Cakupan IMD 2013
c. Kampanye ASI Terintegrasi: Kabupaten Probolinggo, Propvinsi Jawa Timur
Walaupun penelitian tentang korelasi antara persalinan aman, IMD dan ASI Ekslusif dengan tingkat angka Kematian bayi (AKB) di Kabupaten Probolinggo belum dilakukan, data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo 2013, menunjukkan adanya penurunan AKB. Pada tahun 2012, terdapat 230 kasus kematian bayi dan pada tahun 2013, terdapat 201 kematian bayi dari 18.202 kelahiran hidup – hal ini berarti AKB turun dari 12,43 menjadi 11,04 per 1.000 kelahiran hidup.
Dampak dari program persalinan aman, IMD dan ASI ekslusif juga berdampak pada penurunan jumlah bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR). Berdasarkan data puskesmas tahun 2013, persentase BBLR turun dari 5,26% di 2012 menjadi 5,24% (953 dari 18.202 kelahiran hidup) tahun 2013. Capaian ini terjadi karena ibu hamil lebih memahami dan sadar untuk menjaga status gizinya.
d. Masyarakat Peduli ASI: Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan
Kerjasama antara kader kesehatan, PKK, Multi-Stakeholder Forum baik tingkat kecamatan maupun tingkat kota, dan Bapak Peduli ASI telah mendorong lebih banyak keluarga memberikan bayi ASI eksklusif. Sejak berbagai kegiatan promosi ASI
Gambar 5. Bidan membantu ibu memberikan ASI kepada bayinya
dilakukan, persentase ibu menyusui bayi secara eksklusif di wilayah puskesmas mitra meningkat hampir dua kali lipat. Misal, persentase cakupan ASI eksklusifdi wilayah Puskesmas Patingalloang, Kec. Mamajang, naik dari 48% sampai 72%. Kenaikan ini paling terlihat pada ibu dari kalangan ekonomi bawah yang rata-rata bermatapencaharian sebagai penjual atau penangkap ikan.
Cakupan ASI Eksklusif di ke-tiga Puskesmas mitra, Kota Makassar
2012 2014
Puskesmas Cenderawasih 58% 76%
Puskesmas Batua 61% 84%
Puskesmas Patingalloang 48% 72%
Cakupan ASI Eksklusif di Kota Makassar, tahun 2010 sampai tahun 2013.
Sejak gerakan Bapak Peduli ASI diluncurkan, para ibu lebih sadar tentang manfaat ASI dan membandingkan kelebihan dan kekurangan ASI dan susu formula dengan
mempertimbangkan isu harga, gizi dan kenyamanan sehingga mereka dapat membuat keputusan yang tepat untuk mereka.
Selain perubahan perilaku, sikap para ibu tentang ASI dan kesehatan bayi juga berubah. Sekarang, mereka lebih terbuka membahas isu terkait ASI, susu formula, gizi, dan pertumbuhan bayi. Para ibu yang menyusui secara eksklusif tidak lagi merasa malu karena tidak memberikan susu formula yang selama ini dianggap lebih bergengsi. Alih- alih, ibu menyusui merasa bangga karena dapat menyusui anaknya secara eksklusif.
Monitoring dan evaluasi
a. Kerjasama KUA dan Puskesmas: Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh Dinas kesehatan dan kantor kementerian agama Kabupaten Bener Meriah, sebagai badan yang mangawasi KUA secara langsung, melakukan monitoring dan evaluasi bersama untuk memastikan kerjasama lintas sektor ini berjalan efektif dan bermanfaat. Meskipun belum ada data jelas tentang kenaikan cakupan IMD dan ASI eksklusif paska kerjasama ini, data puskesmas menunjukkan bahwa semua pasangan pengantun yang mendapat pembekalan tentang IMD dan ASI eksklusif ketika melakukan kursus calon pengantin telah melakukan IMD pada saat bersalin.
