• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. KERANGKA TEOR

3.3. Teori Investas

3.3.1. Efisiensi Marginal Investasi

Konsep efisiensi marginal investasi (marginal efficiency of investment) menerangkan tentang sifat hubungan di antara besarnya (jumlah) investasi yang akan dilakukan dengan suku bunga. Dengan menggunakan konsep efisiensi marginal investasi ini, Keynes menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang berbalikan (negatif) di antara suku bunga dengan jumlah investasi yang akan dilakukan pada suatu periode waktu tertentu yaitu suku bunga yang tinggi akan mengurangi investasi dan sebaliknya semakin rendah suku bunga, semakin besar investasi.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat kurva efisiensi marginal investasi pada Gambar 4. Kurva ini memberikan gambaran tentang dua hal yaitu: (1) tingkat investasi yang akan dilakukan dalam perekonomian pada suatu periode tertentu, dan (2) jumlah nilai proyek yang tingkat pengembalian modalnya melebihi atau sama dengan suku bunga.

Pada titik A menggambarkan, tingkat suku bunga r0 sebanyak I0 investasi akan dilakukan. Pada waktu yang sama ini menggambarkan, bahwa nilai investasi untuk merealisir proyek-proyek yang mempunyai tingkat pengembalian modal yang sedikit-dikitnya sama dan yang melebihi r0 adalah I0. Selanjutnya perhatikan titik B, penurunan suku bunga dari r0 menjadi r1 menyebabkan investasi meningkat dari I0 menjadi I1. Pada waktu yang sama perubahan itu menunjukkan bahwa proyek-proyek yang mempunyai prospek tingkat pengembalian modal sama atau lebih tinggi dari r1 memerlukan investasi sebanyak I1.

Sumber: Sukirno (2007)

Gambar 4. Efisiensi Marginal Investasi 3.3.2. Teori Investasi Harrod-Domar

Dalam bagian ini akan dijelaskan bagaimana peranan investasi menurut teori Harrod-Domar. Teori Harrod-Domar adalah perkembangan langsung dari teori makro Keynes jangka pendek menjadi suatu teori makro jangka panjang. Aspek utama yang dikembangkan dari teori Keynes adalah aspek yang menyangkut peranan investasi (I) dalam jangka panjang. Dalam teori Keynes, pengeluaran investasi (I) mempengaruhi permintaan (Z) tetapi tidak mempengaruhi penawaran agregat (S). Harrod-Domar melihat pengaruh investasi dalam perspektif waktu yang lebih panjang. Menurut kedua ekonom ini, pengeluaran investasi (I) tidak hanya mempunyai pengaruh (lewat proses multplier) terhadap permintaan agregat (Z), tetapi juga terhadap penawaran agregat (S) melalui pengaruhnya terhadap kapasitas produksi. Dalam perspektif waktu yang lebih panjang ini, I menambah stok kapital (misalnya, pabrik-pabrik, jalan-jalan dan sebagainya). Jadi I = ∆K, dimana K adalah stok kapital dalam masyarakat. Ini berarti pula peningkatan kapasitas produksi masyarakat, dan selanjutnya berarti bergesernya kurva S ke kanan.

63

Sumber: Budiono (1992)

Gambar 5. Pengaruh Investasi Dalam Perspektif Waktu Yang Lebih Panjang Keterangan

a : ∆ I menggeser Z lewat proses multiplier (jangka pendek)

b : ∆ I menggeser S lewat pertambahan kapasitas produksi (jangka panjang)

Setiap penambahan stok kapital masyarakat (K) akan meningkatkan kemampuan masyarakat menghasilkan output (Qp). Qp disini merupakan output potensial yang bisa dihasilkan dengan stok kapital (kapasitas pabrik) yang ada. Perlu cicatat bahwa output yang betul-betul diproduksikan atau direalisisr (Qa) belum tentu sama dengan output potensial tersebut. Hal akan tergantung pada, apakah permintaan agregat (Z) cukup atau tidak. Apabila, misalnya, tingkat permintaan agregat (Z) pada suatu waktu lemah, atau lebih kecil daripada Qp (Z < Qp), maka tingkat output yang direalisir (Qa) akan lebih kecil daripada Qp (Qa < Qp). Jadi akan ada kapasitas produksi yang menganggur atau excess capacity. Sebaliknya jika Z cukup kuat, maka Qa bisa sama dengan Qp, yang berarti seluruh kapasitas pabrik terpakai secara utuh. Apabila Z sangat kuat, maka Qa juga akan tetap sama dengan Qp, karena per definisi Qp merupakan tingkat output maksimum dilihat dari segi kapasitas pabrik (atau secara umum, dari segi stok kapital masyarakat yang tersedia).

Harrod-Domar menggambarkan hubungan yang sederhana antara K dan Qp

...(3.7) sebagai :

dimana h, menunjukkan berapa unit output yang bisa dihasilkan dari setiap unit kapital. Koefisien ini diberi nama ouput-capital ratio, dan kebalikannya, yaitu 1/h, adalah capital-output ratio.

