• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. HASIL ESTIMASI MODEL DAN PEMBAHASAN

6.1. Blok Penerimaan Penerimaan Pemerintah Daerah 1 Pajak Daerah

Hasil estimasi menunjukkan bahwa semua peubah penjelas pada persamaan pajak daerah (PD) berpengaruh positif dan nyata yang sesuai dengan hipotesis yang diajukan. Hal ini berarti semua peubah penjelas mampu mendorong peningkatan pajak daerah.

Tabel 25. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Pajak Daerah (PD) Peubah Par. Dugaan Pr > |t| Elastisitas

Jk. Pendek Jk. Panjang Intercept -33931.6 0.0514 LPDRBk 16955.03 0.01555 0.8316 - LJKM 0.014132 0.05885 0.0961 - GEINF 0.334394 0.0026 0.2654 - DDF 60468.64 0.0001 0.3123 -

Fhit = 80.94 Prob>F = 0.0001 Dw = 1.618834 Adj R2 = 0.93019 Produk Domestik Regional Bruto perkapita periode sebelumnya (LPDRBk) yang berpengaruh positif dan nyata menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan perkapita masyarakat periode sebelumnya secara tidak langsung telah mempengaruhi peningkatan pajak daerah. Peningkatan PDRB perkapita menggambarkan peningkatan kesejahteraan. Peningkatan pendapatan akan meningkatkan konsumsi masyarakat. Peningkatan konsumsi masyarakat akan menggairahkan perekonomian, sehingga akan terjadi pengaruh secara tidak langsung (multiplier effect) terhadap semua sektor ekonomi. Peningkatan pendapatan perkapita masyarakat akan meningkatkan permintaan terhadap kendaraan mobil dan motor, yang akan berpengaruh terhadap peningkatan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB). Pendapatan yang meningkat telah meningkatkan

115 frekuensi pemakaian kendaraan bermotor, yang akan meningkatkan permintaan terhadap bahan bakar minyak (BBM), yang pada gilirannya akan meningkatkan penerimaan dari pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (BBKB). Peningkatan pendapatan juga akan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengalihan kepemilikan kendaraan menjadi atas namanya sendiri, yang tentu akan mempengaruhi peningkatan pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB).

Penelitian Nanga (2006) yang menggunakan PDRB non pertanian sebagai peubah penjelas terhadap peubah endogen pajak daerah, juga menunjukkan pengaruh nyata dan positif, namun bersifat in elastis. Senada juga dengan penelitian Panjaitan (2006) yang menggunakan PDRB sebagai peubah penjelas.

Peningkatan kepemilikan kendaraan, baik mobil maupun motor periode sebelumnya sangat mempengaruhi terjadinya peningkatan pajak daerah, hal ini diperlihatkan oleh pengaruh positif dan nyata dari jumlah kendaraan bermotor periode sebelumnya (LJKM). Peningkatan jumlah motor dan mobil, tentu saja berpengaruh langsung terhadap peningkatan pajak daerah, terutama terhadap tiga jenis pajak provinsi yang telah diuraikan pada Bab II yaitu (1) Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), (2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB), (3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB). Semakin banyak jumlah kendaraan bermotor dan semakin banyak masyarakat yang melakukan pengalihan hak milik kendaraan menjadi atas namanya sendiri, maka semakin meningkat penerimaan PKB dan Pajak BBNKB. Semakin banyak dan semakin sering penggunaan mobil dan motor, maka semakin meningkat jumlah pemakaian bahan bakar minyak (BBM), maka semakin meningkat penerimaan PBBKB. Hasil penelitian Pakasi (2005), juga menunjukkan bahwa jumlah kendaraan bermotor berpengaruh positif dan nyata terhadap penerimaan pajak daerah.

Peningkatan penyediaan infrastruktur oleh pemerintah daerah yang ditunjukkan oleh peubah belanja atau pengeluaran infrastruktur, juga berpengaruh nyata terhadap penerimaan pajak daerah. Peningkatan penyediaan infrastruktur terutama fasilitas transportasi tidak hanya mendorong aktivitas ekonomi yang akan meningkatkan pendapatan masyarakat, tetapi juga berdampak pada kelancaran arus transportasi yang akan menstimulasi meningkatnya hasrat rumah

tangga dan aktivitas bisnis (terutama dalam bidang transportasi) meningkatkan penggunaan kendaraan bermotor. Peningkatan penggunaan kendaaraan bermotor oleh masyarakat dan aktivitas bisnis akan memperluas basis penerimaan pajak daerah.