Selain monitoring di tingkat kabupaten, bidan koordinator di puskesmas juga memonitor pelaksanaan IMD dan ASI eksklusif di wilayahnya menggunakan laporan bidan desa. Bidan koordinator juga melakukan wawancara langsung dengan para ibu dan meminta umpan balik dan masukan mereka tentang program IMD dan ASI eksklusif ini.
b. Pelarangan Susu Formula: Puskesmas Beji, Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur
Meskipun belum ada sistem monitoring dan evaluasi formal terhadapa penghentian penjualan susu formula di wilayah Puskesmas Beji, Puskesmas Beji telah melakukan monitoring dan evaluasi informal. Bidan Puskesmas melakukan kunjungan ke polindes dan rumah bidan desa untuk memastikan mereka tidak menjual susu formula dan telah melakukan penyuluhan ASI kepada setiap ibu hamil dan ibu bersalin.
Dampak lain program ini adalah pencatatan data kesehatan ibu dan anak yang lebih baik di Puskesmas Beji dan fasilitas kesehatan dibinanya. Puskesmas juga mampu menggunakan data tersebut untuk membuat rencana kerja dan tindakan perbaikan yang perlu dilakukan. Puskesmas ini juga berencana melakukan inspeksi mendadak untuk memastikan seluruh bidan praktik di wilayah kerja puskesmas tidak menjual susu formula.
c. Kampanye ASI Terintegrasi: Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur Monitoring dan evaluasi kampanye ASI di Kabupaten Probolinggo masih terbatas pada pertemuan rutin MSF di tingkat kabupaten untuk membahas pengalaman di lapangan. Saat ini pemerintah Kabupaten Probolinggo, dengan bantuan USAID Kinerja, masih melakukan uji coba instrumen monitoring dan evaluasi yang baku untuk mengukur perkembangan persalinan aman, IMD dan ASI eksklusif di tiap puskesmas. Instrumen ini akan digunakan dalam kegiatan monitoring dan evaluasi rutin dan sistematis setelah proses uji coba selesai. Hasil monitoring di tingkat puskesmas tersebut akan dibahas di tingkat kabupaten dan digunakan untuk menentukan langkah selanjutnya untuk meningkatkan cakupan persalinan aman,IMD dan ASI eksklusif.
d. Masyarakat Peduli ASI: Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan
Gerakan Bapak Peduli ASI dimonitor secara mandiri oleh para anggota Bapak Peduli ASI. Mereka biasanya mendiskusikan dan menyelesaikan masalah yang mereka temukan dalam gerakan ini dalam kelompok. Namun, jika masalah tersebut perlu ditindaklanjuti lembaga lain, maka mereka akan menghubungi tenaga kesehatan, fasilitas kesehatan, dan/atau dinas kesehatan untuk mendapatkan masukan.
Tantangan yang dihadapi
a. Kerjasama KUA dan Puskesmas: Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh
Hingga saat ini belum ada tantangan penting yang ditemukan karena semua pihak memiliki komitmen untuk melaksanakan kerjasama lintas sektor ini. Namun, mutasi jabatan di puskesmas dan KUA perlu mempertimbangkan keberlanjutan kerjasama ini. Para pejabat baru di kedua instansi tersebut perlu memahami dan melanjutkan program edukasi persalinan aman, IMD dan ASI eksklusif yang terintegrasi dengan suscatin.
b. Pelarangan Susu Formula: Puskesmas Beji, Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur
Tantangan awal kebijakan ini adalah keengganan bidan praktik di sekitar Puskesmas Beji untuk memutuskan kontrak dengan distributor susu formula karena ada insentif dari distributor. Tetapi, setelah pihak puskesmas sering melakukan kunjungan dan sosialisasi peraturan bupati tentang persalinan aman, IMD dan ASI eksklusif kepada bidan praktek, mereka lebih sadar dan sekarang sekitar 80% bidan praktek memutuskan kontrak dengan distributor susu formula.
Kendala lain yang cukup besar adalah sulitnya meyakinkan masyarakat bahwa ASI penting untuk bayi usia 0-6 bulan. Masih ada sebagian ibu menyusui yang memberikan susu formula karena pengaruh tetangga, orang tua, pihak keluarga, dan lingkungan. Tantangan ini banyak ditemukan pada ibu dengan produksi ASI rendah karena bayi mereka terus menangis. Persoalan ini diatasi melalui berbagai kampanye intensif tentang IMD dan ASI eksklusif yang dilakukan oleh bidan.
c. Kampanye ASI Terintegrasi: Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur Meskipun berbagai program kampanye ASI di kabupaten Probolinggo mulai menunjukkan dampak, pemerintah kabupaten masih perlu bekerja keras untuk mengubah perilaku masyarakat terkait IMD dan ASI eksklusif dan mencapai target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs). Berdasarkan laporan dinas kesehatan Kabupaten Probolinggo, capaian ASI eksklusif masih 41,44%.
