• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengeluaran Pemerintah, Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan Adolf Wagner berkemungkinan dapat dikatakan sebagai sarjana pertama

2.7. Penelitian Sebelumnya

2.7.1. Pengeluaran Pemerintah, Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan Adolf Wagner berkemungkinan dapat dikatakan sebagai sarjana pertama

yang mengakui adanya hubungan positif antara pertumbuhan ekonomi dengan aktivitas pemerintahan. Seperti ditunjukkan oleh Henrekson (1993), Wagner melihat ada tiga alasan pokok peningkatan peranan pemerintah. Pertama, industrialisasi dan modernisasi akan mendorong substitusi aktivitas publik ke swasta. Kedua, peningkatan pendapatan riil mendorong ke arah suatu ekspansi pengeluaran untuk kebudayaan dan kesejahteraan dari elastisitas pendapatan. Wagner mencatat, pendidikan dan kebudayaan menjadi dua hal yang akan menjadi lebih baik, apabila disediakan oleh pemerintah daripada sektor swasta.

29 Oleh karena itu sektor publik akan tumbuh setelah kebutuhan dasar masyarakat dipuaskan dan pola konsumsi berkembang ke arah aktivitas seperti pendidikan dan kebudayaan. Ketiga, adanya monopoli alamiah, seperti pembangunan rel kereta api yang harus diambil oleh pemerintah, karena perusahaan swasta tidak akan sanggup melaksanakannya secara efisien, karena perusahaan swasta tersebut akan menjadi tidak mungkin akan meningkatkan, seperti keuangan dalam jumlah yang besar yang diperlukan untuk pembangunan dari monopoli alamiah ini.

Penelitian yang mengkaji kaitan antara pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan ekonomi cukup banyak dilakukan. Sebagian hasil penelitian menunjukkan pengeluaran pemerintah berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan sebagian tidak memberikan pengaruh, serta ada pula yang menghasilkan adanya hubungan kausalitas antara kedua variabel tersebut. Berikut ini disajikan beberapa penelitian yang berkaitan dengan hal tersebut.

Penelitian yang dilakukan Sinha (1998) yang mempelajari hubungan antara pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan ekonomi di Malaysia menggunakan data tahunan (time series) Penn World Table data dari tahun 1950- 1992 dengan model Error Correction Model. Ada dua tipe analisis yang dilakukan, yaitu : (1) mempelajari hubungan jangka panjang antara GDP dan pengeluaran pemerintah dengan berbagai bentuk, dan (2) uji kausalitas Granger diantara tingkat pertumbuhan ekonomi dari kedua variabel tersebut (GDP dan pengeluaran pemerintah). Hasil penelitiannya menunjukkan: (1) dari unit root properties semua variabel, ditemukan bahwa logaritma pengeluaran pemerintah dan GDP pada berbagai formula (seperti total, perkapita) adalah non stasioner, (2) semua variabel, kecuali log pengeluaran pemerintah sebagai persentase dari GDP adalah stasioner dalam bentuk perbedaan pertama, dan (3) ada hubungan jangka panjang antara GDP dan pengeluaran pemerintah, namun tidak ditemukan bukti adanya pertumbuhan ekonomi dari kontribusi pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan GDP.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Albatel (2000) di Saudi Arabia yang menguji pengaruh pengeluaran pemerintah dan kebijakan insentif terhadap pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang menyatakan, bahwa pemerintah memainkan peranan penting terhadap pertumbuhan dan pembangunan

perekonomian di Saudi Arabia. Selanjutnya ditemukan pula, bahwa pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan pada satu sisi pertumbuhan ekonomi yang didapatkan pada Granger menyebabkan pula peningkatan pengeluaran pemerintah. Penelitian ini juga menggunakan data time series untuk periode tahun 1964-1995.

