• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. KERANGKA TEOR

3.1. Teori Pertumbuhan Ekonom

3.1.2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Modern

3.1.2.1. Teori Pertumbuhan Harrod-Domar.

Model ekonomi makro Keynesian yang menjelaskan stabilitas pendapatan nasional pada kondisi kesempatan kerja penuh, termasuk penggunaan kapasitas yang terpasang, dalam jangka pendek, telah dikembangkan menjadi analisis kondisi dan persyaratan yang diperlukan agar proses pertumbuhan ekonomi dapat berlangsung pada ekuilibrium yang stabil dalam jangka panjang. Pengembangan ini menghasilkan teori pertumbuhan ekonomi Keynesian. Model pertumbuhan Harrod (1939) dan Domar (1946) atau sering disingkat dengan model pertumbuhan Harrod-Domar (Harrod-Domar Model) merupakan model pertumbuhan Keynesian yang telah dikenal dan diaplikasikan secara luas dalam proses pembangunan negara-negara sedang berkembang.

Domar (1946) mengkonstruksi teorinya dengan menekankan pada peran ganda yang dimainkan oleh investasi dalam proses pertumbuhan ekonomi. Investasi pada satu sisi mempengaruhi permintaan agregat lewat proses invesment multiplier, namun pada sisi lain investasi dalam persfektif waktu yang lebih panjang, merupakan proses akumulasi modal yang akan menambah stok kapital (seperti pabrik-pabrik, infrastruktur, dan perumahan) dan meningkatkan kapasitas produksi sehingga investasi juga mempengaruhi penawaran agregat. Dalam kaitan ini Domar mempertanyakan, pada laju berapakah investasi harus meningkat agar peningkatan permintaan agregat sama dengan kenaikan kapasitas produksi, sehingga pemanfaatan kapasitas penuh dapat dipertahankan (Jhingan, 1996).

Dalam model yang dikembangkannya, dikemukakan bahwa pertumbuhan permintaan agregat sama dengan investasi (I) dikalikan dengan besaran multiplier (1/s). Sedangkan, pertumbuhan kapasitas produksi (penawaran agregat) sama dengan investasi (I) dibagi rasio kapital output (capital output ratio=k). Melalui manipulasi matematis diperoleh laju pertumbuhan investasi yang diperlukan agar dapat menyamakan laju pertumbuhan permintaan agregat dengan laju pertumbuhan penawaran, yaitu sebesar rasio MPS (Marginal Propensity to Save=s) terhadap COR (Capital Output Ratio=k), atau :

k s I I K K Y Y = ∆ = ∆ = ∆ ...(3.1)

49 dimana : ∆Y/Y = laju pertumbuhan permintaan agregat atau ouput, ∆K/K= laju peningkatan stok kapital (penawaran agregat), dan ∆I/I= laju peningkatan investasi.

Harrod (1939) mengembangkan teorinya mendahului teori pertumbuhan Domar, namun kedua teori ini memiliki banyak kesamaan dan sampai pada kesimpulan yang sama. Pertumbuhan ekonomi menurut Harrod, dapat dibedakan atas pertumbuhan aktual, pertumbuhan yang diinginkan, dan pertumbuhan alamiah. Pertumbuhan aktual (the actual growth=∆Y/Y), adalah laju pertumbuhan sesungguhnya atau terrealisir yang besarnya ditentukan oleh rasio tabungan- output (S/Y) dan rasio tambahan kapital-output (∆K/∆Y). Kedua besaran ini dianggap bersifat konstan dan melalui manipulasi matematis investasi akan sama dengan tabungan. Pada tingkat laju pertumbuhan aktual, output aktual tidak selalu sama dengan output potensial (yaitu output yang dapat diproduksi apabila seluruh kapasitas pabrik dalam perekonomian terpakai secara penuh). Apabila permintaan agregat relatif kecil, ouput aktual akan lebih kecil dari output potensial sehingga sebagian kapasitas pabrik tidak terpakai. Dengan demikian, laju pertumbuhan aktual menunjukkan variasi siklis jangka pendek dalam laju pertumbuhan ekonomi.

