• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan Tata Kelola Promosi ASI Eksklusif dan Insiasi Menyusui Din

Dalam dokumen ee25bdae 671d 412e 9aa9 b1c90cbd3846 (Halaman 32-48)

Situasi sebelum program dilakukan

Pemberian air susu ibu (ASI) ekslusif telah terbukti dapat meningkatkan gizi bayi. ASI bukanhanya makanan yang baik untuk anak, tapi juga meningkatkan kekebalan terhadap berbagai penyakit. ASI eksklusif diberikan kepada bayi tanpa makanan atau minuman tambahan selama enam bulan pertama, dan dengan makanan pendamping selama 18 bulan berikutnya hingga bayi mencapa usia dua tahun.

Tingkat pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih rendah, hanya 33,6% bayi di bawah dua tahun yang disusui oleh ibunya (Susenas, 2012). Hal ini sangat dipengaruhi oleh rendahnya pemahaman masyarakat tentang ASI dan kepercayaan setempat. Banyak ibu menganggap ASI tidak cukup membuat bayi kenyang dan kuat sehingga mereka akan memberi makanan tambahan (madu,air kelapa, makanan lembek) meskipun bayi masih dibawah enam bulan. Selain itu, banyak ibu memilih memberikan susu formula kepada bayinya karena menganggap susu tersebut bagus untuk perkembangan bayi, lebih modern dan sehat. Alasan lain, masyarakat menganggap kolostrum (air susu ibu yang keluar pertama kali) sebagai susu rusak dan harus dibuang.

Selain kurangnya pemahaman tentang manfaat ASI, banyak ibu percaya bahwa menyusui akan membuat payudara kendor dan terlihat kurang menarik. Banyak ibu juga memilih susu formula karena mereka malu menyusui di tempat umum, terutama jika tidak tersedia pojok laktasi. Faktor lain yang menyebabkan tingkat pemberian ASI eksklusif rendah adalah promosi susu formula yang gencar termasuk di fasilitas kesehatan, seperti puskesmas, rumah sakit dan bidan praktik dan penjualan dari rumah ke rumah. Kondisi ini diperburuk dengan tenaga kesehatan mendukung penjualan susu formula karena perusahaan susu menjanjikan insentif untuk mereka. Di sisi lain, promosi pemberian ASI eksklusif juga masih kurang, baik dari frekuensi dan strategi promosi serta kurang mendapat dukungan dari dinas kesehatan.

Banyak puskesmas tidak memiliki rencana tertulis untuk promosi ASI. Penyebaran informasi tentang ASI masih terbatas dilakukan secara lisan di posyandu dan jarang melibatkan masyarakat. Untuk itu, USAID-Kinerja membantu pemerintah daerah meningkatkan promosi kesehatan dengan partisipasi berbagai pihak di luar sektor kesehatan.

Tulisan ini mengupas upaya promosi ASI eksklusif, termasuk inisiasi menyusui dini (IMD) di empat daerah mitra USAID-Kinerja: Kabupaten Bener Meriah di Aceh, Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Probolinggo di Jawa Timur, serta Kota Makassar di Sulawesi Selatan. Tingkat pemberian ASI ekslusif di empat daerah ini tahun 2010 masih relatif rendah. Di Bener Meriah, hanya 40% anak di bawah umur 2 tahun yang mendapat ASI ekslusif. Sementara itu, tingkat pemberian ASI di Tulungagung adalah 52,5%; Kabupaten Probolinggo 34%; serta Kota Makassar 59%.

Bentuk inovasi

Setiap daerah mitra USAID-Kinerja memilih pendekatan yang berbeda untuk mempromosikanASI eksklusif sesuai dengan konteks lokal.

a. Kerjasama KUA dan Puskesmas: Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh Sebelum program Kinerja, masyarakat di Kabupaten Bener Meriah, Aceh sejak dulu percaya terhadap mitos bahwa ASI mengandung bakteri buruk (kepercayaan ini juga disebut dena dalam bahasa setempat) sehingga hampir semua ibu di daerah ini memberikan susu formula kepada bayinya dan beberapa memberikan air beras sebagai makanan tambahan.

Kepercayaan dena ini menyebabkan banyak ibu bersalin menolak saran bidan untuk melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dari bidan. Para ibu memutuskan untuk membuang ASI pertama (kolostrum) karena dianggap basi, dan memutuskan untuk tidak menyusui bayinya.

