• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buddha vs Jin Alavaka

Dalam dokumen RIWAYAT HIDUP BUDDHA GAUTAMA Jilid 2 (Halaman 90-95)

( Jin adalah mahluk halus mirip manusia. Kalau di Jawa disebut genderuwo. Tingginya setiang

listrik. Badannya gempal, berbulu lebat dan bermata merah. Sifatnya sejelek badannya. )

Suatu hari Raja Alavi sedang berburu, kemudian ada hewan buruannya yg lepas dari ikatan. Sesuai adat, Raja sendiri yg harus mengejarnya.

Raja ( sendirian tanpa ditemani oleh pengawalnya ) mengejar sampai beberapa kilometer jauhnya. Setelah buruannya tertangkap, Raja membunuh dan memotongnya. Lalu dibawa pulang.

Saat pulang, di tengah jalan Raja duduk beristirahat di bawah pohon beringin. Pohon ini ditinggali oleh satu jin yg bernama Alavaka. Jin Alavaka telah mendapatkan izin dari Dewa Vesavana untuk bisa memangsa siapa saja yg berada di bawah pohonnya.

( Dewa Vesavana adalah salah satu dari empat Raja Dewa yg menguasai alam Catumaharajika,

surga tingkat pertama )

Raja ditangkap oleh jin Alavaka. Raja memohon agar dilepaskan, sebagai tebusannya Raja menawarkan korban manusia lain untuk menggantikannya. Raja menjanjikan kalau korban pengganti ini akan diberikan secara rutin. Jin Alavaka setuju dengan syarat kalau sampai Raja mengingkari janji, maka Jin Alavaka akan datang sendiri ke istana untuk memakan Raja.

Setelah sampai di istana, Raja merundingkan masalah ini dengan walikota dan menterinya. Menterinya bertanya sampai kapan atau berapa kali korban pengganti akan dikirim, Raja menjawab bahwa masalah itu tidak dibahas. Gawat, itu berarti korban harus dikirim secara rutin terus menerus.

Akhirnya mereka sepakat untuk mengirimkan para narapidana sebagai korban pengganti. Para napi ini diberitahu kalau mereka bisa dibebaskan asalkan mereka pergi ke pohon beringin yg ditunjuk. ( Tentu saja mereka tidak diberitahu tujuan sebenarnya. )

Setelah para napi habis dikirim, penjara sudah kosong, kemudian Raja memerintahkan agar setiap anak kecil dikirimkan sebagai korban pengganti.

( tidak jelas disebutkan, apakah korban dikirim setiap hari, atau setiap minggu, tapi yg jelas setiap

kali kirim satu orang korban saja.)

Lama kelamaan, penduduk yg punya anak kecil banyak yg pindah karena takut menjadi korban. Kejadian ini berlangsung selama dua belas tahun lamanya. Akhirnya tidak ada anak kecil lagi di kerajaan itu selain putra Raja sendiri yg masih bayi.

Dengan berat hati Raja terpaksa memerintahkan agar mengorbankan anaknya.

Ratu dan para dayang menangis saat prajurit kerajaan mengambil paksa si Pangeran.

Sementara itu, Sang Buddha sedang berada di Vihara Jetavana, Beliau melihat dg mata batin, siapa saja yg bisa ditolong pada hari itu. Yaitu mahluk mahluk yg karma baiknya memungkinkan. Kemudian tampaklah Raja Alavi dengan seluruh persoalannya. Buddha melihat bahwa Pangeran dan Jin Alavaka sama sama bisa ditolong.

Kemudian Buddha pergi berjalan kaki menuju pohon beringin tempat tinggal Jin Alavaka. Jaraknya sekitar 90 kilometer dari Vihara. Buddha butuh waktu seharian untuk sampai kesana. ( kalau dilihat dg mata manusia memang itu pohon beringin, tapi kalau dilihat dg mata batin itu

adalah perumahan mahluk halus, bisa jin atau dewa bumi. Makanya jangan buang sampah apalagi sampai kencing dibawah pohon beringin kalau mau selamat )

Saat Buddha datang, Jin Alavaka sedang pergi ke Himalaya untuk mengikuti pertemuan para jin. Buddha disambut oleh dewa bumi yg menjaga daerah itu. Dewa bumi memperingatkan Sang Buddha agar pergi menjauh, sebab Jin Alavaka sangat berbahaya.