Implemementasi kebijakan desentralisasi fiskal sejak tahun 2001 yang dinyatakan sebagai peubah boneka (dummy) berpengaruh positif dan nyata terhadap peneriman pajak daerah. Kebijakan otonomi daerah yang disertai desentralisasi fiskal telah meningkatkan penerimaan pajak daerah secara nyata bila dibandingkan dengan periode sebelumnya. Pengenalan kebijakan desentralisasi fiskal sesungguhnya lebih ditekankan pada tingkat pemerintah Kabupaten/Kota, sehingga dampaknya semestinya lebih dirasakan oleh pemerintah lokal. Akan tetapi implementasi kebijakan tersebut direspon oleh pemerintah provinsi dengan meningkatkan kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sebagai salah satu komponen PAD terbesar, peningkatan pajak daerah berperan penting untuk meningkatkan kemandirian daerah dalam membiayai belanja tidak langsung dan belanja langsung. Hal ini telah memotiviasi Pemerintah Provinsi Jambi meningkatkan mobilisasi pemungutan pajak daerah. Usaha-usaha yang dilakukan diantaranya adalah melakukan sosialisasi, kemudahan dan kecepatan pelayanan pajak melalui penerapan pelayanan satu atap dan kebijakan pemutihan dalam upaya mendongkrak penerimaan pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. 6.1.2. Retribusi Daerah

Hasil estimasi persamaan retribusi daerah menunjukkan bahwa semua peubah penjelas berpengaruh positif. Hal ini sesuai dengan teori ekonomi dan hipotesis yang diajukan. Meskipun demikian, hanya peubah penjelas retribusi daerah periode sebelumnya (LRD) yang menunjukkan pengaruh nyata. Retribusi daerah tidak respon dalam jangka pendek dan jangka panjang oleh PDRB per kapita sektor industri, jumlah wisatawan, belanja langsung infrastruktur, PMDN, dummy pemberlakuan desentralisasi fiskal, dan lag retribusi daerah. Temuan ini menunjukkan bahwa potensi daerah yang berasal dari daerah tersebut bersifat kurang mempengaruhi peningkatan retribusi daerah.

117 Penerimaan retribusi daerah di Provinsi Jambi, hanya mengikuti trend periode sebelumnya, jika penerimaan retribusi daerah periode sebelumnya tinggi, maka penerimaan retribusi daerah satu periode berikutnya juga tinggi. Atau dapat juga dikatakan, bahwa variabel-variabel ekonomi belum memberikan pengaruh yang berarti terhadap peningkatan retribusi daerah. Ada beberapa hal yang diduga menjadi penyebab masalah tersebut, pertama: pemerintah Provinsi Jambi belum mampu menangkap peluang-peluang untuk meningkatkan retribusi daerahnya; kedua: orientasi peningkatan penerimaan daerah, masih bertumpu pada pajak daerah, sehingga potensi-potensi pada retribusi daerah terabaikan; ketiga: tersebarnya sumber-sumber penerimaan retribusi daerah pada berbagai dinas/instansi, sehingga menyulitkan monitoring penyetoran pada kas daerah; keempat: inefisiensi karena tidak seimbangnya antara biaya dan manfaat yang diperoleh terhadap beberapa jenis retribusi daerah; dan kelima: masih belum jelasnya batas kewenangan provinsi dengan kabupaten kota, berkaitan dengan penetapan perda tentang retribusi daerah.

Tabel 26. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Retribusi Daerah Peubah Par. Dugaan Pr > |t| Elastisitas

Jk. Pendek Jk. Panjang Intercept 1171.287 0.36285 PDRBINDk 883.2644 0.47845 0.0613 0.1188 TOU 0.009747 0.35015 0.0949 0.1839 GEINF 0.013212 0.3016 0.1060 0.2054 INVD 0.000064 0.4655 0.0355 0.0687 DDF 1816.456 0.23385 0.0948 0.1838 LRD 0.48423 0.01815 - -

Fhit = 5.24 Prob>F = 0.0028 Dw = 1.748031 Adj R2 = 0.51431 Data menunjukkan, bahwa selama periode sepuluh tahun terakhir (2001- 2010), retribusi daerah hanya memberikan kontribusi sebesar 2.66 persen per tahun terhadap penerimaan Provinsi Jambi, sedangkan pajak daerah adalah sebesar 33.86 persen per tahun. Hal ini berarti retribusi daerah belum mendapat perhatian bagi pemerintah Provinsi Jambi dalam meningkatkan pendapatan daerahnya, yang berarti pula masih terbuka kesempatan untuk menciptakan jasa- jasa atau pelayanan-pelayanan yang dapat diperdakan untuk meningkatkan penerimaan daerah, terutama untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

6.2. Blok Pengeluaran Pemerintah Daerah