Tantangan program ini adalah:
• Pemahaman masyarakat tentang manfaat ASI masih rendah.
• Kecemasan ibu, terutama ibu yang bekerja, tidak dapat memberikan ASI yang cukup sehingga bayi tidak kenyang dan mereka perlu makanan tambahan.
• Adanya mitos masyarakat bahwa kondisi tertentu puting susu ibu tidak cocok untuk menyusui.
• Masih ada tenaga kesehatan yang tidak menyarankan IMD.
• Promosi susu formula jauh lebih gencar dibandingkan dengan promosi ASI Ekslusif. • Orang tua merasa bangga bila dapat memberikan susu formula kepada bayinya,
terlebih susu formula yang mahal harganya.
• Keterbatasan personil dinas kesehatan dan kader untuk mendukung penuh promosi IMD dan ASI eksklusif.
• Perlu banyak waktu dan upaya berkesinambungan untuk mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat tentang IMD dan ASI eksklusif.
Secara umum, banyak ibu menyusui selama beberapa minggu setelah bersalin, tetapi tidak menyelesaikan ASI eksklusif dan beralih ke susu formula karena ibu harus mulai bekerja dan tidak memungkinkan untuk menyusui, tidak ada dukungan keluarga atau pengaruh iklan dan masyarakat.
Oleh karena itu berbagai kampanye ASI yang terintegrasi seperti yang dilakukan pemerintah Kabupaten Probolinggo dapat memberikan rasa optimisme untuk dapat mencapai keberhasilan dalam Persalinan Aman, IMD dan Pemberian ASI Ekslusif.
d. Masyarakat Peduli ASI: Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan
Tantangan terbesar program ASI di Kota Makassar adalah kurangnya pemahaman masyarakat tentang ASI sehinga lebih banyak ibu memilih memberikan susu formula yang lebih mahal dan kurang sehat dibanding ASI. Selain itu, ASI masih dianggap sebagai isu perempuan sehingga laki-laki kurang peduli. Gerakan Bapak Peduli ASI perlu bekerja keras dan menggunakan berbagai strategi untuk mengubah pola pikir ini
dan mengajak lebih banyak laki-laki untuk mendukung para istri memberikan ASI eksklusif untuk bayinya.
Keberlanjutan dan peluang replikasi
a. Kerjasama KUA dan Puskesmas: Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh Edukasi kesehatan ibu dan anak yang terintegrasi mulai mengubah pola pikir dan perilaku pasangan baru untuk melakukan IMD dan ASI eksklusif. Setelah melihat dampak ini, KUA Bener Meriah berkomitmen melanjutkan program ini karena pasangan baru perlu memahami manfaat ASI untuk bayi.
Program ini mudah direplikasi di daerah lain di seluruh Indonesia karena hampir semua daerah sudah menawarkan kursus kepada calon pengantin, dan informasi IMD dan ASI eksklusif bisa diberikan pada saat yang sama.
Untuk melakukan program ini, fasilitator suscatin perlu mendapat pelatihan tentang IMD dan ASI eksklusif sehingga merekamampu menjelaskan isu ini dengan baik baik kepada calon pengantin. Selain itu, penjelasan tentang IMD dan ASI eksklusif sebaiknya disesuaikan dengan agama calon pengantin agar lebih mudah diterima.
b. Pelarangan Susu Formula: Puskesmas Beji, Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur
Upaya keras dibutuhkan di Indonesia untuk memberantas pemberian susu formula. Pemasarannya sangat kuat dan berada di mana saja, dan perlawanan susu formula harus mengikutsertakan masyarakat maupun pemerintah daerah khususnya. Pelarangan susu formula di Kab. Tulungagung dilakukan oleh pemerintah daerah melalui peraturan dan pengawasan, oleh Puskesmas melalui perhentian promosi dan penjualan susu formula, dan oleh masyarakat melalui dukungan kepada ibu menyusui. Program ini perlu dilakukan di seluruh Indonesia dengan komitmen yang kuat dari pihak pemerintah maupun masyarakat.
