• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. KONSEP DAN PENGERTIAN

2.6 Audit

2.6.6 Bukti Audit

Menurut Elder, Beasley, dan Arens (2009), bukti audit adalah setiap informasi yang digunakan auditor untuk menentukan apakah informasi yang sedang diaudit dinyatakan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Terdapat empat pertimbangan auditor di dalam memutuskan tipe dan jumlah bukti audit, yaitu audit prosedur apa yang digunakan, berapa jumlah sampel yang akan dipilih

untuk suatu prosedur, unsur yang mana yang akan dipilih dari populasi, dan waktu. Berikut ini delapan jenis bukti audit yang dapat digunakan oleh auditor:

1. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik adalah inspeksi atau perhitungan yang dilakukan auditor atas aktiva berwujud untuk memenuhi tujuan keberadaan dan kelengkapan.

Pemeriksaan jenis ini dianggap sebagai salah satu bukti audit yang paling terpercaya dan berguna.

2. Konfirmasi

Konfirmasi menggambarkan penerimaan tanggapan baik secara tertulis maupun lisan dari pihak ketiga yang independen. Kelemahan bukti audit jenis ini adalah biaya yang mahal dan dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi pihak-pihak yang dimintai untuk menyediakan konfirmasi tersebut.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengujian auditor atas berbagai dokumen dan catatan klien untuk mendukung informasi yang tersaji atau seharusnya tersaji dalam laporan keuangan. Prosedur yang dilakukan auditor ini disebut juga dengan istilah vouching.

4. Prosedur analitis

Bukti audit ini menggunakan berbagai perbandingan dan hubungan untuk menilai apakah saldo-saldo akun atau data lainnya tampak wajar dan sesuai perkiraan auditor. Tujuan penggunaan prosedur analitis adalah agar diperoleh pemahaman atas industri dan bisnis klien, untuk menilai kemampuan berkelanjutan bisnis klien, untuk menunjukkan munculnya kemungkinan salah saji pada laporan keuangan, dan dapat mengurangi pengujian substantif.

5. Tanya jawab dengan klien

Bukti audit ini merupakan upaya untuk memperoleh informasi baik secara lisan maupun tertulis dari klien sebagai tanggapan atas berbagai pertanyaan yang

diajukan auditor. Namun bukti audit ini bersifat kurang meyakinkan karena tidak diperoleh dari sumber yang independen. Oleh karena itu pada umumnya auditor akan mencoba memperoleh bukti audit lainnya yang lebih meyakinkan.

6. Perhitungan ulang

Auditor akan melakukan perhitungan ulang terhadap sampel yang dipilih untuk menguji keakuratannya.

7. Pengerjaan ulang

Auditor akan melakukan kembali prosedur yang sama dengan apa yang telah dilakukan oleh klien yang berhubungan dengan prosedur akuntansi dan pengendalian internal klien.

8. Pengamatan

Auditor melakukan pengamatan terhadap aktivitas klien dengan mengunjungi lokasi untuk mengevaluasi aktivitas-aktivitas tersebut. Kelemahan penggunaan observasi adalah adanya perubahan tingkah laku klien saat dilakukan pengamatan sehingga hasilnya menjadi bias. Oleh karena itu pada umumnya auditor akan mencoba memperoleh bukti audit lainnya sebagai bukti pendukung.

3.1 Profil Kantor Akuntan Publik 3.1.1 Gambaran Umum

KAP AB&C adalah kantor akuntan publik yang tergabung dalam DEF Indonesia yang menyediakan jasa advisory & assurance, consulting, enterprise risk, financial advisory, dan tax. DEF Indonesia berafiliasi dengan DEF Global yang merupakan perusahaan penyedia jasa yang termasuk dalam empat anggota kelompok kantor akuntan internasional terbesar di dunia atau sering dikenal sebagai big four. DEF Global didirikan di London kini memiliki kantor pusat di New York dan telah mempekerjakan lebih dari 200,000 orang di 150 negara.

