• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Substantif atas Rincian Transaksi

3. PROFIL PERUSAHAAN

4.2 Fase Pengujian Pengendalian dan Uji Substantif atas Rincian Transaksi

4.2.2 Uji Substantif atas Rincian Transaksi

Prosedur pertama yang dilakukan auditor di dalam melakukan pengujian substantif atas rincian transaksi adalah mencocokkan antara daftar rincian akun dengan saldo pada trial balance klien. Auditor akan memberikan tick mark kertas kerja lead sheet yang menunjukkan bahwa angka yang tertera pada rincian akun telah sama. Setelah dilakukan pencocokkan, akun-akun yang terkait atas audit siklus pendapatan PT A1 tidak ditemukan masalah atau perbedaan maka dilakukan prosedur selanjutnya terkait dengan tujuan asersi masing-masing dengan prosedur lebih lanjut yang meliputi antara lain:

a) Melakukan Tes Pengakuan Pendapatan Sewa Pembiayaan

Pendapatan sewa pembiayaan yang didapatkan oleh klien merupakan transaksi yang meliputi pembiayaan atas mesin, kendaraan bermotor, dan komputer yang diakui pada masa sewa berdasar basis accrual. Untuk memenuhi tujuan asersi audit yang meliputi pisah batas, keterjadian, dan keakuratan pengakuan pendapatan, maka prosedur selanjutnya setelah rincian pendapatan bunga

sesuai dengan saldo trial balance adalah mengambil sampel dari daftar rincian pendapatan bunga untuk dilakukan perhitungan ulang apakah telah sesuai.

Berdasarkan Audit Approach Manual yang dimiliki oleh KAP AB&C, auditor melakukan pengambilan sampel dengan menggunakan form yang yang disebut dengan Monetary Unit Sampling atau MUS. MUS merupakan alat sampling yang bersifat statistik untuk digunakan pada suatu populasi yang mencerminkan angka moneter. Pada tabel 4.6 dijelaskan mengenai prosedur dan gambaran umum penggunaan MUS di dalam menentukan jumlah sampel dalam pengujian substantif.

KAP AB&C telah membuat suatu kertas kerja khusus yang dapat digunakan untuk mengkalkulasi MUS. Langkah pertama yang dilakukan auditor dalam menggunakan MUS adalah mengkalkulasi hasil pembagaian populasi dengan angka performance materiality yang telah ditentukan. Hasil tersebut kemudian ditautkan pada tabel MUS yang kolom sampelnya ditentukan dari hasil pengujian pengendalian sebelumnya yang mempercayakan pengendalian internal klien. Pengujian substantif atas pengakuan pendapatan sewa dikategorikan memiliki risiko signifikan sehingga hasil sampel didapatkan sebesar 22. Hal ini juga akan dilakukan pada pengambilan sampel prosedur substantif selanjutnya dengan menyesuaikan tingkat risiko yang ada.

Sampel yang didapat kemudian dilakukan perhitungan ulang oleh auditor berdasarkan informasi pada kontrak yang terkait yang meliputi jumlah biaya akuisisi atas aset, security deposit, residual value, jangka waktu pembiayaan, tipe suku bunga, dan lain-lain. Perhitungan amortisasi untuk mendapatkan jumlah pendapatan bunga ini dilakukan dengan menggunakan dasar suku bunga efektif. Perhitungan ulang ini akan mendapatkan tiga hasil pengujian sekaligus yaitu untuk pendapatan bunga, pendapatan bunga yang belum diterima, dan piutang sewa pembiayaan.