Kesadaran dan komitmen staff Puskesmas Beji dan dinas kesehatan untuk meningkatkan cakupan IMD dan ASI eksklusif memperkecil kemungkinan adanya promosi dan penjualan susu formula di wilayah kerja puskesmas.
Puskesmas Beji melanjutkan kebijakan pelarangan susu formula dengan melakukan berbagai upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak secara umum, seperti kelas ibu hamil di delapanj desa dan kelompok peduli ASI di tiga desa. Penyuluhan tentang ASI eksklusif selalu dilakukan di kegiatan-kegiatan tersebut.
Untuk menjaga keberlanjutan program, bidan desa telah mengadvokasi pemerintah desa untuk menyediakan dana. Hasilnya, beberapa desa telah memasukkan program kesehatan ibu dan anak dalam RPJM Desa dan akan mulai mendapat dukungan dana Alokasi Dana Desa (ADD) pada tahun 2015.
c. Kampanye Terintegrasi ASI, Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur Kerjasama antara Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo dan MSF untuk mempromosikan IMD dan ASI eksklusif perlu dilanjutkan. Melanjutkan upaya tersebut, puskesmas membuat dan mensosialisasikan prosedur operasional standar (SOP) persalinan aman, IMD dan ASI eksklusif untuk memastikan layanan puskesmas diberikan dengan tepat.
Selama kampanye ASI berjalan, pemerintah Kabupaten Probolinggo telah melakukan berbagai terobosan seperti:
1. Mengoptimalkan peran dan fungsi Duta ASI kecamatan serta melakukan evaluasi berkala kegiatan peningkatkan capaian ASI, termasuk memberikan penghargaan kepada Duta ASI kecamatan yang berhasil;
2. Melaksanakan inspeksi mendadak secararkala dan menerapkan sanksi tegas bagi petugas kesehatan yang masih menjual susu formula;
Gambar 6. Bapak menggendong bayinya ketika mengikuti sosialisasi tentang ASI eksklusif dan IMD.
3. Memberikan bibit katuk kepadasemua ibu hamil saat pemeriksaan K1 atau K2 sehingga mereka dapat memasak daun katuk setelah melahirkan;
4. Memperluas gerakan penanaman daun katuk dan kelor di seluruh wilayah kabupaten dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat;
5. Mengundang ibu yang sukses memberikan ASI Eksklusif untuk berbagi pengalaman di kelas ibu jamil;
6. Memperbaikiprosedur layanan dan meningkatkan kualitas layanan dengan mengikutsertakan partisipasi masyarakat;
7. Mengadvokasi pemerintah kabupaten untuk mengalokasikan anggaran di APBD dan pemerintah desa untuk menyediakana dana dari ADD sehingga program ini dapat berlanjut.
d. Masyarakat Peduli ASI: Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan
Sejak kelompok Bapak Peduli ASI dibentuk tahun 2012, anggotanya masih berkomitmen untuk melakukan kegiatan edukasi kesehatan ibu dan anak dan kunjungan rumah ibu hamil dan ibu nifas. Gerakan Bapak Peduli ASI ini penting untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa ASI merupakan tanggungjawab bapak dan ibu. Gerakan ini dapat dibentuk di mana saja, di desa, kecamatan dan kabupaten/kota.
Kelompok peduli ASI yang beranggota laki-laki penting untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa pemberian ASI bukan hanya tanggungjawab ibu. Kelompok Bapak Peduli ASI bisa sangat mempengaruhi keadaan dan kepercayaan setempat di daerah yang terdampak akibat promosi dan pengiklanan susu formula – yang juga berlangsung hampir di seluruh wilayah Indonesia. Kelompok seperti Bapak Peduli ASI bisa dibentuk di mana saja dan di beberapa tingkat, seperti desa, kecamatan, dan kabupaten/kota.
Keterlibatan bapak-bapak penting dalam pemberian ASI, yang sampai sekarang masih dianggap sebagai persoalan ibu-ibu saja.
