombinasi tanah + kompos + bubuk arang aktif mampu menstimulasi perkecambahan biji hingga 73% (Sudaryono 2017). Dari ketiga hasil percobaan pembanding tersebut ternyata penggunaan media tanah dan pupuk kandang memberikan hasil yang lebih baik dibanding hasil percobaan yang dilakukan oleh Sopha dan Basuki (2010), Sopha et al. (2015), dan Sudaryono (2017). Oleh karena itu, pemanfaatan dan penggunaan media tanah dan pupuk kandang (1:1, v/v) disarankan dapat diaplikasikan untuk pengecambahan biji TSS bawang merah varietas yang lain. Diduga campuran media tanah + pupuk kandang (1:1, v/v) lebih sesuai dan memiliki unsur hara, kadar air, dan aerasi yang baik untuk perkecambahan biji TSS bawang merah, seperti yang dinyatakan oleh Nicholls (1993).
KESIMPULAN
Percobaan kombinasi media dan penyungkupan memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap perkecambahan biji TSS bawang merah varietas Trisula. Persentase perkecambahan benih tertinggi yang mencapai 78,3%, indeks vigor 19,9%, dan kecepatan tumbuh 22,5% ditunjukkan oleh media tanah + pukan (1;1, v/v) tanpa tutup goni.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rohimah Handayani Sri Lestari, S.P., M.Sc. yang telah memberikan izin untuk mengambil sebagian data penelitiannya untuk dipublikasikan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Dr. Drs. Budi Winarto, M.Sc. yang telah memberikan pendampingan dan bimbingan kepada penulis selama proses review-revisi dan penyempurnaannya hingga naskah ini layak dipublikasi di Buletin Teknik Pertanian. Terima kasih untuk rekan-rekan teknisi litkayasa yang telah membantu pelaksanaan percobaan di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Alamtani. 2019. Panduan praktis budidaya bawang merah. https://alamtani.com/budidaya-bawang-merah/ [13 Mei 2019].
Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Hortikultura.2018a. Luas Panen Bawang Merah Menurut Provinsi, 2015-2017. http://www.pertanian.go.id/ home/?show=page&act=view&id=61. [25 September 2018].
Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Hortikultura.2018b. Produksi Bawang Merah Menurut Provinsi, 2015-2017. http://www.pertanian.go.id/ home/?show=page&act=view&id=61. [25 September 2018].
Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Hortikultura.2018c. Produktivitas Bawang Merah Menurut Provinsi, 2015-2017 .http://www.pertanian.go.id/ home/?show=page&act=view&id=61. [25 September 2018].
Basuki, R.S. 2009. Analisis kelayakan teknis dan ekonomis teknologi budidaya bawang merah dengan benih biji botani dan benih umbi tradisional. J. Hort. 19(2): 214–217. Idris, M. 2016. Bibit Bawang Merah Mahal: Benih Rp 6 juta
dan Umbi Rp 40 juta. https://finance.detik.com/berita- ekonomi-bisnis/d-3190518/bibit-bawang-merah-mahal-benih-rp-6-juta-umbi-rp-40-juta [18 Mei 2019].
Infopangan.jakarta.go.id. 2019. Daftar Perubahan Harga Bawang Merah. https://infopangan.jakarta.go.id/publik/ dashboard/12 [18 Mei 2019].
Nicholls, R. C. 1993. Hidroponik Tanaman Tanpa Tanah. Dahara Prize, Semarang 195 hlm.
Pangestuti, R. dan E. Sulistyaningsih. 2011. Potensi penggunaan true seed shallot (TSS) sebagai sumber benih bawang merah di Indonesia. Prosiding Semiloka Nasional Dukungan Agro-Inovasi untuk Pemberdayaan Petani Kerjasama UNDIP, BPTP Jateng, dan Pemprov Jateng, Semarang.
Putrasamedja, S. dan A.H. Permadi. 2001. Varietas bawang merah unggul baru Kramat-1, Kramat-2, dan Kuning. J. Hort. 11(2):143–147.
Ridiyanto, T., Soetoro dan T. Hardiyanto. 2017. Analisis usahatani cabai merah (Capsicum Annum L.) varietas Hot Beauty. (Studi kasus di desa Sukamaju Kecamatan Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agroinfo Galuh 4(2): 132–139.
Sadjad, S., E. Murniati dan S. Ilyas. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih dari Komparatif ke Simulatif. PT. Grasindo - PT. Sang Hyang Seri, Jakarta. 185 hlm.
Sopha, G.A. dan R.S. Basuki. 2010. Pengaruh komposisi media semai lokal terhadap pertumbuhan bibit bawang merah asal biji (true shallot seed) di Brebes. Bionatura-Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati dan Fisik, 12(1): 1–4.
Sopha, G.A., N. Sumarni, W. Setiawati dan Suwandi. 2015. Teknik penyemaian benih true shallot seed untuk produksi bibit dan umbi mini bawang merah. J. Hort. 2(4): 318−330 Sudaryono, T. 2017. Influence of modification of growth
medium and using of plant growth regulator to enhance growing power and growth of true seed of shallot (TSS). Biotika 6(19): 3−8
Sumarni, N., R. Rosliani dan Suwandi. 2001. Pengaruh kerapatan tanaman dan jenis larutan hara terhadap produksi umbi mini bawang merah asal biji dalam kultur agregat hidroponik. Jurnal Hortikultura. 11(3): 163–169.