3.1.2 Jasa-Jasa yang Ditawarkan

KAP AB&C memiliki beberapa jasa yang ditawarkan, antara lain:

a) Jasa Advisory & Assurance

Jasa yang diberikan oleh KAP AB&C adalah memeriksa dan memberikan opini atas laporan keuangan dan melihat kesesuaian atau kepatuhan dengan standar peraturan akuntansi yang berlaku yang berguna baik bagi manajeman maupun pemegang saham serta pemangku kepentingan lainnya. Pada akhirnya jasa tersebut diberikan untuk membantu klien di dalam mencapai tujuan bisnisnya, mengatur risiko bisnis dengan baik, serta meningkatkan performa bisnis.

b) Jasa Consulting

Jasa yang diberikan adalah membantu manajemen di dalam meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan dengan memberikan hasil identifikasi mengenai peluang-peluang strategis dan memberikan masukan agar dapat terus bersaing di dalam kompetisi bisnis.

c) Jasa Enterprise Risk

Jasa yang diberikan di dalam jasa Enterprise Risk ini merupakan jasa di dalam membantu klien untuk mengatur risiko dan kepatuhan dalam bisnis proses pada setiap level baik dalam lingkup organisasi, teknis, operasi, dan keuangan. Hal ini dilakukan dengan cara optimalisasi pada tata kelola perusahaan, praktik bisnis, dan pengendalian guna tercapainya performa organisasi yang maksimal.

d) Jasa Financial Advisory

Jasa yang diberikan untuk membantu klien dalam mengelola proyek-proyek dalam berbagai portofolio keuangan mulai dari industri pada perusahaan industri hingga perusahaan komersial, dari perusahaan perusahaan yang dimiliki oleh keluarga hingga yang bersifat publik, dan dari pemerintahan hingga badan-badan pengawas peraturan.

e) Jasa Tax

KAP AB&C juga memberikan jasa di dalam mengelola bidang perpajakan dengan memberikan masukan atau saran kepada klien yang dimulai dari awal yaitu perencanaan, pemenuhan kepatuhan perundang-undangan, hingga pada proses pelaporan.

3.2 Profil PT A1 3.2.1 Gambaran Umum

PT A1 merupakan perusahaan yang didirikan pada tahun 1995 yang merupakan anak perusahaan dari PT C1 Jepang. Perusahaan ini bergerak pada bidang keuangan yaitu jasa persewaan atau leasing. Aktivitas bisnis dalam jasa sewa yang disediakan adalah jenis sewa modal atau pembiayaan yang meliputi direct lease dan sale-leaseback kepada perusahaan-perusahaan dari Jepang.

3.2.2 Pemegang Saham

Kepemilikan atas PT A1 terdiri dari PT.C1 sebesar 85% dan PT.D1 sebesar 15% dimana PT.C1 merupakan bagian dari C Group yang berpusat di Jepang. Pada tahun 2006, perusahaan berganti nama menjadi PT A1 setelah perusahaan induknya yaitu PT 1 yang menguasai 85% kepemilikan melakukan merger dengan C pada April 2007 dan mengganti namanya yang sekaligus terdaftar di pasar modal Jepang. Walaupun telah terjadi merger pada perusahaan induk, hal ini tidak membuat adanya perubahan pada struktur organisasi dan kebijakan perusahaan.

Pada bab ini pertama akan dipaparkan mengenai prosedur audit apa yang dilakukan terkait audit siklus pendapatan. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan yang terdiri dari dua analisa utama yaitu analisa perbandingan atas prosedur audit yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik AB&C itu sendiri dengan teori dan standar yang terkait. Kemudian pembahasan yang kedua, menganalisa perbandingan atas perlakukan akuntansi yang dilakukan oleh PT A1 dengan teori dan standar yang terkait. Pembahasan atas aspek-aspek tersebut dilakukan bersamaan dengan tahapan-tahapan pelaksanaan prosedur audit atas siklus pendapatan PT A1.

Secara umum proses audit yang dilakukan KAP AB&C memiliki persamaan dengan proses audit yang dipaparkan oleh Elder, Beasley, dan Arens (2009) yang terdiri dari empat fase yang meliputi fase pertama yaitu perencanaan, fase kedua yaitu malakukan uji pengendalian dan substantif atas rincian saldo, fase ketiga yaitu pelaksanaan prosedur analitis dan uji atas rincian saldo, dan terakhir yaitu fase penerbitan laporan keuangan. Untuk analisis setiap fasenya akan diuraikan sebagai berikut:

4.1 Fase Perencanaan dan Identifikasi Risiko a) Penerimaan Klien

PT A1 bukan merupakan klien yang baru bagi KAP AB&C. Sebelum memutuskan menerima kembali penugasan audit untuk tahun buku 2013, KAP AB&C terlebih dahulu melakukan serangkaian prosedur guna menilai apakah risiko audit pada penugasan tahun 2013 dapat diterima atau tidak. Faktor-faktor penilaian yang digunakan antara lain adalah:

- Sifat Bisnis

Terdapat tiga hal utama yang menjadi perhatian oleh auditor, yaitu PT A1 memiliki siklus pendapatan yang panjang dimana kontrak sewa pada umumnya memiliki periode lebih dari satu tahun, perusahaan mengadakan kontrak hedging untuk meminimalisir risiko dari penarikan pinjaman bank, dan perusahaan memiliki permasalahan perpajakan terkait PPN pada tahun 2004 yang saat ini masih dalam proses pengadilan.