Selain kepercayaan lokal yang kuat, masyarakat di Bener Meriah belum memahami manfaat ASI untuk kesehatan bayi dan kurangnya penjelasan bidan desa tentang ASI kepada ibu hamil. Kondisi ini menyebabkan banyak bayi dan anak rentan terhadap berbagai penyakit seperti diare karena kekebalan tubuh mereka (imunitas) rendah dan akibat susu formula yang mudah tercemar dengan bakteri.

Salah satu strategi untuk mendorong dan membantu para ibu untuk menyusui adalah menambahkan materi IMD dan ASI eksklusif dalam kursus wajib calon pengantin (suscatin) yang diselenggarakan oleh Kantor Urusan Agama (KUA) setempat. Sejak tahun 2013, tenaga kesehatan (kepala puskesmas dan bidan koordinator) dan kepala KUA kecamatan terlibat dalam suscatin. Mereka menjelaskan tentang manfaat ASI dan IMD serta kajian fiqhnya kepada semua pasangan muslim yang akan menikah. Kajian fiqh ini dirumuskan bersama oleh Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Kabupaten, Dinas Syariat Islam, Kementerian Agama Kabupaten, Kantor Urusan Agama, Dinas Kesehatan, Puskesmas serta perwakilan tokoh masyarakat.

Suscatin dilakukan di tingkat kecamatan dalam periode tertentu. Setiap calon pengantin akan mengikuti kursus selama satu minggu sebelum jadwal pernikahan berlangsung

Gambar 1. Edukasi ASI Eksklusif dan IMD dilakukan sejak sebelum pernikahan kepada calon ibu.

Gambar 2. Publikasi larangan promosi dan penjualan susu formula di Puskesmas Kauman.

sesuai dengan tanggal yang diajukan keluarga. Sejak awal tahun 2014 hingga September 2014, Bener Meriah telah melaksanakan lima kali suscatin.

Sejak April 2013 hingga September 2014, semua pasangan yang mengikuti suscatin di ketiga kecamatan mitra Kinerja (Kec. Bukit, Kec. Bandar, dan Kec. Permata) telah mendapat informasi lengkap tentang kesehatan ibu dan anak, persiapan kehamilan dan persalinan, dan pentingnya IMD dan ASI Ekslusif. Semua pasangan juga mendapatkan buku saku fiqih ASI yang dicetak oleh KUA Bener Meriah. Buku saku ini juga tersedia di Puskesmas untuk dibaca ibu-ibu.

b. Pelarangan Susu Formula: Puskesmas Beji, Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur

Puskesmas Beji, salah satu puskesmas mitra Kinerja di Kabupaten Tulungagung, melakukan inovasi menarik untuk mendorong IMD dan ASI eksklusif. Puskesmas ini mengambil langkah berani untuk membatalkan perjanjian dengan sebuah perusahaan susu formula. Sejak bulan Mei 2013, staf puskesmas tidak diizinkan lagi menjadi distributor untuk produk susu formula.

Keputusan berani yang diambil oleh kepala Puskesmas ini sejalan dengan tuntutan badan pengawasan masyarakat dan sesuai dengan peraturan daerah yang baru yang melarang peredaran susu formula di sarana pelayanan kesehatan masyarakat. Selain melarang promosi susu formula di lingkungan puskesmas, Puskesmas Beji juga bekerja keras mengedukasi masyarakat danmelawan kepercayaan setempat bahwa bayi menangis hanya karena lapar dan susu formula merupakan makanan terbaik untuk

bayi. Sejak larangan susu formula ini diberlakukan, tidak ada stok susu formula di Puskesmas Beji dan wilayah binaanya.

c. Kampanye ASI Terintegrasi: Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur Pemerintah Kabupaten Probolinggo sangat mendukung program ASI ekslusif sebagai salah satu strategi untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat karena ASI bermanfaat bagi perkembangan anak sejak dini.

Pemerintah kabupaten ini telah melaksanakan kampanye ASI yang terintegrasi: menerbitkan Peraturan Bupati tentang persalinan aman dan ASI eksklusif, mensponsori festival rakyat dan lomba masak makanan bergizi, memilih duta ASI, dan menyelenggarakan pelatihan bagi tokoh agama agar mereka dapat terlibat dalam kegiatan promosi kesehatan ibu dan anak.