Buddha menjawab tidak apa apa. Kemudian dewa bumi mempersilakan Buddha untuk menunggu di pintu gerbang, sementara ia sendiri pergi ke Himalaya untuk memberitahukan Jin Alavaka bahwa Sang Buddha datang.

Setelah dewa bumi pergi, Buddha langsung masuk ke dalam istana Jin Alavaka, dan duduk di kursi pribadi ( singasana) Jin Alavaka.

( Kalau sampai masuk halamannya aja udah dimakan, bagaimana kalau sampai duduk di kursi

pribadinya ? Kebayang gak bakal gimana marahnya jin Alavaka ? )

Di dalam istana, Sang Buddha disambut baik oleh para istri jin Alavaka. Sang Buddha lalu mengajarkan Dhamma pada mereka, agar menyayangi semua mahluk dan tidak menyakiti siapapun.

Pada saat yg bersamaan, ada dua jin lain yg bernama Satagira dan Hemawata sedang terbang melintas dekat istana jin Alavaka. Mereka juga mau menghadiri pertemuan para jin di Himalaya.

Karena para jin tidak diperbolehkan mendekati Buddha, kecuali untuk memberi hormat, maka mereka ditangkap oleh dewa yg mengawal Sang Buddha.

( Buddha dikawal oleh sedikitnya empat dewa di empat penjuru mata angin )

Begitu tahu penyebab mereka ditangkap, kemudian dua jin ini minta dilepaskan guna memberi hormat pada Buddha. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan ke Himalaya.

Ketika Jin Alavaka mendengar laporan dari dewa bumi bahwa Buddha hendak bertamu ke rumahnya, ia malah marah.

Ditambah lagi ketika jin Satagira dan Hemawata memberitahukan bahwa Sang Buddha sudah berada di rumah Jin Alavaka, kemarahan Jin Alavaka makin menjadi jadi.

Kemudian Jin Alavaka bertanya :

" Siapa sih Buddha ?! Koq berani Dia masuk ke rumah saya ? "

Jin Satagira menjawab :

" Loh ? Kamu belum kenal Buddha ? Beliau yang tertinggi di semua alam. "

Jin Alavaka :

" Tidak peduli siapapun dia, akan kubantai !!! "

Jin Satagira :

" Hei Alavaka. Dibandingkan dengan Buddha, kamu bagaikan serigala tua mau melawan singa yg perkasa. Kamu gak bakalan menang. "

Jin Alavaka :

" Kita lihat, siapa yg lebih kuat ! "

Ia lalu menendang gunung yg ada di dekatnya, sampai menimbulkan percikan api. Kemudian ia berteriak " Saya Jin Alavaka !!! "

Suaranya terdengar sampai di Istananya sendiri.

Jin Alavaka langsung pulang, sampai di istana ia meledak dalam kemarahan karena melihat Sang Buddha sedang duduk di kursi pribadinya dengan dikelilingi oleh para istri Jin Alavaka.

Ia mencoba untuk mencengkeram tubuh Buddha. Tapi ia tidak bisa mendekati Buddha, seperti ada gaya magnet yg menolaknya.

Jin Alavaka lalu menggunakan kesaktiannya. Ia menciptakan badai yg bisa menumbangkan pohon. Tapi Buddha tidak terpengaruh, Beliau tetap duduk bersila dengan tenang.

Sementara itu, para dewa yg tinggal di surga mulai turun ke bumi dan berkumpul untuk menyaksikan pertarungan ini dari dekat. Mereka bersorak sorai setiap kali serangan jin Alavaka gagal. ( Mereka ini supporternya Buddha )

Jin Alavaka lalu menciptakan badai pasir dan kegelapan untuk membutakan mata Buddha. Tapi Buddha tidak terpengaruh.

Jin Alavaka lalu berubah wujud jadi monster raksasa, ia mencoba untuk mencabik tubuh Buddha. Tapi tetap saja ia tidak bisa mendekati Buddha.

Ia memaksa terus mendekat sambil cakarnya diayun ayunkan ke tubuh Buddha.

Sementara Buddha duduk santai membiarkan saja jin Alavaka menghabiskan tenaganya sepanjang malam.

