• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.7. Penelitian Sebelumnya

2.7.3. Desentralisasi Fiskal dan Kinerja Perekonomian

Lockwood (2002) melakukan studi mengenai distribusi politik dan biaya desentralisasi. Hasil studinya menunjukkan bahwa keberadaan ekternalitas yang relatif lemah dari penyediaan barang publik lokal pada suatu wilayah terhadap wilayah lainnya dan heterogenitas yang tinggi antar wilayah justru tidak meningkatkan keuntungan efisiensi dari kebijakan desentralisasi fiskal.

Untuk tingkat nasional, Nanga (2006) yang meneliti tentang dampak transfer fiskal terhadap kemiskinan di Indonesia menggunakan pendekatan ekonometrika dengan model sitem persamaan simultan yang terdiri atas 20 persamaan struktural dan 7 persamaan identitas. Model dipilah ke dalam beberapa blok yaitu fiskal, output, tenaga kerja, pengeluaran per kapita, distribusi, dan kemiskinan. Menggunakan data panel yang merupakan gabungan antara data runtut waktu (time series) tahun 1999-2002 dan data cross section 25 provinsi di Indonesia. Metode estimasi yang digunakan adalah two stage least squares (2SLS).

Beberapa kesimpulan penelitian tersebut adalah: (1) transfer fiskal dalam berbagai bentuknya seperti bagi hasil pajak, bagi hasil bukan pajak, dan dana alokasi umum, memiliki dampak yang cenderung memperburuk kemiskinan di Indonesia. Hal ini terjadi karena kenaikan dari berbagai jenis transfer fiskal

41 tersebut memiliki dampak yang cenderung meningkatkan ketimpangan pendapatan, sementara kemiskinan memiliki hubungan yang positif dan elastis terhadap perubahan dalam ketimpangan pendapatan, (2) ada indikasi kuat bahwa transfer fiskal dalam berbagai bentuknya cenderung lebih menguntungkan sektor non pertanian daripada sektor pertanian. Hal ini tercermin dari dampaknya terhadap peningkatan PDRB dan penyerapan tenaga kerja yang cenderung lebih besar pada sektor non pertanian daripada sektor pertanian, (3) ada indikasi bahwa kemiskinan di daerah perdesaan semakin memburuk setelah kebijakan desentralisasi fiskal diterapkan; sementara di daerah perkotaan menunjukkan keadaan yang sebaliknya, (4). peningkatan kualitas sumberdaya manusia merupakan salah satu cara yang efektif dalam upaya untuk mengurangi

ketimpangan dalam distribusi pendapatan dan kemiskinan di Indonesia, (5) peningkatan Produk Domestik Regional Bruto dapat menjadi salah satu cara

efektif untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja, yang pada gilirannya dapat

mengurangi jumlah pengangguran di berbagai daerah di Indonesia, dan (6) keefektifan pertumbuhan ekonomi (peningkatan pendapatan per kapita) dalam

mengurangi kemiskinan, ternyata sangat dipengaruhi oleh derajat ketimpangan dalam distribusi pendapatan.

Selanjutnya Yudhoyono (2004) yang menganalisis pembangunan pertanian dan perdesaan di Indonesia, dengan menggunakan pendekatan ekonometrika dengan model sistem persamaan simultan, menyimpulkan bahwa: (1) peningkatan pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Namun, pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja relatif terjadi lebih besar di sektor non-pertanian. Pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur juga dapat mengurangi kemiskinan, namun relatif masih kurang efektif jika dibandingkan dengan kemampuannya mengurangi pengangguran, (2) peningkatan pengeluaran pemerintah untuk pendidikan dan kesehatan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian dan juga sektor non- pertanian. Peningkatan pengeluaran pemerintah untuk pendidikan dan kesehatan juga berpengaruh positif mengurangi kemiskinan, meskipun kurang efektif jika

dibandingkan dengan pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur dan untuk sektor pertanian.

Untuk kasus daerah, Pakasi (2005) pernah melakukan penelitian dengan judul: dampak desentralisasi fiskal terhadap perekonomian kabupaten dan kota di di provinsi Sulawesi Utara. Menggunakan pendekatan ekonometrika dengan model sitem persamaan simultan yang terdiri atas 23 persamaan struktural dan 15 persamaan identitas. Model dipilah ke dalam empat blok yaitu blok fiskal daerah, permintaan agregat, produksi dan tenaga kerja daerah, dan kinerja perekonomian daerah. Menggunakan pool data yakni gabungan data time series dan cross section dan metode estimasi yang digunakan adalah two stage least squares (2SLS).