Dalam penelitian ini dinyatakan, bahwa pertumbuhan riil GDP non minyak merepresentasikan pertumbuhan perekonomian. Sebagai variabel independent adalah investasi total non minyak, investasi swasta, tenaga kerja, pengeluaran pemerintah, dan rasio dari pengeluaran pemerintah terhadap GDP. Pengeluaran pemerintah dibagi ke dalam: investasi pemerintah non minyak dan konsumsi pemerintah. Grossman Tax dibagi ke dalam 2 bagian, yaitu : rasio dari pembiayaan pengeluaran pemerintah melalui penerimaan dari minyak terhadap GDP dan rasio dari pembiayaan pengeluaran pemerintah oleh penerimaan lainnya terhadap GDP. Semua variabel di log kan.

Penelitian yang dilakukan oleh Fan and Rao (2003) yang bertujuan untuk mereview dan menganalisis kecenderungan dan sebab-sebab perubahan pengeluaran pemerintah dan komposisinya di negara-negara berkembang, dan untuk mengembangkan suatu kerangka analisis untuk menentukan perbedaan dampak dari berbagai jenis pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam memodelkan dampak pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi, maka diestimasi fungsi produksi dengan GDP nasional sebagai dependen variabel, dan tenaga kerja, investasi kapital, dan bermacam- macam pengeluaran pemerintah sebagai variabel independen (pengeluaran pada sektor pertanian, sektor pendidikan, sektor kesehatan, sektor transportasi dan komunikasi, dan pengeluaran pada jaminan sosial, serta untuk sektor pertahanan).

Penelitian ini menggunakan program penyesuaian struktural sebagai variabel dummy; 1 apabila penyesuaian makroekonomi diimplementasikan, dan 0 bila sebaliknya. Data yang digunakan adalah data sekunder selama periode tahun 1980-1998 pada 43 negara di Asia, Afrika dan Amerika Latin. Untuk tujuan memperbandingkan antar negara, semua data pengeluaran pemerintah dikonversi ke dalam dollar internasional dengan harga konstan tahun 1995.

31 Hasil penelitian menyimpulkan, antara lain : (1). kinerja pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi berbeda pada tiga kawasan penelitian. Di Afrika, pengeluaran pemerintah pada sektor pertanian dan kesehatan secara nyata memberikan pengaruh yang kuat dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Dari semua jenis-jenis pengeluaran pemerintah, pengeluaran pada sektor pertanian, pendidikan dan pertahanan memberikan kontribusi yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Asia. Di Amerika Latin, pengeluaran untuk sektor kesehatan yang mempunyai pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi, dan (2) program penyesuaian struktural mempunyai pengaruh yang positif dalam mendukung pertumbuhan ekonomi di Asia dan Amerika Latin, tetapi tidak di Afrika.

Penelitian Loizides and Vamvoukas (2005) di tiga negara yaitu Yunani, Inggris dan Irlandia, dengan judul: Government Expenditure and Economic Growth: Evidence From Trivariate Causality Testing. Penelitian ini menggunakan model bivariate error correction dengan kerangka kerja kausalitas Granger, dengan menambahkan pengangguran dan inflasi (secara terpisah) sebagai variabel penjelas, dengan melakukan analisis “trivariate” secara sederhana. Adapun model ekonometrika yang digunakan adalah Error Correction Model (ECM).

Data yang digunakan adalah time series dari tahun 1948-1995 untuk Yunani dan 1950-1995 untuk Inggris dan Irlandia. Khusus data tingkat pengangguran untuk Inggris dan Irlandia hanya mencakup tahun 1960-1995, karena data sebelum tahun 1960 tidak tersedia. Semua data dinyatakan dalam Log Natural, oleh sebab itu tingkat pertumbuhan diestimasi dalam perbedaan tingkat pertama. Adapun data yang digunakan: (1) income yaitu GNP riil perkapita pada harga pasar dalam tahun t, (2) pengeluaran pemerintah riil yaitu pengeluaran pada barang dan jasa (tidak termasuk pembayaran transfer), yakni konsumsi dan pembentukan kapital tetap kotor, (3) ukuran sektor publik yaitu rasio pengeluaran pemerintah terhadap GNP, dan (4) tingkat pengangguran yaitu pengangguran per orang dibagi oleh populasi pekerja, serta indeks Harga Grosir dan perubahannya.