Salah satu inisiatif penting yang dilakukan oleh

pemerintah Kabupaten Probolinggo adalah pemilihan Bupati sebagai Duta ASI. Sebagai seorang pemimpin daerah dan ibu, Bupati Probolinggo sangat meyakini manfaat ASI eksklusif bagi kesehatan masyarakat. Beliau juga memiliki komitmen tinggi untuk tetap menyusui anaknya di tengah kesibukannya memimpin Kabupaten Probolinggo.

Bupati Probolinggo juga mensosialisasikan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang ASI Eksklusif dan menerbitkan beberapa peraturan pendukung program persalinan aman, IMD dan ASI eksklusif. Menindaklanjuti upaya peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak serta gizi terpadu, Kabupaten Probolinggo merumuskan Peraturan Bupati Kabupaten Probolinggo Nomor 24 tahun 2013 tentang Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif. Selain itu, Pemerintah Kabupaten menerbitkan surat instruksi bupati untuk menyediakan fasilitas menyusui (pojok laktasi)

“Saya ingin mengumumkan kepada masyarakat bahwa ibu bekerja atau perempuan yang memiliki tugas sebagai apapun tidak ada penghalang untuk memberikan ASI kepada bayinya.”

- Tantriana Aminuddin Bupati Probolinggo

Gambar 3. Bupati Probolinggo berpose bersama Duta ASI.

di seluruh tempat kerja dan tempat umum dan melarang semua fasilitas kesehatan, bidan praktik menjual susu formula. Beliau juga sering melakukan inspeksi mendadak ke fasilitas kesehatan dan bidan untuk memastikan mereka tidak menjual susu formula.

Menindaklanjuti instruksi Bupati, pemerintah Kabupaten Probolinggo telah berkomitmen dengan menyediakan pojok laktasi dan sarananya di enam kantor SKPD (Kantor Sekretariat Daerah, Kantor DPRD, Komplek BKD/Diklat, Kantor Dinas Kesehatan, RSUD Waluyojati, RSUD Tongas) dan tujuh Puskesmas (Sumberasih, Maron, Ranugedang, Wangkal, Paiton, Kotaanyar dan Krejengan)

Masyarakat di Probolinggo terkesan dengan komitmen dan kebijakan Bupati terkait dengan persalinan aman dan ASI eksklusif. Para ibu juga merasa mendapat dukungan besar dari pemerintah untuk menyusui bayinya.

Selain upaya pemerintah, masyarakat Kabupaten Probolinggo telah aktif membentuk Kelompok Pendukung ASI (KP- ASI) untuk membantu dan mendukung ibu menyusui. Saat ini di Kabupaten Probolinggo telah dibentuk 22 KP-ASI yang terdiri dari para ibu dan anggota masyarakat yang peduli ASI. Mereka bertemu secara rutin untuk menceritakan tantangan, keberhasilan dan berbagi informasi tentang menyusui dan menjaga kesehatan ibu dan anak.

Inovasi lanjutan dari inisiatif ini adalah gerakan pencanangan penanaman pohon katuk dan kelor, yang dikuatkan dengan instruksi resmi dari Bupati kepada seluruh puskesmas, puskesmas pembantu, sarana kesehatan dan masyarakat. Tanaman Kelor merupakan “tanaman ajaib” dengan kandungan nutrisi yang tinggi untuk memenuhi

Gambar 4. Duta ASI Kota Makassar melibatkan laki-laki dalam

kampanye ASI.

asupan gizi. Program penanaman pohon kelor ini bertujuan mencegah dan mengatasi kasus kurang gizi.

Masyarakat setempat telah lama memanfaatkan daun katuk untukmerangsang produksi dan memperlancar ASI para ibu yang baru melahirkan. Sejak program penanaman pohon katuk ini diluncurkan, beberapa puskesmas di kabupaten ini telah menanam anakan pohon daun katuk dan daun kelor dalam baris yang rapi, dan tiap ibu hamil diberikan bibit pohon katuk dan kelor pada saat pemeriksaan kehamilan. Tidak hanya menanam, para ibu pasca bersalin juga mendapat makanan berbahan daun katuk dan daun kelor. Gerakan penanaman pohon katuk dan kelor ini diharapkan mendukung upaya para ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif.

d. Masyarakat Peduli ASI: Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan Meskipun gerakan kelompok masyarakat peduli ASI

marak di Kota Makassar dan berbagai daerah di Indonesia, anggota kelompok ini masih didominasi perempuan dan jarang laki-laki terlibat. Hal ini terjadi karena ASI masih dianggap sebagai isu perempuan.

