• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. HASIL ESTIMASI MODEL DAN PEMBAHASAN

6.6. Blok Kemiskinan

Jumlah penduduk miskin yang dimaksud di sini yaitu poverty head count ratio yaitu rasio antara jumlah penduduk miskin terhadap jumlah penduduk. Pengukuran tingkat kemiskinan seperti ini telah lazim digunakan misalnya studi Mehmood and Sadiq (2010) di Pakistan. Jumlah penduduk miskin dalam studi ini dipisahkan menjadi dua bagian berdasarkan lokasi pemukimannya yaitu kemiskinan perdesaan dan kemiskinan perkotaan.

6.6.1. Kemiskinan Perkotaan

Penduduk miskin perkotaan umumnya lebih banyak ditemukan di sektor jasa-jasa informal dengan tingkat pendidikan yang relatif rendah. Kelompok masyarakat miskin juga memiliki keterampilan yang rendah sehingga produktivitasnya juga menjadi sangat rendah. Sebagai akibatnya kelompok masyrakat ini terjebak pada masalah lingkaran kemiskinan. Terkait dengan karakteristik kehidupannya, peubah yang dipandang tepat untuk menjelaskan kemiskinan perkotaan adalah tingkat upah nominal pada sektor industri (WAGEINDN), output atau PDRB perkapita sektor industri (PDRBINDk), belanja pemerintah daerah untuk pendidikan dan kesehatan (GEEDUHE), pengeluaran konsumsi rumah tangga non makanan perkapita (PKRTNMk), dan

139 jumlah penduduk miskin perkotaan periode sebelumnya (LHUPOV). Setelah dilakukan estimasi, kelima peubah ini memberikan tanda yang sesuai dengan hipotesis dan sesuai dengan teori ekonomi. Empat peubah yang disebutkan pertama menunjukkan tanda negatif dan peubah jumlah penduduk miskin perkotaan periode sebelumnya menunjukkan tanda positif.

Pengaruh negatif dan nyata yang ditunjukkan oleh peubah output atau PDRB sektor industri terhadap tingkat kemiskinan di perkotaan selaras dengan teori ekonomi dan hipotesis penelitian. Secara teoritis, tanda koefisien tersebut mengandung pesan bahwa pengembangan aktivitas sektor industri akan meningkatkan akses kelompok masyarakat miskin untuk bekerja lebih produktif atau memperoleh pekerjaan yang lebih layak. Peningkatan peluang untuk mendapat pekerjaan yang lebih layak akan memperkecil tingkat penagangguran terbuka dan tersembunyi. Apabila kelompok miskin benar-benar mampu bekerja secara lebih produktif dengan pendidikan yang lebih baik dan keterampilan yang memadai, tingkat pendapatannya akan meningkat dan kelompok tersebut keluar dari kemiskinan. Jika logika demikian berjalan seperti yang diharapakan proporsi kelompok miskin dan tingkat kemiskinan di perkotaan akan menurun.

Tabel 44. Hasil Estimasi Persamaan Kemiskinan Perkotaan

Peubah Par. Dugaan Pr > |t| Elastisitas

Jk. Pendek Jk. Panjang Intercept 0.069603 0.0052 WAGEINDN -7.98E-10 0.4838 -0.0057 -0.0057 PDRBINDk -0.07147 0.0003 -0.4966 -0.4966 GEEDUHE -7.40E-09 0.4798 -0.0020 -0.0020 PKRTNMk -4.94852 0.42445 -0.0452 -0.0452 LHUPOV 2.59E-07 0.0182 - -

Fhit = 58.19 Prob>F = 0.0001 Dw = 1.804149 Adj R2 = 0.92257

Tidak nyatanya belanja pemerintah daerah untuk pendidikan dan kesehatan (GEEDUHE) secara statistik, diduga karena kurang beragamnya data, namun secara ekonomi, diduga karena, program penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan melalui pemberdayaan kelompok miskin belum banyak menyentuh masyarakat yang sungguh-sungguh miskin di daerah perkotaan. Peningkatan belanja pemerintah daerah untuk penyelenggaraan pendidikan dan kesehtan juga belum terlalu berpihak kepada kelompok masyarakat miskin. Biaya

pendidikan di sekolah-sekolah pemerintah terlalu mahal, jauh dari jangkauan kelompok masyarakat miskin. Begitu juga dengan biaya kesehatan, masih banyak yang tidak terjangkau oleh masyarakat miskin. Program JAMKESMAS atau yang sejenisnya, masih banyak yang belum dapat diakses oleh kelompok masyarakat miskin. Terkait dengan permasalahan tersebut, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di daerah Jambi telah memperkenalkan program pemberdayaan kelompok miskin melalui pengalokasian dana secara langsung ke tingkat kecamatan dan desa dengan sasaran rumah tangga paling miskin. Program ini diperkenalkan sejak tahun 2011 oleh pemerintah provinsi dan diikuti oleh pemerintah kabupaten sejak tahun 2012 yang dilakukan melalui pengalokasian dana secara tunai dan bantuan peralatan permodalan bagi kelompok usaha mikro dan kecil, pemberian beasiswa kepada keluarga miskin, dan jaminan kesehatan daerah.