Hasil penelitian untuk semua negara (Yunani, Inggris dan Irlandia), menunjukkan, bahwa pengeluaran publik Granger menyebabkan pertumbuhan pendapatan nasional baik dalam jangka pendek maupun panjang. Secara umum

analisis menolak hipotesis, bahwa ekspansi publik telah menghambat pertumbuhan ekonomi pada semua negara. Tingkat pertumbuhan mempengaruhi sektor publik secara keseluruhan, artinya pengeluaran publik membantu pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Khusus untuk negara Yunani yang didukung oleh hipotesis Wagner, bahwa peningkatan output menyebabkan pertumbuhan pada pengeluaran publik.

Penelitian Dogan and Tang (2006) yang bertujuan untuk menentukan hubungan kausalitas antara pendapatan nasional dan pengeluaran pemerintah pada negara Indonesia, Malaysia, Philipina, Singapura dan Thailand menggunakan uji kausalitas Granger. Data yang digunakan adalah time series pada empat dekade (1960-2002), yang terdiri dari: GDP per tahun, total pengeluaran pemerintah per tahun, dan jumlah penduduk. Hasil Uji kausalitas Granger mengindikasikan bahwa hukum Granger tidak didukung oleh data dari 5 negara sampel tersebut. Hal ini berarti tidak ada hubungan kausalitas antara pendapatan perkapita riil terhadap total pengeluran pemerintah riil. Uji kausalitas Granger mengindikasikan, bahwa hanya di Philipina yang ada hubungan kausalitas antara antara pendapatan perkapita riil terhadap total pengeluran pemerintah riil. Hal ini mengindikasikan, bahwa pengeluaran pemerintah tidak memainkan peranan yang signifikan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, kecuali di Philipina.

Penelitian yang menggunakan model struktural (persamaan simultan) dilakukan oleh Jaroensathapornkul and Tongpan (2007) di Thailand yang bertujuan untuk menguji berapa banyak perluasan pengeluaran konsumsi pemerintah telah menguntungkan sektor pertanian. Data yang digunakan adalah time series, dari kwartal 1 tahun 1997 s/d kwartal 3 tahun 2004. Persamaan simultan ini diestimasi oleh : two stage least square (2SLS). Dengan persamaan, terdiri dari 16 persamaan struktural dan 6 persamaan identitas, yang dibagi kedalam 2 blok, yaitu: (1) dampak estimasi pengeluaran konsumsi pemerintah pada variabel ekonomi makro, dengan 13 persamaan, dan (2) dampak estimasi variabel transmisi pada variabel pertanian, dengan 9 persamaan.

Simulasi dilakukan melalui 3 skenario yaitu dengan meningkatkan pengeluaran konsumsi pemerintah 5 persen, 10 persen dan 15 persen. Dari hasil simulasi yang dilakukan tentang dampak dari peningkatan pengeluaran konsumsi

33 pemerintah pada sektor pertanian, adalah: meningkatnya konsumsi makanan, meningkatnya ekspor dan impor makanan, surplus perdagangan berkurang, penyerapan tenaga kerja dan stok kapital meningkat. Sebagai konsekuensinya GDP sektor pertanian meningkat.

Kajian mengenai pengeluaran publik dan outcomes juga pernah dilakukan

oleh Rajkumar and Swaroop (2008). Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mempelajari dampak pengeluaran publik untuk outcomes pada perbedaan

tingkatan kepemerintahan, dan (2) menguji kaitan antara alokasi anggaran yang spesifik dan outcomes, dan mempelajari hubungan kedua hal tersebut dikaitkan dengan peningkatan kepemerintahan (governance).

