• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pangeran Ajatasatu

Dalam dokumen RIWAYAT HIDUP BUDDHA GAUTAMA Jilid 2 (Halaman 166-170)

Ajatasatu adalah anak Raja Bimbisara dari kerajaan Magadha [1]. Ibunya bernama Ratu Kosala Devi. Saat Ajatasatu masih berada dalam kandungan, ibunya ngidam minum darah suaminya, yaitu Raja Bimbisara.

Tapi karena hal ini sulit dipenuhi, ibunya memendam hasrat yang sangat menggelora ini. Sampai sampai ia menjadi kurus, dan sayu. Setelah tahu istrinya ngidam aneh, suaminya lalu meminta dokter istana untuk mengambil darahnya guna memenuhi kemauan si jabang bayi.

Para peramal mengatakan bahwa kelak si anak akan menjadi musuh besar yang akan membunuh ayahnya. Maka ia diberi nama Ajatasatu, yang berarti 'Musuh Yang Belum Lahir ' [2].

Untuk mencegah bencana di kemudian hari, Ratu berusaha menggugurkan kandungannya. Tanpa sepengetahuan Raja Ia pergi ke sebuah taman [3], disana ia memijat perutnya supaya janinnya keluar. Tapi usaha ini gagal walaupun sudah dicoba berulang kali ( Ratu bolak balik ke

taman itu untuk aborsi ).

Sejak itu Raja memerintahkan agar Ratu dijaga dengan ketat selama masa kehamilannya, sebab Raja ingin agar anak itu tetap hidup. Ratu lalu berencana untuk membunuh anaknya setelah lahir.

Para dayang istana yang mengetahui rencana Ratu, langsung membawa pergi si bayi begitu dilahirkan. Mereka lalu merawat anak itu sampai agak besar ( mungkin sampai usia 5 atau 7

tahun ). Setelah itu mereka membawa kembali anak itu kepada Ratu.

Melihat Ajatasatu tumbuh menjadi anak yang cakep, imut dan lucu, Ratu langsung sayang padanya. Ia lupa pada rencananya untuk membunuh Ajatasatu. Raja Bimbisara juga jatuh hati melihat anaknya. Ia lalu menobatkan pangeran kecil itu menjadi Putra Mahkota.

Setelah Pangeran Ajatasatu dewasa, ia menjadi pengikut setia bhikku Devadatta [4]. Suatu hari Devadatta menghasut Ajatasatu agar membunuh ayahnya supaya ia bisa langsung naik tahta menjadi raja.

Ajatasatu yang termakan hasutan [5], lalu berupaya membunuh ayahnya. Ia lalu membawa senjata tajam, dan memasuki ruangan pribadi Raja. Tapi ia tertangkap oleh para pengawal Raja.

Raja yang mengetahui usaha pembunuhan dirinya ini, tidak menghukum Ajatasattu. Malah ia turun tahta dan menobatkan Ajatasattu menjadi Raja menggantikan dirinya.

Devadatta yang tahu bahwa Raja Bimbisara adalah pengikut Buddha yang setia, tidak tenang selama Raja Bimbisara masih hidup. Ia kembali menghasut Ajatasattu agar membunuh ayahnya, dengan alasan agar posisi Ajatasattu sebagai Raja tidak tergoyahkan.

Ajatasattu tidak mau membunuh ayahnya secara terang terangan, sebab tujuannya menjadi Raja sudah tercapai, dan takut rakyat marah padanya ( Raja Bimbisara terkenal baik dan bijaksana ).

Devadatta lalu meminta agar Ajatasattu memenjarakan ayahnya tanpa diberi makan, agar kematiannya tidak kentara. Ajatasattu setuju. Demikianlah, rencana Devadatta dilaksanakan.

Ratu Kosala Devi setiap hari datang menjenguk Raja dan membawakan makanan secara rahasia. Begitu ketahuan sama Ajatasattu, Ratu dilarang membawa makanan.