Satu-satunya peubah yang berpengaruh positif dan nyata adalah proporsi penduduk miskin perkotaan periode sebelumnya. Jumlah penduduk miskin yang lebih besar di perkotaan pada tahun sebelumnya cenderung memperbanyak penduduk miskin pada periode berikutnya. Temuan ini dapat diartikan bahwa jumlah penduduk miskin yang besar pada waktu tertentu merupakan embrio bagi peningkatan jumlah penduduk miskin pada masa yang akan datang, karena kemiskinan cenderung mewaris kepada keturunannya jika tidak ada kebijakan antisipatif yang dilakukan untuk membendungnya.

6.6.2. Kemiskinan Perdesaan

Berbeda dengan kemiskinan perkotaan, sebagian besar penduduk miskin di hidup di sektor pertanian. Kelompok masayarakat ini umumnya merupakan buruh tani yang bekerja secara musiman sesuai dengan siklus atau perputaran musim tanam. Tingkat pendidikannya juga rendah atau bahkan tidak pernah sekolah sama sekali. Kesadaran terhadap kebersihan dan kesehatan juga rendah, lingkungan pemukimannya sangat kumuh dan sangat mudah terkena wabah epidemi seperti penyakit malaria dan TBC. Berdasarkan karateristik demikian, peubah yang digunakan untuk menjelaskan kemiskinan perdesaan adalah penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian (TKAGR), output atau PDRB perkapita pertanian (PDRBAGRk), angka melek huruf (AMH), dan tingkat kemiskinan periode

141 sebelumnya (LHRPOV). Tiga peubah penjelas yang disebutkan pertama menunjukkan pengaruh yang negatif, sesuai dengan teori ekonomi dan hipotesis yang diajukan, namun yang nyata, hanya angka melek huruf . Pengaruh peubah penjelas proporsi jumlah penduduk miskin perdesaan periode sebelumnya yang positif dan nyata, juga sesuai dengan teori ekonomi dan hipotesis yang diajukan.

Pengaruh negatif dan nyata peubah angka melek huruf (AMH) menunjukkan, bahwa tingkat pendidikan berpengaruh dalam menurunkan tingkat kemiskinan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka peluang untuk memperoleh pekerjaan atau berusaha sendiri akan lebih besar. Untuk itu sangat diperlukan usaha-usaha pemerintah untuk selalu meningkatkan tingkat pendidikan masyarakat, terutama dari kelompok masyarakat miskin pedesaan.

Tabel 45. Hasil Estimasi Persamaan Kemiskinan Perdesaan

Peubah Par. Dugaan Pr > |t| Elastisitas

Jk. Pendek Jk. Panjang Intercept 1.412353 <.0001 TKAGR -6.97E-08 0.19705 -0.2170 -0.2170 PDRBAGRk -0.0543 0.16915 -0.3173 -0.3173 AMH -0.01329 <.0001 -6.0042 -6.0042 LHRPOV 2.54E-07 0.00215 - -

Fhit = 202.85 Prob>F = 0.0001 Dw = 1.921277 Adj R2 = 0.97113 Pengaruh positif dan nyata proporsi jumlah penduduk miskin perdesaan periode sebelumnya (LHRPOV), sama dengan penjelasan pada persamaan kemiskinan di perkotaan di atas, bahwa jumlah penduduk miskin yang lebih besar di perdesaan pada tahun sebelumnya cenderung memperbanyak penduduk miskin pada periode berikutnya. Hal ini juga dapat diartikan bahwa jumlah penduduk miskin yang besar pada waktu tertentu merupakan embrio bagi peningkatan jumlah penduduk miskin pada masa yang akan datang, karena kemiskinan cenderung mewaris kepada keturunannya, jika tidak ada kebijakan antisipatif yang dilakukan untuk membendungnya.

VII. DAMPAK ALOKASI PENGELUARAN DANA