Penelitian ini menggunakan Ordinary Least Square (OLS) dan data yang digunakan: data cross-section tahun 1990, 1997 dan 2003. Model dikelompokkan pada dua bagian yaitu : (1) efektivitas (efficacy) pengeluaran publik untuk kesehatan, dan (2) efektivitas (efficacy) pengeluaran publik untuk pendidikan. Peranan kepemerintahan diukur dari tingkat korupsi dan kualitas birokrasi di dalam menentukan efektivitas pengeluaran publik dalam meningkatkan outcomes pembangunan manusia. Korupsi diukur pada skala: 1–6, dan range kualitas birokrasi: 1–4. Indeks kualitas birokrasi diukur dari institusi kelembagaan dan kualitas pelayanan. Untuk meregresi status kesehatan digunakan sampel 228 observasi untuk ketiga tahun (1990, 1997 & 2003) dari 91 negara (maju dan berkembang). Untuk meregresi pendidikan digunakan sampel 101 observasi dari 57 negara dengan tahun yang sama dengan regresi status kesehatan. Ukuran sampel yang digunakan lebih kecil dari sektor kesehatan, karena data sektor pendidikan yang tersedia pada negara yang lebih sedikit.

Hasil penelitian yaitu : (1) secara empiris menunjukkan, bahwa perbedaan dalam efektivitas pengeluaran publik dapat dijelaskan lebih besar oleh kualitas kepemerintahan, (2) pengeluaran yang rendah pada sektor kesehatan mengakibatkan tingkat kematian anak yang lebih besar pada negara-negara kepemerinthan yang baik, (3) pengeluaran publik pada pendidikan dasar lebih efektif untuk mencapai peningkatan pendidikan dasar pada negara-negara kepemerinthan yang baik, dan (4) secara umum pengeluaran publik hampir tidak

memiliki pengaruh untuk outcomes kesehatan dan pendidikan pada pemerintah negara-negara miskin.

Penelitian untuk menguji dampak pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi juga pernah dilakukan oleh Nurudeen and Usman (2010) di Nigeria. Penelitian ini menggunakan data time series untuk periode tahun 1977- 2007. Semua data diriilkan dengan cara dibagi dengan CPI (Consumer Price Index). Model yang digunakan adalah Co-integration dan Error Correction Methods (ECM). Sebagai variabel endogen adalah pertumbuhan ekonomi yaitu GDP harga pasar dibagi oleh CPI. Sebagai variabel eksogen adalah pengeluaran recurrent total, pengeluaran kapital total, pengeluaran untuk pertahanan, pengeluaran untuk pertanian, pengeluaran untuk pendidikan, pengeluaran untuk kesehatan, pengeluaran untuk transportasi dan komunikasi, dan keseimbangan fiskal pemerintah secara keseluruhan, serta tingkat inflasi.

Kesimpulan yang dihasilkan penelitian ini adalah: (1) pengeluaran kapital total pemerintah, pengeluaran recurrent total, dan pengeluaran pemerintah untuk pendidikan mempunyai dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, dan (2). peningkatan pengeluaran pemerintah pada transportasi dan komunikasi dan kesehatan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Dalam mengkaji tentang pengeluaran pemeritah pada sektor kesehatan, pertumbuhan ekonomi dan siklus pertumbuhan ekonomi jangka panjang dilakukan oleh Odior (2011), dengan menggunakan model dinamis keseimbangan umum (Dynamic Computable General Equilibrium). Penelitian ini memiliki dua tujuan yaitu: (1) menganalisis pengaruh dinamis langsung dan tidak langsung kebijakan pemerintah pada sektor kesehatan dan hubungannya dengan siklus pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, dan (2) melakukan simulasi pengeluaran pemerintah pada sektor kesehatan akan membantu untuk meningkatkan kinerja perekonomian di Nigeria dalam jangka panjang. Model penelitian berangkat dari fungsi teknologi constant elasticity of substitution (CES Technology. Dari hasil dekomposisi menunjukkan, bahwa realokasi pengeluaran pemerintah pada sektor kesehatan adalah signifikan dalam menjelaskan pertumbuhan ekonomi di Nigeria. Dalam kasus ini, hasil eksperimen menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah yang melebihi target akan