Ratu mencari akal bagaimana bisa menolong Raja, ia lalu melumuri tubuhnya dengan madu sehingga Raja bisa menjilati tubuhnya dan bertahan hidup dengan cara itu. Tapi ketahuan lagi sama Ajatasattu. Akhirnya Ratu dilarang menjenguk Raja.

Ratu berdiri di depan penjara sambil berkata : " Baginda, engkaulah yang dahulu menghalangiku untuk membunuhnya saat ia masih bayi. Sekarang begini jadinya. Aku tidak bisa melihatmu lagi. Maafkan segala kesalahanku. " Ratu pulang sambil menangis.

Raja Bimbisara mengisi waktunya dipenjara dengan melakukan meditasi berjalan [6].

Berkat kebahagiaan dan energi yang didapat dari meditasi berjalan, Raja Bimbisara bisa tetap bertahan hidup walaupun tidak makan.

Ajatasatu heran, kenapa ayahnya belum mati juga, padahal sudah lama tidak makan. Setelah diberitahu bahwa ayahnya bertahan hidup berkat meditasi berjalan, ia memerintahkan tukang cukur kerajaan agar melukai kaki ayahnya supaya tidak bisa berjalan lagi.

Raja Bimbisara gembira ketika melihat tukang cukur kerajaan memasuki selnya. Ia mengira anaknya menyuruh tukang cukur memangkas rambut dan janggutnya ( yang memang sudah

panjang tak terawat ) lalu membebaskannya. Tetapi ketika diberitahu tujuan sebenarnya, Raja

hanya bisa pasrah.

Tukang cukur mengiris telapak kaki Raja dengan pisau cukur, lalu menaburkan garam pada lukanya. Tidak kuat menahan derita, akhirnya Raja Bimbisara wafat. Ia muncul kembali sebagai Raja jin yang bernama Janavasabha [7].

Catatan :

[1] Tentang Raja Bimbisara bisa lihat di bagian 37 di buku jilid 1.

[2] Orangtua dan anak yang saling membenci dan menyakiti disebabkan karena di kehidupan sebelumnya mereka adalah musuh. Ketemu lagi di kehidupan sekarang untuk melanjutkan permusuhannya. Ini dikarenakan salah satu pihak ingin membalas dendam, dan kondisinya memungkinkan untuk itu.

Raja Bimbisara sudah pernah merugikan Ajatasattu jauh di kehidupan sebelumnya. Ajatasattu menyimpan dendam kesumat dan berusaha menuntut balas. Niatnya terpenuhi di kehidupan yang sekarang, tapi kebablasan.

[3] Dikemudian hari, taman ini diberi nama Maddakucchi, yang berarti "Taman Tempat Aborsi".

[4] Ajatasatu terpesona oleh kesaktian Devadatta. Tanpa diundang dan tanpa perjanjian sebelumnya, Devadatta muncul di pangkuan Ajatasattu dalam wujud anak kecil yang dililit ular. Setelah terpana beberapa saat, anak itu menghilang dan Devadatta berdiri di hadapan Ajatasatu. Semenjak itu ia menjadi pengikut setia Devadatta.

[5] Hampir semua yang dikatakan Devadatta, dituruti oleh Ajatasatu. Termasuk ajakan untuk membunuh ayahnya supaya ia bisa naik tahta.

Devadatta bilang bahwa Ajatasatu tidak bisa menjadi Raja sebelum ayahnya wafat. Sedangkan usia Raja Bimbisara saat itu sekitar 67. Masih harus menunggu beberapa puluh tahun lagi. Sedangkan Ajatasatu saat itu berusia sekitar 20 an tahun. Sedang dalam masa puncak kekuatan fisiknya, sehingga sayang untuk dilewatkan tanpa menjadi Raja.

[6] Meditasi berjalan adalah berjalan dengan sangat perlahan sambil pikiran memperhatikan telapak kaki. Merasakan dengan penuh perhatian sensasi yang dirasakan oleh telapak kaki saat menyentuh lantai, terangkat dan melayang.

Bagian 99

Dalam dokumen RIWAYAT HIDUP BUDDHA GAUTAMA Jilid 2 (Halaman 166-170)