- Lingkungan Bisnis

Apabila dibandingkan dengan performa perusahaan kompetitor pada industri keuangan tempat klien beroperasi, performa PT A1 relatif sama atau menunjukkan hasil rata-rata perusahaan lainnya. Auditor juga mencatat tidak terdapat kejadian atau keadaan yang berpengaruh secara signifikan terhadap keberlangsungan bisnisnya.

- Struktur Organisasi dan Manajemen

Gambar 4.1 – Struktur Organisasi PT A1

Sumber: Dokumentasi Audit KAP (telah diolah kembali)

Struktur organisasi memiliki alokasi tanggung jawab dan akuntabilitas yang jelas dimana telah sesuai dengan ukuran dan tingkat pertumbuhan bisnis dari PT A1.

- Performa Keuangan

Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan, diketahui bahwa manajemen PT A1 di dalam mendapatkan kompensasi didasarkan pada performa keuangan. Hal ini menimbulkan risiko bahwa manajemen yang mendapatkan tekanan akan melakukan tindakan yang tidak benar agar performa keuangan terlihat baik.

- Sifat Hubungan Bisnis

Tidak terdapat hal yang perlu diperhatikan atas faktor ini karena hubungan bisnis perusahaan senantiasa terjalin dengan baik.

- Pengalaman Audit Tahun Sebelumnya

KAP AB&C telah berpengalaman dalam melakukan audit atas PT A1 karena telah menjadi kliennya selama 4 tahun dan tidak terdapat temuan yang menjadi pertimbangan untuk dihentikannya pemberian jasa audit pada tahun 2013.

- Risiko Kecurangan

Risiko kecurangan utama yang muncul adalah sifat siklus pendapatan yang memiliki periode panjang yang umumnya selama lebih dari satu tahun.

Seperti yang diungkapkan oleh Elder, Beasley, dan Arens (2009), pada fase perencanaan ini diawali dengan penerimaan klien yang terlebih dahulu dilakukan penilaian risiko awal atas klien tersebut. Penilain dilakukan melalui investigasi yang tidak hanya ditujukan bagi klien baru namun juga bagi klien yang sudah pernah diaudit sebelumnya. Setelah dilakukan penilaian atas faktor-faktor seperti integritas menejemen, struktur organisasi, sifat bisnis klien, lingkungan bisnis klien, performa keuangan, pihak-pihak yang berelasi, pengalaman audit tahun sebelumnya, dan risiko kecurangan, maka diputuskan bahwa KAP AB&C melanjutkan audit untuk tahun buku 2013.

Prosedur selanjutnya adalah diadakan kegiatan planning meeting antara perwakilan klien dengan ketua tim audit yang bertujuan memahami bisnis klien

yang meliputi perubahan-perubahan apa saja yang terjadi dari tahun sebelumnya dan ekspektasi klien mengenai audit tahun kali ini yang kemudian hasil pertemuan tersebut dirumuskan dalam engagement letter. Setelah itu dibentuk susunan anggota tim audit dan dilakukan diskusi menyeluruh untuk menyusun strategi audit. Pada fase ini meskipun penulis tidak terlibat, seluruh prosedur tersebut telah didokumentasikan dengan baik, sehingga penulisa dapat melakukan penilaian dan penarikan kesimpulan bahwa prosedur yang dilakukan telah sesuai dengan teori.

b) Memahami Bisnis dan Industri Klien

 Lingkungan Eksternal o Gambaran Umum

Perusahaan pada industri yang bergerak pada bidang pembiayaan sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, kebijakan fiskal seperti peraturan dari Bank Sentral dan Menteri Keuangan serta fluktuasi tingkat bunga di suatu negara.

o Lingkungan Kompetisi

Pasar dimana klien beroperasi yaitu pada sewa pembiayaan merupakan pasar dengan kompetisi yang tinggi. Disamping itu PT A1 telah memfokuskan dirinya untuk memasarkan jasanya kepada perusahaan-perusahaan asal Jepang yang berada di Indonesia.