Tabel 4.6 - Sampling Populasi Moneter

Sumber: Dokumentasi Audit KAP (telah diolah kembali)

Berdasarkan hasil perhitungan ulang yang dilakukan oleh auditor, besarnya pengakuan pendapatan terdapat perbedaan sebesar US$ 312 yang menunjukkan hasil perhitungan audit lebih besar daripada buku besar klien. Namun karena selisih tersebut tidak melebihi clearly trivial misstatement threshold yang sebesar US$ 30,100, maka jumlah tersebut tidak akan ditindaklanjuti serta dengan hasil tersebut auditor mnyimpulkan bahwa pengakuan pendapatan sewa telah dilakukan secara akurat dan periode yang tepat.

b) Melakukan Prosedur Konfirmasi Piutang Sewa Pembiayaan

Prosedur konfirmasi atas piutang sewa ini dilakukan untuk memenuhi tujuan asersi yaitu keberadaan, hak dan kewajiban, serta kelengkapan. Prosedur awal

yang dilakukan auditor adalah mepersiapkan surat konfirmasi positif kepada lessee untuk memastikan bahwa jumlah saldo piutang yang dicatat oleh PT A1 selaku lessor sama dengan saldo utang yang dicatat oleh lessee. Namun dengan alasan lessee yang memilki keterkaitan piutang sangat banyak, auditor terlebih dahulu melakukan pengambilan sampel melalui MUS dan didapatkanlah sampel sebanyak 44 lessee.

Setelah surat konfirmasi yang dikirimkan tersebut mendapatkan balasan dari lessee yang bersangkutan, auditor membuat kertas kerja yang berisi ikhtisar yang berisi perbandingan antara saldo piutang sewa menurut lessor dan lessee.

Namun dari jumlah 44 lessee yang mendapatkan kiriman surat konfirmasi, sebanyak 10 lessee tidak memberikan surat balasan. Oleh karena itu, untuk mendapatkan jumlah piutang sewa yang beredar, auditor melakukan prosedur alternatif dengan perhitungan ulang amortisasi piutang seperti halnya saat melakukan tes pengakuan pendapatan. Berdasarkan hasil pengujian melalui prosedur konfirmasi, tidak didapatkan adanya bukti salah saji atau kecurangan terkait piutang sewa pembiayaan.

Prosedur konfirmasi yang digunakan oleh KAP AB&C terkait piutang sewa adalah menggunakan konfirmasi positif dan tertutup. Konfirmasi positif berarti meminta pihak terkait untuk membalas konfirmasi apapun hasilnya baik saldo yang tertera sesuai maupun tidak. Apabila didapati saldo konfirmasi tidak sesuai maka lessee akan mencantumkan jumlah saldo menurut pembukuan mereka. Menurut berbagai literatur seperti SA 330, konfirmasi positif dinilai lebih handal untuk digunakan sebagai bukti audit karena dapat memberikan tingkat keyakinan lebih baik. Selain itu penggunaan konfirmasi negative biasanya hanya dilakukan untuk kelas transaksi atau saldo dengan risiko bawaan dan risiko pengendalian yang rendah serta saldo akun yang bernilai kecil. Sementara penggunaan konfirmasi tertutup artinya dalam surat konfirmasi telah tercantum angka saldo piutang sewa. Hal ini dilakukan terkait saldo-saldo yang mempunyai risiko overstated dan saldo piutang sewa merupakan salah satunya sehingga pemilihan konfirmasi tertutup juga telah sesuai dengan teori yang ada.

Pada SA 330 juga dijelaskan bahwa apabila auditor tidak menerima jawaban terkait konfirmasi positif maka auditor harus menerapkan prosedur alternatif.

Pada audit kali ini terdapat 10 lessee yang tidak membalas konfirmasi atas piutang sewa. Prosedur alternatif yang dilakukan adalah merekalkulasi piutang sewa dan melakukan pengecekan pembayaran ke dalam laporan bank untuk periode setelah Desember atau subsequent event. Pelaksanaan prosedur analitis alternatif telah memenuhi tujuan audit yang hendak dicapai yaitu existence dan right and obligation.

c) Melakukan Tes Aging atas Piutang Sewa Pembiayaan

Tes ini untuk mengetahui apakah aging atas piutang sewa dilakukan dengan akurat dengan waktu jatuh tempo pembayaran sehingga angka piutang sewa tercatat dengan benar. Prosedur yang dilakukan adalah dengan melakukan rekonsiliasi jumlah piutang berdasarkan perhitungan aging ke dalam trial balance dan melakukan pengambilan sampel piutang beredar dengan menggunakan MUS untuk dilakukan pencocokan antara perhitungan sistem dengan manual.