Setelah kecapekan, akhirnya Jin Alavaka berubah kembali ke wujud semula, ia lalu mengeluarkan senjata pamungkasnya, ini adalah mustika yg disebut Dussavudha. Bentuknya cuma sehelai kain, menjadi bagian dari pakaian atas Jin Alavaka.

Senjata ini jika dilemparkan ke langit, maka hujan tidak akan turun di daerah itu selama dua belas tahun. Jika dilemparkan ke tanah maka semua tanaman di daerah itu akan mati, dan tanah itu tidak akan bisa ditanami selama dua belas tahun.

Jika dilemparkan ke danau maka airnya akan mendidih dan menguap sampai kering. Jika dilemparkan ke bukit maka bukit itu akan hancur.

Jin Alavaka melemparkan Dussavuda ke arah Buddha, tapi senjata itu cuma jatuh tergeletak saja sebelum sempat mengenai tubuh Buddha. Dan tidak ada pengaruh apapun terhadap tanah disekitar sana.

Jin Alavaka benar benar sudah kehabisan tenaga dan kehabisan kemarahan, sebab sudah dilampiaskan semalaman. Kemudian ia meminta secara baik baik agar Buddha pergi keluar dari istananya.

Buddha lalu bangkit berdiri dan melangkah pergi.

Jin Alavaka tertegun sejenak. Ia berpikir kenapa begitu mudah mengusir Buddha, padahal semalaman diserang gak bisa.

Kemudian muncullah niat jahil jin Alavaka, saat Buddha sudah di pintu gerbang mau keluar, jin Alavaka memanggil Buddha agar masuk kembali. Setelah sampai di dalam ruangan, Buddha disuruh pergi lagi. Demikianlah bolak balik sampai tiga kali.

Saat keempat kalinya jin Alavaka menyuruhNya pergi, Buddha menolak. Jin Alavaka lalu berkata :

" Saya akan mengajukan beberapa pertanyaan. Jika Anda tidak bisa menjawab dengan baik, maka saya akan membuat Anda menjadi gila, mencabut jantung Anda, lalu melemparkan Anda ke sungai Gangga. "

( Dasar gak tau diri, sudah semalaman dicoba gak bisa, masih mau nantang lagi. )

Buddha menjawab :

" Tidak ada mahluk apapun juga, baik manusia, Dewa atau bahkan Brahma, yg bisa melakukan kekerasan terhadap Saya. Tapi jika Anda ingin bertanya, ya silakan saja. "

( Supaya singkat, pertanyaan dan jawabannya tidak dicantumkan disini. Kalau pembaca mau

tahu, silakan liat Yakkhasamyutta 12, Samyutta Nikaya. )

Orangtua Jin Alavaka telah mempelajari 13 pertanyaan spiritual dan jawabannya dari Buddha Kassapa ( Buddha sebelum Sidharta Gautama ), kemudian mereka mengajari Alavaka ketika ia masih kecil. Sayang Alavaka lupa jawabannya. Jadi ia mencari tahu jawabannya pada setiap

petapa yg masuk ke halaman rumahnya. Kalau jawaban mereka tidak memuaskan, maka Alavaka akan membunuhnya.

Setelah Buddha menjawab seluruh pertanyaanya, jin Alavaka mencapai Pencerahan Spiritual tingkat pertama. Ia seketika berubah jadi sangat baik dan menjadi pengikut Buddha.

Saat itu matahari sudah terbit. Prajurit kerajaan sudah sampai ke pohon beringin untuk memberikan putra Raja sebagai korban. Jin Alavaka menerimanya, kemudian menyerahkannya pada Buddha. Buddha lalu memberkati pangeran, Beliau menaruh tangan kananNya di kening pangeran seraya berkata : " Semoga Anda bahagia dan panjang umur. "

Buddha lalu menyerahkan kembali si pangeran pada prajurit kerajaan yang menyambutnya dengan gembira.

Sejak saat itu pangeran diberi nama Hattaka Alavaka.

Setelah Raja mendengar bahwa jin Alavaka menjadi pengikut Buddha, maka Raja memerintahkan pembangunan sebuah kuil untuk menghormati jin Alavaka

.

Bagian 80

Dalam dokumen RIWAYAT HIDUP BUDDHA GAUTAMA Jilid 2 (Halaman 90-95)