o Hubungan dengan Pemasok dan Konsumen

Klien memilki berbagai macam vendor tergantung jenis aset yang akan digunakan sebagai aset pembiayaan. Sedangakan konsumen utama bagi PT A1 adalah perusahaan-perusahaan asal Jepang yang beroperasi di Indonesia. Atas pertimbangan tersebut maka untuk memudahkan dan meningkatkan penjualan dibentuklah tim pemasaran yang terdiri dari orang-orang Jepang. Selama ini hubungan PT A1 baik kepada pemasok maupun klien tidak pernah memilki permasalahan.

o Lingkungan Teknologi

Kegiatan bisnis klien tidak memiliki dampak yang signifikan dari perkembangan teknologi seperti layaknya perusahaan yang bergerak pada industri telekomunikasi atau elektronik.

o Faktor Eksternal Lainnya

Kondisi bisnis di mana klien berada sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global yang meliputi tingkat suku bunga dan nilai tukar mata uang asing. Oleh karena itu untuk meminimalisasi risiko tersebut salah satu langkah yang dilakukan PT A1 adalah dengan membuat kontrak swap.

Elder, Beasley, dan Arens (2009) mengatakan tahap awal dalam proses pemahaman bisnis dan industri adalah memahami lingkungan eksternal klien untuk mendapatkan pemahaman atas risiko apa saja yang timbul. Dari hasil pemahaman yang dilakukan oleh KAP AB&C, dapat diketahui bahwa risiko dari lingkungan eksternal yang paling berpengaruh bagi klien adalah kondisi ekonomi, kebijakan fiskal seperti peraturan dari Bank Indonesia dan Menteri Keuangan, dan fluktuasi tingkat bunga di suatu Negara. Hal ini dapat dipahami mengingat klien bergerak pada industri pembiayaan.

 Pemahaman Lingkungan Pengendalian

Berdasarkan pemahaman yang diperoleh melalui proses diskusi dengan berbagai tingkat manajemen dan karyawan, dapat diketahui bahwa lingkungan pengendalian entitas sangat dipengaruhi oleh peran aktif Manajemen Senior melalui gaya kepemimpinan sehari-hari yang menjunjung tinggi etika. Hal ini mendorong perilaku etis dari pegawai di semua tingkat. Selain itu klien juga memiliki kode etik yang isinya merupakan pedoman dan standar kerja yang mencakup pada seluruh fungsi manajemen.

 Memahami Kebijakan Penilaian Risiko

Diskusi dilakukan auditor bersama dengan manajemen untuk mengetahui hal apa saja yang dilakukan entitas di dalam mengidentifikasi risiko yang terkait dengan tujuan pelaporan keuangan. Cara yang dilakukan manajemen antara lain adalah:

- Departemen Pemasaran selalu berkomunikasi dengan Departemen Keuangan dan Akuntansi mengenai transaksi bisnis yang baru dan tidak biasa dengan selalu melakukan update terhadap regulasi dan aturan yang terkait perusahaan.

- Perusahaan memiliki Departemen Legal yang berfungsi mengidentifikasi risiko yang dihadapi entitas dengan diwujudkan melalui pembentukan dan memperbarui Standard Operational Procedures (SOP).

- Laporan keuangan bulanan selalu dianalisa dan direview untuk mengetahui fluktuasi yang signifikan pada saldo akun baik dengan perbandingan periode sebelumnya maupun target yang telah ditetapkan.

Temuan yang ditemukan akan didiskusikan dengan presiden direktur dan laporan tersebut akan dikirim ke C1 Jepang.

Manajemen juga memiliki mengadakan pertemuan secara regular dengan Divisi Keuangan dan Akuntansi untuk mendiskusikan masalah terkait risiko bisnis, fraud, kebijakan akuntansi, isu pengendalian, transaksi signifikan, dan lain-lain.

 Memahami Kebijakan Pemantauan atas Pengendalian Internal

Fase ini auditor melakukan pemahaman dan penilaian terhadap kegiatan pemantauan yang dilakukan manajemen terhadap implementasi pengendalian internalnya agar selalu berjalan efektif dan efisien. Setelah dilakukan diskusi, dapat dipahami bahwa perusahaan memiliki tindakan pemantauan kualitas antara lain:

- Entitas senantiasa memperhatikan isu-isu yang ditemukan pihak eksternal seperti auditor eksternal mengenai pengendalian internal dengan melakukan diskusi atas solusinya.