Bapak Peduli ASI sudah diakui oleh Dinas Kesehatan sebagai gerakan yang penting untuk peningkatan pemberian ASI ekslusif kepada bayi, dan mereka sangat berharap untuk melanjutkan kerjasama dengan pemerintah ke depan.
Hasil pembelajaran dan rekomendasi
- Pentingnya Peraturan Bupati/ Walikota. Peraturan ini memberikan dasar hukum kepada tenaga kesehatan untuk mengajak masyarakat untuk meninggalkan susu formula dan memberikan ASI kepada bayinya secara eksklusif. Para tenaga kesehatan ini merasa lebih berani dan berkomitmen karena ada dukungan resmi dari pemerintah untuk kegiatan mereka, yang bisa ditunjukkan jika ada yang keberatan. Direkomendasikan kepada Bupati dan Walikota untuk menyusun dan menerbitkan Peraturan Bupati/ Walikota dalam upaya peningkatan pemberian ASI Eksklusif di daerahnya.
- Inovasi dalam bentuk promosi ASI. Peredaran susu formula sudah menjangkau desa yang paling terpencil dan jauh dari kota. Dengan adanya iklan di televisi, radio, koran, dan majalah, para ibu dan keluarganya sering terpengaruhi mitos bahwa sufor lebih baik untuk bayi karena ASI saja tidak cukup untuk memuaskan nafsu makannya. Ini berarti sekarang dibutuhkan kegiatan yang inovatif dan lebih menarik untuk mempromosikan ASI, seperti yang dilakukan oleh kabupaten dan kota yang telah didokumentasikan dalam tulisan ini. Hanya melalui promosi ASI yang kreatif maupun informatif akan mampu mengubah persepsi masyarakat tentang pentingnya ASI eksklusif dan pada gilirannya terjadi peningkatan pemberian ASI ekslusif.
- Komitmen dari instansi maupun individu sangat penting bagi keberhasilan. Komitment kuat dari semua pihak terkait dibutuhkan untuk pelaksanaannya, baik bupati/ walikota, dinas kesehatan setempat, puskesmas, bidan, dukun, hingga kepala desa. Peraturan atau kebijakan tidak akan efektif jika tidak ada komitmen para pihak untuk melaksanakannya. Misalnya di Kabupaten Tulungagung,
pelarangan susu formula tidak berpengaruh kalau tidak ada bidan yang siap mengikuti penghentian penjualan sufor dan siap melakukan kunjungan ibu-ibu di rumahnya untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya ASI. Tanpa komitmen tinggi, tidak akan ada dampak kepada perilaku dan kepercayaan.
- Pengumpulan data kesehatan masih perlu diperbaiki. Salah satu persoalan yang muncul di hampir tiap daerah adalah masalah data terkait IMD dan ASI Eksklusif. Kebanyakan daerah belum mengumpulkan dan mencatat data IMD dan ASI Eksklusif, sehingga penilaian terhadap dampak dan keberhasilan program sulit diukur. Direkomendasikan dinas kesehatan kabupaten/kota menambahkan kolom IMD dan kolom ASI Eksklusif di dalam PWS KIA, dan meminta Puskesmas untuk mencatat jumlah IMD dilakukan dan cakupan ASI Eksklusif.
Informasi kontak
Kerjasama KUA dan Puskemas: Kab. Bener Meriah, Provinsi Aceh Ibu Risnawati, Amd.Keb
Kepala Puskesmas Kecamatan Bukit
Jl. Mesjid Babussalam, Simpang Tiga Redelong, Kab. Bener Meriah
Pelarangan Susu Formula: Puskesmas Beji, Kab. Tulungagung, Propinsi Jawa Timur
Ibu Winny Isnaini
Staf Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Tulungagung email: [email protected]
Kampanye ASI: Kab. Probolinggo, Propinsi Jawa Timur Ibu Ana Maria
Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo email: [email protected]
Masyarakat Peduli ASI: Kota Makassar, Propinsi Sulawesi Selatan Ibu Siti Rohani
Local Public Service Specialist, USAID Kinerja email: [email protected]
Program kesehatan USAID Kinerja bekerjasama dengan pemerintah daerah dan puskesmas meningkatkan pelayanan kesehatan di tiga sektor: Persalinan Aman, ASI Eksklusif dan Inisasi Menyusui Dini, serta Manajemen Puskesmas.