35 meningkatkan pelayanan sektor kesehatan yang akan membantu peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Penelitian tentang pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia pernah dilakukan oleh Sodik (2007). Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi regional. Menggunakan metode General Least Square (GLS), dengan data panel dari 26 provinsi, selama periode 1993-2003. Dengan menggunakan model ekonometrika, melalui persamaan double log, maka sebagai variabel endogen adalah output atau laju pertumbuhan PDRB perkapita daerah/provinsi. Sebagai variabel eksogen terdiri dari: (1) investasi swasta, (2) investasi pemerintah (pengeluaran pembangunan), (3) konsumsi pemerintah (pengeluaran rutin), dan (4) tingkat keterbukaan ekonomi (ekspor netto), dan (5) angkatan kerja.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah: (1) investasi swasta tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, (2) pengeluaran pemerintah (baik rutin maupun pembangunan) berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi regional, (3) tingkat keterbukaan perekonomian suatu daerah belum berperan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi regional, (4) angkatan kerja berpengaruh signifikan dengan tanda negatif untuk tahun 1993-2003 dan tahun 1998-2000 (sebelum era otonomi), hal ini menunjukkan bahwa daerah belum bisa menyerap angkatan kerja yang ada di daerah tersebut untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah, sedangkan untuk periode 2001-2003 (setelah otonomi daerah) tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi regional.

Penelitian mengenai pengaruh komposisi pengeluaran publik dan efisiensi sektor publik terhadap pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan pernah dilakukan oleh Sennoga and Matovu (2010) di Uganda. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah komposisi pengeluaran publik di Uganda berpengaruh terhadap pertumbuhan dan penurunan kemiskinan. Penelitian ini menggunakan model Computable General Equilibrium (CGE) dinamis. Dengan data yang digunakan didasarkan pada Social Accounting Matrix (SAM) Uganda tahun 2007.

Hasil penelitian adalah : (1) komposisi pengeluaran publik mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan penurunan kemiskinan, (2) realokasi pengeluaran publik dari sektor yang tidak produktif (seperti administrasi publik dan keamanan)

ke sektor-sektor produktif (pertanian, energi, air, dan kesehatan) mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menurunkan tingkat kemiskinan, (3) realokasi pengeluaran ke sektor pertanian mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan penurunan kemiskinan, dibandingkan dengan pengeluaran pada sektor lainnya, termasuk pada sektor industri, (4) dengan adanya realokasi pengeluaran ke sektor produktif ternyata juga dapat menurunkan tingkat kemiskinan pada rumahtangga perdesaan lebih cepat daripada rumahtangga perkotaan, (5) penurunan tingkat kemiskinan pada rumah tangga pertanian di pedesaan dan perkotaan lebih cepat dibandingkan dengan rumah tangga non pertanian di perkotaan dan perdesan, dan (6) pelaksanan investasi pada sektor pertanian yang dilengkapi dengan investasi pada infrastruktur, termasuk jalan dan perairan berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menurunkan tingkat kemiskinan.