- Entitas menerima dan mengikuti setiap rekomendasi mengenai pengendalian internalnya baik dari auditor eksternal maupun masukan dari pegawai perusahaan.

- Dilakukan evaluasi secara terpisah pada setiap departemen mengenai pengendalian apakah telah berfungsi seperti desain yang telah ditetapkan.

Berdasarkan penilaian yang dilakukan auditor, desain kebijakan tersebut telah diimplementasikan oleh perusahaan.

 Operasi dan Proses Bisnis o Kebijakan Leasing PT A1

Kebijakan terkait akun dalam transaksi leasing antara lain adalah:

- Sebagai pihak lessor, sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika persyaratan sewa yaitu mengalihkan secara substansial semua risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset terpenuhi dan sewa lainnya diklasifikasikan sebagai sewa operasi.

PT A1 merupakan perusahaan yang hanya menawarkan jasa sewa pembiayaan baik sewa lansung maupun sale-lease back. Agar dapat melakukan pengklasifikasikan sewa sebagai sewa pembiayaan, PT A1 mensyaratkan bahwa aset pembiayaan yang diberikan mengalihkan secara substansial semua risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset. Sementara itu kriteria suatu sewa dapat dikategorikan sebagai sewa pembiayaan menurut PSAK 30 revisi tahun 2011 adalah apabila memenuhi salah satu dari lima kriteria yaitu terdapat transfer kepemilikan, terdapat opsi bargain-purchase, masa penggunaan atas aset lebih dari sama dengan 75%

umur ekonomi aset sewa, pembayaran sewa minimum secara substansial mendekati nilai wajar aset, dan aset yang disewakan bersifat eksklusif. Apabila melihat dari kebijakan perusahan mengenai kategori yang digunakan, yaitu secara substansial semua

risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset, maka dapat dikatakan kategori tersebut telah sesuai dengan kategori pada PSAK 30 revisi tahun 2011 di luar kategori adanya opsi bargain-purchase dan aset yang bersifat eksklusif.

- Piutang sewa pembiayaan merupakan nilai investasi bersih pada sewa pembiayaan yang diberikan. Investasi bersih dalam sewa tersebut terdiri dari pembayaran minimum sewa ditambah nilai residu yang tidak dijamin yang akan diterima pada akhir masa dan sewa pembiayaan didiskontokan pada suku bunga implisit dalam sewa.

Hal ini telah sesuai dengan kriteria pengakuan awal sewa bagi lessor pada PSAK 30 revisi tahun 2011 yang menyatakan sewa dicatat sebesar investasi sewa neto yang nilainya merupakan present value dari pembayaran sewa minimum ditambah present value nilai residu yang tidak dijamin.

- Perbedaan atau selisih antara investasi bruto dan investasi neto sewa pembiayaan adalah pendapatan pembiayaan yang belum diakui.

Pendapatan sewa pembiayaan dialokasikan pada periode akuntansi yang mencerminkan suatu tingkat pengembalian periodik yang konstan atas investasi bersih sehubungan dengan sewa serta pendapatan bunga diakui dengan menggunakan metode suku bunga efektif, kecuali piutang jangka pendek dimana pengakuan bunga tidak material.

Hal ini sesuai dengan PSAK 55 revisi tahun 2011 yang mengatakan bahwa pendapatan bunga harus dilakukan amortisasi menggunakan metode suku bunga efektif secara periodik untuk mencatatkan pendapatan bunga berdasar nilai yang telah terealisasi.

o Memahami Alur Transaksi

Auditor melakukan walktrough dan wawancara dengan Kepala Bagian Akuntansi yang merangkap sebagai Direktur Keuangan untuk mendapatkan pemahaman mengenai alur proses bisnis terkait akun sewa pembiayaan dan pendapatan bunga.

- Inisiasi Pemesanan Pembiayaan dari Lesse dan Memberikan Batas Kredit

Awalnya calon lessee akan mengirimkan quotation letter dari supplier atau dapat juga digantikan dengan surat keterangan asset yang akan dibiayai dari lessee tersebut. quotation letter ini berisikan informasi mengenai detail asset yang dibiayai yaitu harga, jenis, warna, fungsi, dan lain-lain. Setelah mendapatkan quotation letter tersebut, Manajer Pemasaran akan memeriksa kelengkapan informasinya yang kemudian akan dilakukan analisis terhadap calon lessee melalui beberapa hal, yaitu:

1. Meminta laporan keuangan calon lessee yang telah diaudit selama 3 tahun terakhir. Berdasarkan laporan keuangan tersebut, data keuangan yang penting akan di-input ke dalam lembaran excel untuk dihitung rasio-rasio yang diperlukan mengenai perusahaan lessee. Permintaan laporan keuangan ini juga sebagai bentuk konfirmasi atas kelengkapan data pada quotation letter.