Beberapa kesimpulan penelitian tersebut, antara lain: (1) fiscal available dan fiscal needs meningkat setelah desentralisasi fiskal, (2) kebijakan desentralisasi fiskal memberi kontribusi yang relatif kecil terhadap perekonomian daerah, khususnya terhadap pertumbuhan ekonomi, (3) fiscal needs merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kinerja fiskal daerah, (4) pengeluaran pembangunan sektor pertanian dan irigasi tidak berpengaruh terhadap peningkatan produksi dan penyerapan tenaga kerja sektor pertanian, dan (5) realokasi anggaran pengeluaran rutin terhadap anggaran pengeluaran pembangunan sektoral berdampak positif terhadap kinerja perekonomian daerah.

Selanjutnya Panjaitan (2006) melakukan penelitian di Sumatera Utara dengan topik yang sama dengan Pakasi (2005) di atas, juga menggunakan pendekatan ekonometrika dengan model sitem persamaan simultan yang terdiri atas 11 persamaan struktural dan 5 persamaan identitas. Model mencakup tiga blok yaitu blok fiskal, blok investasi dan infrastruktur, dan blok kinerja perekonomian. Menggunakan pooling data (time series dan cross section) pada 17 kabupaten/kota selama periode 1990-2003 dan metode estimasi yang digunakan adalah two stage least squares (2SLS). Beberapa kesimpulan penting dari penelitian ini adalah: (1) kebijakan desentralisasi fiskal berhasil meningkatkan kemampuan fiskal di daerah kabupaten maupun kota, (2) kemampuan daerah (kabupaten/kota) dalam menghimpun dana dari daerahnya sendiri lebih ditentukan oleh tingkat perekonomian serta besarnya fiskal gap, (3) dampak pengeluaran

43 pemerintah (rutin maupun pembangunan) lebih bersifat inflatory di kota dibandingkan dengan di kabupaten, dan (4) kinerja perekonomian ditentukan oleh kondisi infrastruktur dan investasi serta tingkat kepastian berusaha.

Untuk kasus daerah provinsi juga dilakukan oleh Sulistyowati (2011), yang mengkaji tentang dampak investasi sumberdaya manusia terhadap perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan data pooled data, merupakan gabungan antara data deret waktu (time series) tahun 2004-2007 dan cross section (35 kabupaten/kota). Penelitian ini menggunakan pendekatan ekonometrika dengan model sitem persamaan simultan yang terdiri atas 24 persamaan struktural dan 9 persamaan identitas. Model terbagi ke dalam enam blok yaitu blok human capital, input, output, penerimaan pemerintah, pengeluaran pemeritah, dan kesejahteraan masyarakat. Metode estimasi yang digunakan adalah two stage least squares (2SLS). Kesimpula penelitian adalah: (1) dalam jangka pendek peningkatan pendidikan efektif dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja pertanian dibanding dengan sektor industri dan jasa. Sedangkan dalam jangka panjang pendidikan efektif meningkatkan produktivitas tenaga kerja di semua sektor, (2) pendidikan berpengaruh langsung dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja pertanian, sedangkan pengaruhnya terhadap tenaga kerja non pertanian (industri dan jasa) membutuhkan waktu (time lag), (3) pendidikan mempengaruhi output melalui peningkatan produktivitas tenaga kerja di masing-masing sektor, (4) distribusi pendapatan dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh PDRB per kapita, (5) peningkatan jumlah penduduk Jawa Tengah berpengaruh positif dan signifikan dalam meningkatkan jumlah penduduk miskin, (6) Share tenaga kerja pertanian berpengaruh positif dan signifikan dalam meningkatkan jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah, (7) kebijakan peningkatan pengeluaran kesehatan ternyata lebih efektif dalam meningkatan kinerja perekonomian dan kesejahteraan masyarakat dibanding kebijakan peningkatan pengeluaran pendidikan, (8) peningkatan pengeluaran kesehatan dengan jumlah nominal yang sama dengan pengeluaran infrastruktur memberi dampak yang lebih besar dalam meningkatkan human capital, produktivitas tenaga kerja semua sektor, penyerapan tenaga kerja jasa, output sektor jasa, disposable income, konsumsi rumahtangga, pengeluaran per

kapita serta pengurangan kemiskinan. Sedangkan kebijakan peningkatan pengeluaran infrastruktur memberi dampak yang lebih besar dalam meningkatkan physical capital, penyerapan tenaga kerja pertanian, penyerapan tenaga kerja industri, output pertanian, output industri, PDRB per kapita, penerimaan pemerintah, pengeluaran pemerintah, investasi, serta pengurangan pengangguran dan ketimpangan pendapatan, (9) sebuah kebijakan akan efektif jika diikuti oleh penyediaan infrastruktur yang memadai, (10) kebijakan fiskal yang dilakukan oleh pemerintah masih banyak dinikmati oleh sektor non pertanian dibanding sektor pertanian, (11) kebijakan dalam rangka meningkatkan investasi SDM, dapat membantu masyarakat miskin keluar dari jebakan lingkaran setan kemiskinan.