Selanjutnya penelitian mengenai hubungan antara pengeluaran pemerintah dan kemiskinan dilakukan pula oleh Mehmood and Sadiq (2010) di Pakistan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara pengeluaran pemerintah dan kemiskinan dalam jangka panjang dengan investasi swasta, pengiriman uang (remittance), dan yang terdaftar pada sekolah dasar sebagai modal manusia (human capital). Data yang digunakan adalah time series untuk periode tahun 1978-2010. Sesuai dengan tujuan penelitian untuk menganalisis hubungan jangka panjang antara pengeluaran pemerintah dan kemiskinan, maka sebagai variabel endogen adalah kemiskinan yaitu poverty head count ratio (jumlah orang miskin dibagi dengan total penduduk). Sebagai variabel eksogen adalah: (1) pengeluaran pemerintah sebagai persentase dari GDP (menggunakan proksi dari defisit anggaran), (2) investasi swasta sebagai persentase dari GDP, (3) jumlah yang terdaftar pada sekolah dasar (pesentase dari jumlah penduduk), dan (4) jumlah uang yang dikirim (dalam bentuk logaritma).

Untuk menghindari unit root digunakan uji Augmented Dickey Fuller supaya semua data menjadi stasioner. Selanjutnya untuk menguji hubungan jangka pendek dan jangka panjang diantara variabel digunakan model ECM dan Uji kointegrasi Johnson. Hasil penelitiannya menunjukkan, bahwa terdapat hubungan negatif antara pengeluaran pemerintah dan kemiskinan, dan ada

37 hubungan jangka pendek dan panjang antara kemiskinan dan pengeluaran pemerintah.

Untuk kasus Indonesia, hubungan antara pengeluaran pemerintah dan kemiskinan pernah dilakukan oleh Birowo (2011) dengan membandingkan klasifikasi anggaran, sebelum dan sesudah refomasi manajemen anggaran 2004. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menguji hubungan antara pengeluaran pemerintah dan penurunan kemiskinan di Indonesia, (2) membandingkan hubungan klasifikasi pengeluaran pemerintah dan penurunan kemiskinan di Indonesia, sebelum dan setelah reformasi keuangan, dan (3) menentukan alokasi pengeluaran pemerintah yang mana mempengaruhi penurunan kemiskinan secara signifikan. Menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dengan data sekunder berbentuk time series selama 1976 -2009.

Penelitian tersebut menyimpulkan: (1) dengan menggunakan pertumbuhan pengeluaran sebagai variabel proksi, pengeluaran pemerintah secara keseluruhan tidak mempunyai hubungan negatif dengan tingkat kemiskinan, (2) studi ini gagal untuk membandingkan hubungan antara pengeluaran pemerintah dan kemiskinan secara sektoral antara waktu sebelum dan setelah reformasi anggaran, karena tidak tersedianya data, (3) prioritas reformasi anggaran di luar dari delapan sektor, pengeluaran pada sektor pendidikan dan industri yang memiliki hubungan negatif terhadap tingkat kemiskinan.

Selanjutnya Sitepu (2007) yang menganalisis dampak investasi sumberdaya manusia dan transfer pendapatan terhadap distribusi pendapatan dan kemiskinan di Indonesia dengan menggunakan model ekonomi keseimbangan umum menyimpulkan bahwa: (1) peningkatan investasi sumberdaya manusia secara langsung berdampak pada peningkatan produktivitas tenaga kerja yang mendorong pada peningkatan Produk Domestik Bruto riil yang ditunjukkan oleh peningkatan stok kapital, neraca perdagangan dan konsumsi rumahtangga. Investasi kesehatan dapat mengurangi kemiskinan dengan persentase yang lebih besar jika dibandingkan investasi pendidikan, (2) peningkatan investasi sumberdaya manusia berdampak pada penurunan harga-harga yang ditunjukan oleh penurunan indeks harga konsumen, sebaliknya transfer pendapatan menyebabkan tingkat inflasi yang semakin tinggi, (3) output di seluruh sektor

meningkat sebagai akibat dari peningkatan investasi sumberdaya manusia. Secara umum, output yang meningkat paling besar adalah sektor industri, pertanian dan jasa, (4) peningkatan investasi sumberdaya manusia lebih efektif menurunkan ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan di Indonesia dibandingkan dengan transfer pendapatan yang dilakukan pemerintah kepada kelompok rumahtangga perdesaan.