2. Menanyakan informasi kepada lessee mengenai apakah pembiayaan dilakukan dalam mata uang US Dollar/Rupiah Indonesia/Yen Jepang, berapa masa sewa yang diinginkan lessee, dan berapa floating interest yang inginkan (apakah 1 / 3 / 6 bulan).

3. Meminta C1 Jepang (induk perusahaan/Head Quarter) untuk mengirimkan data-data keuangan atas HQ calon lessee di Jepang karena konsumen PT A1 merupakan perusahaan-perusahaan Jepang. Laporan keuangan dan informasi keuangan

lainnya ini mudah diperoleh oleh C1 Jepang karena hampir sebagian besar perusahaan Jepang yang dibiayai merupakan perusahaan Jepang yang cukup besar sehingga laporan keuangan yang telah diaudit selalu tersedia. Selain mengirimkan data-data keuangan, C1 Jepang juga menginformasikan mengenai rating dari perusahaan lessee tersebut. Jadi C1 secara global memiliki kebijakan untuk memberikan peringkat ke setiap perusahaan lessee yang dibiayainya. Rating ini berupa gabungan antara huruf dan angka dimana huruf A dan angka 1 menunjukkan peringkat yang paling baik. Rating huruf menunjukkan kepercayaan atas perusahaan tersebut, apakah merupakan perusahaan terpercaya atau tidak (risiko kecil atau tidak). Rating angka menunjukkan limit fasilitas yang dapat diberikan, semakin kecil ratingnya yaitu angka 1 maka limit fasilitas kredit semakin besar.

4. Membuat kertas kerja yang dibuat hanya untuk kontrak-kontrak yang membutuhkan persetujuan dari C1 Jepang. Dalam kertas kerja ini, Departemen Pemasaran memberikan informasi mengenai alasan dari pembiayaan, tujuan pembiayaan, deskripsi umum tentang lessee, susunan direksi dan sebagainya. Apabila persetujuan cukup dari Presdir A1 di Indonesia saja, maka dokumen kertas kerja ini tidak perlu dibuat.

Dalam pengisian template cek rating tersebut, juga terdapat kolom mengenai outstanding receivable dari lessee yang bersangkutan apabila lessee bukan merupakan konsumen baru. Manager pemasaran akan membuat laporan yang dihasilkan dari sistem LAMP untuk mengetahui besarnya outstanding receivable lessee.

Hal ini dilakukan untuk mengecek apakah masih bisa dilakukan pembiyaaan atas lessee tersebut dan apakah masih dalam batasan yang diperbolehkan. Setelah selesai melakukan cek rating, maka dilanjutkan dengan proses persetujuan. Calon lessee akan

dikelompokkan berdasarkan besaran pembiayaannya dan pihak yang akan menyetujuan permohonan pembiayaan didasarkan pada pengelompokan tersebut dengan pengelompokan serta pihak yang berwenang sebagai berikut:

1. Lebih dari 500 juta Yen persetujuan dilakukan oleh Presiden Direktur C1 Jepang

2. Dari 200 juta Yen hingga kurang dari 500 juta Yen persetujuan dilakukan oleh Direktur Departemen Audit Internasional C1 Jepang

3. Dari 50 juta Yen hingga kurang dari 200 juta Yen persetujuan dilakukan oleh Manajer Departemen Audit Internasional C1 Jepang

4. Dari 30 juta Yen hingga kurang dari 50 juta Yen persetujuan dilakukan oleh Asisten Manager Departemen Audit Internasional C1 Jepang

5. Kurang dari 30 juta Yen persetujuan dilakukan oleh Presiden Direktur PT A1

Untuk mendukung proses proses persetujuan tersebut, Departemen Administrasi Sewa akan mengirimkan 1 set dokumen kepada pihak yang berwenang untuk melakukan persetujuan yang terdiri dari:

1. Financial Statement lessee (dalam mata uang Yen)

2. Analisis Laporan keuangan (rasio-rasio yang telah dihitung oleh

2. Analisis Laporan keuangan (rasio-rasio yang telah dihitung oleh