Hubungan antara K dan Qp adalah proporsional, artinya apabila misalnya, K naik dua kali lipat, maka Qp

...(3.8) juga naik dua kali lipat. Jadi apabila dalam satu tahun ada investasi sebesar I, maka stok kapital pada akhir tahun tersebut akan bertambah sebesar ∆K = I. Selanjutnya penambahan kapasitas ini akan meningkatkan output potensial sebesar :

Semakin besar I, maka akan semakin besar tambahan output potensial. Nilai h akan sangat tergantung pada keadaan dan tahap perkembangan perekonomiannya. Secara umum h bernilai antara 0 dan 1, dan biasanya berkisar antara 0.25 dan 0.50 3.3.3. Peranan Investasi Dalam Perekonomian

Menurut Anderson et al. (2006) sebagian besar yang membicarakan pengaruh investasi publik terhadap pertumbuhan ekonomi dimulai dengan asumsi, bahwa kapital swasta dan publik merupakan sesuatu yang saling melengkapi (komplementer). Hal ini disebabkan oleh kapital swasta dan publik adalah sesuatu yang sungguh-sungguh berbeda. Kapital publik sebagian besar mencakup barang- barang publik, seperti jalan, penyediaan listrik dan lain-lain, sedangkan kapital swasta sebagian besar mencakup, seperti pembangunan gedung-gedung, mesin dan lain-lain. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diformulasikan fungsi produksi agregat dalam suatu perekonomian yaitu :

...(3.9) dimana: Y = output agregat, K = kapital swasta (manusia dan/atau fisik), G = kapital publik, N = sumberdaya alam, L = angkatan kerja, dan A = tingkat teknologi atau produktivitas faktor total. Dengan model ini, berarti apabila stok kapital publik meningkat, maka output agregat akan mengalami peningkatan pula (lihat Gambar 6). Dengan cara ini, apabila kapital swasta dan publik merupakan

65 suatu komplemnter, maka peningkatan investasi publik akan mengakibatkan terjadinya peningkatan pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara.

Investasi swasta, baik yang berasal dari dalam negeri (PMDN) maupun dari luar negeri (PMA) memegang peranan penting dalam perekonomian, hal ini disebabkan oleh terbatasnya kemampuan dana pemerintah dalam membiayai pembangunannya. Investasi merupakan salah satu input bagi pertumbuhan ekonomi. Pemerintah harus selalu seiring dan sejalan dengan pihak swasta untuk membangun.

Sumber: Anderson et al. (2006)

Gambar 6. Hubungan Kapital Publik dan Output

Investasi, terutama investasi swasta asing tidak hanya mampu meningkatkan kemampuan permodalan dalam negeri, tetapi juga memiliki manfaat yang lebih luas. Seperti yang diutarakan oleh Osinubi and Amaghionyeodiwe (2010) dan Louzi and Abadi, (2011 ), bahwa investasi swasta asing memiliki banyak keuntungan, antara lain: terjadinya transfer teknologi, produktivitas yang tinggi, pendapatan yang tinggi, dapat meningkatkan penerimaan pemerintah dari pajak, peningkatan keseimbangan neraca pembayaran, generasi ketenagakerjaan, diversifikasi pengembangan industri dasar, modernisasi dan pembangunan industri yang berkaitan, tersedianya modal, peningkatan keahlian manajerial dan berwirausaha, merek dan akses ke pasar.

Sejalan dengan hal tersebut, menurut Jhingan (1996) ada beberapa sebab, kenapa investasi swasta asing langsung lebih disukai, ketimbang investasi

portfolio yaitu: (1) investasi asing langsung memperkenalkan manfaat ilmu, teknologi dan organisasi yang mutakhir ke negara terbelakang, (2) mendorong perusahaan lokal untuk menginvestasikan sendiri lebih banyak pada industri

pendukung atau dengan cara bekerjasama dengan perusahaan asing, (3) memperoleh jumlah modal yang lebih besar. Sebagian laba pada umumnya

ditanamkan kembali ke dalam pengembangan, modernisasi atau pembangunan industri yang terkait, (4) disalurkan kepada penggunaan yang logis dan produktif, (5) kemungkinan pelarian modal dari negara peminjam kurang dan karena itu juga dimungkinkan beban neraca pembayaran menjadi kecil selama depresiasi, karena investasi langsung, tidak seperti obligasi, dibayar dengan deviden yang dikaitkan dengan laba, (6) meringankan beban neraca pembayaran negara terbelakang, karena tenggang waktu antara pengoperasian perusahaan bisnis baru dan perolehan laba adalah sama, (7) karena investasi langsung mengalir ke sektor pertanian dan industri pengolahan yang memproduksi barang-barang primer untuk ekspor, maka dapat membantu meringankan posisi neraca pembayaran negara terbelakang, dan (8) investasi asing langsung yang mengalir ke negara sedang berkembang, terkadang dapat pula mendorong pengusahanya untuk menanamkan modalnya di negara terbelakang lainnya.