Laju pertumbuhan yang diinginkan adalah laju pertumbuhan yang dianggap memadai oleh para pengusaha/investor sehingga dapat menjamin tercapainya kapasitas penuh atau terciptanya keseimbangan permintaan (pendapatan) dan produksi dalam jangka panjang (the warranted rate of growth). Pada laju pertumbuhan ini, permintaan agregat dianggap cukup tinggi oleh para pengusaha sehingga dapat menjamin terjualnya seluruh produk yang dihasilkan dengan memanfaatkan seluruh kapasitas pabrik yang ada. Dengan kata lain ouput aktual akan dapat menyamai output potensial sehingga tidak ada variasi siklis dalam pertumbuhan ekonomi. Laju pertumbuhan ini tercapai apabila output (aktual dan potensial), permintaan agregat, stok kapital, dan investasi tumbuh pada tingkat yang sama yaitu sebesar warranted rate of growth.

Perekonomian akan berada dalam posisi keseimbangan ketika laju pertumbuhan aktual sama dengan laju pertumbuhan yang menjamin kapasitas penuh yang tidak lain adalah merupakan laju pertumbuhan ekuilibrium dalam

jangka panjang. Apabila laju pertumbuhan aktual lebih kecil dari laju pertumbuhan yang menjamin kapasitas penuh, perekonomian akan mengalami kelebihan kapasitas yang semakin lama semakin parah sehingga perekonomian akan masuk ke dalam jurang depresi jangka panjang. Sebaliknya jika permintaan agregat tumbuh sangat cepat sehingga laju pertumbuhan aktual melebihi laju pertumbuhan yang menjamin kapasitas penuh, perekonomian akan mengalami inflasi kronis dalam jangka panjang. Ketika perekonomian mengalami disequilibrium, baik berupa depresi atau inflasi, tidak akan ada mekanisme otomatis yang akan membawa perekonomian kembali ke posisi keseimbangannya.

Pertumbuhan alamiah (the natural rate of growth) adalah laju pertumbuhan output potensial yang dilihat dari sisi tenaga kerja yang tersedia. Setiap pertambahan penduduk akan meningkatkan jumlah tenaga kerja dan setiap kemajuan teknologi akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja sehingga keduanya akan meningkatkan output potensial.

Pertumbuhan yang kontinyu dalam posisi ekuilibrium jangka panjang hanya akan tercapai apabila perekonomian tumbuh pada jalur warranted rate of growth dan sekaligus jalur natural rate of growth. Pada posisi ini output aktual, output potensial (dari sisi kapasitas pabrik dan sisi tenaga kerja), permintaan agregat, stok kapital, investasi dan kesempatan kerja, tumbuh pada tingkat yang sama yaitu pada laju pertumbuhan kedua jalur tersebut. Dengan kata lain perekonomian mencapai ekuilibrium secara simultan atau posisi keseimbangan umum (general equilibrium) yang disebut steady state growth.

Akan tetapi posisi keseimbangan ideal tersebut jarang sekali terjadi karena faktor-faktor yang menentukan warranted rate of growth berbeda dari faktor- faktor yang menentukan natural rate of growth. Oleh sebab itu, Harrod sampai pada kesimpulan teorema ketidakseimbangannya (disekuilibrium theorem) yang menyatakan bahwa di dalam proses pertumbuhan ekonomi terkandung secara inheren unsur ketidakstabilan yang sewaktu-waktu dapat mengganggu keadaan ekuilibrium. Selama proses pertumbuhan ekonomi berlangsung, tidak ada kekuatan-kekuatan yang secara otomatis dapat membawa penyimpangan- penyimpangan kembali ke dalam jalur ekuilibrium. Stabilitas pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang hanya dapat tercapai melalui intervensi

51 pemerintah lewat kebijakan fiskal dan moneter untuk menanggulangi gangguan penyimpangan dan ketidakstabilan (Boediono, 1992 dan Djojohadikusumo, 1994).

Uraian di atas memperlihatkan bahwa teori makro dan model pertumbuhan Keynesian sangat menonjolkan pentingnya kebijakan ekonomi makro untuk menciptakan stabilitas pertumbuhan. Stabilitas ekonomi menurut paham Keynesian sangat ditentukan oleh stabilitas pengeluaran agregat beserta komponen-komponenya. Pengeluaran pemerintah merupakan bagian yang mendapat perhatian utama dalam model Keynesian. Oleh sebab itu kebijakan fiskal mendapat forsi yang lebih besar untuk menstabilkan variabel-variabel ekonomi makro. Pengeluaran pemerintah lebih banyak dilihat dari sisi permintaan, tetapi tidak dilihat dari sisi suplai. Padahal peningkatan pengeluaran pemerintah, terutama untuk penyediaan infrastruktur akan berdampak langsung terhadap peningkatan kapasitas produksi yang akan menjamin keberlanjutan proses pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.