Jadwal aging piutang pada PT A1 secara garis besar dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu piutang yang belum jatuh tempo, jatuh tempo kurang dari 30 hari, jatuh tempo antara 31 sampai kurang dari 90 hari, dan jatuh tempo antara 91 sampai kurang dari 180 hari. Dari jadwal tersebut didapatkan informasi bahwa tidak terdapat perbedaan antara piutang sewa pada detail kontrak dengan trial balance.

Tabel 4.7 - Aging Piutang Sewa

Sumber: Dokumentasi Audit KAP (telah diolah kembali)

Kemudian dilakukan pengujian terhadap detail piutang sewa pada kontrak dengan melakukan sampling menggunakan MUS untuk mencocokkan hasil perhitungan aging dari sistem dengan manual. Hasil pengujian menunjukkan tidak terdapat adanya perbedaan pada jumlah piutang beredar antara kedua perhitungan. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, tidak didapatkan adanya bukti salah saji atau kecurangan dan tingkat kolektifitas pembayaran piutang sewa terhadap batas jatuh tempo baik saat ini maupun historis dalam keadaan baik

d) Melakukan Tes Impairment

Tes ini dilakukan untuk menguji kebijakan penyisihan piutang tak tertagih yang diterapkan oleh klien untuk memenuhi tujuan asersi audit yaitu kelengkapan serta penilaian dan alokasi. Risiko yang ditimbulkan adalah klien menggunakan estimasi akuntasi yang bersifat subjektif dalam menyisihkan piutang tidak tertagih dengan perhitungan yang bias dan tidak memenuhi standar yang berlaku yaitu PSAK 50 revisi tahun 2010 dan 55 revisi tahun 2011.

Setelah di lakukan pengecekan ke dokumen dan data historis PT A1, diketahui bahwa selama 5 tahun terakhir masa beroperasinya hingga saat ini, PT A1 tidak pernah mengalami keterlambatan di dalam pembayaran oleh kliennya. Kategori keterlambatan di sini mengacu pada kebijakan perusahaan yaitu pemabayaran angsuran dilakukan melebihi dari 30 hari dari jatuh tempo dan selama itu pula perusahaan penyewa memiliki tingakat pengembalian piutang sewa pembiayaan sebesar 100%. Berdasarkan pengalaman itulah perusahaan saat ini tidak melakukan pencadangan atas piutang sewa.

Pada PSAK 55 revisi tahun 2011 dinyatakan bahwa ketentuan umum aset keuangan dilakukan impairment apabila nilai tercatat lebih besar dari nilai yang dapat diperoleh kembali yang kemudian dilakukan evaluasi apakah terdapat bukti objektif untuk dilakukannya impairement pada setiap tanggal neraca.

Bukti-bukti tersebut antara lain adalah kesulitan keuangan signifikan pada peminjam (lessee), penunggakan pembayaran pokok atau bunga yang pada kebijakan PT A1 batas keterlambatan pembayaran adalah 30 hari setelah jatuh

tempo, adanya kemungkinan peminjam mengalami kebangkrutan atau reorganisasi, dan lain-lain.

Berdasarkan diskusi, pengajuan pertanyaan, dan pemeriksaan dokumen terkait yang dilakukan pada pengujian-pengujian sebelumnya, tidak terdapat adanya indikasi atau bukti objektif yang memenuhi kriteria pada PSAK 55 revisi tahun 2011 untuk melakukan impairment dan memiliki akun penyisihan piutang.

4.3 Fase Pelaksanaan Prosedur Analitis dan Uji Rincian Saldo