Melalui bantuan USAID-Kinerja, masyarakat Kota Makassar melakukan edukasi dan advokasi agar laki- laki mau terlibat dalam kampanye ASI. Proses

advokasi yang intensif di Kota Makassar mulai mampu mengubah cara pandang masyarakat bahwa ASI bukan hanya isu perempuan. Saat ini Kota Makassar telah memiliki sebuah kelompok masyarakat, Bapak Peduli ASI yang beranggotakan laki-laki dari berbagai latar belakang, seperti dosen, PNS, ustadz, tokoh masyarakat, Pak RW, dan anggota masyarakat umum. Kelompok ini bertujuan meningkatkan jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif. Kelompok ini sadar dan mengakui bahwa laki-laki juga memiliki tanggungjawab untuk memastikan bayi mendapat ASI eksklusif.

Bapak Peduli ASI melakukan berbagai kegiatan edukasi ASI di tingkat kecamatan dan kelurahan, seperti penyuluhan ASI kepada keluarga ibu hamil dan ibu menyusui serta sosialiasi ASI para ibu kelas ekonomi bawah yang kurang memahami manfaat ASI dan cenderung memilih susu formula. Selain itu, kelompok ini aktif melakukan diskusi kesehatan terutama tentang ASI eksklusif. Bapak Peduli ASI juga sering diundang menjadi narasumber dan fasilitator di berbagai kegiatan kampanye ASI.

Pada tahun 2014, forum multi-stakeholder (MSF) yang terdiri dari perwakilan masyarakat dan pemerintah termasuk Bapak Peduli ASI di Kota Makassar bekerjasama dengan dinas kesehatan membuat modul pembelajaran penggiat ASI. Modul ini dibuat untuk meningkatkan pengetahuan para penggiat ASI tentang IMD dan ASI eksklusif serta meningkatkan kapasitas mereka dalam mendampingi ibu menyusui.

Kerjasama antara masyarakat dan dinas kesehatan sangat penting untuk meningkatkan dan rasa kepemilikan masyarakat terhadap program ini.

Proses pelaksanaan program

a. Kerjasama Kantor Urusan Agama (KUA) dan Puskesmas: Kabupaten Bener

Meriah, Provinsi Aceh

Salah satu tantangan terbesar program peningkatan cakupan IMD dan ASI eksklusif di Bener Meriah adalah rendahnya pemahaman orangtua tentang manfaat IMD dan ASI eksklusif dan kuatnya mitos dena bahwa ASI mengandung bakteri buruk. Untuk mengatasi tantangan ini, dinas kesehatan Bener Meriah melalukan kerjasama lintas sektor untuk memberikan edukasi tentang kesehatan ibu dan anak melalui kursus calon pengantin.

Langkah pertama, dinas kesehatan mendiskusikan masalah rendahnya cakupan ASI eksklusif dengan puskesmas mitra Kinerja, dinas syariat Islam, Majelis Permusyawaratan Ulama (MUI) dan KUA. Para perwakilan instansi ini sepakat untuk menghilangkan dena melalui kegiatan penyadaran masyarakat.

Salah satu rekomendasi yang muncul dari diskusi tersebut adalah kemitraan puskesmas dan KUA untuk mempromosikan kesehatan ibu dan anak kepada calon pengantin, baik perempuan maupun laki-laki. Untuk itu, perlu ada MoU antara puskesmas dan KUA untuk melaksanakan suscatin yang menyediakan informasi persalinan aman, IMD, dan ASI eksklusif selain informasi yang biasanya diberikan.

Setelah MoU tersebut sudah ditandatangani oleh Puskesmas dan KUA, dibentuk tim penyusunan buku saku tentang fiqih ASI yang terdiri dari staff Dinas Syariat Islam, Majelis Permusyawaratan Ulama, KUA, Kementerian Agama, Dinas Kesehatan, dan Puskesmas. Buku saku ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman para ustadz dan ulama tentang ASI eksklusif dan menjadi panduan bagi mereka untuk menyampaikan informasi tentang manfaat ASI di mimbar masjid, Selain buku panduan, staff KUA yang bertanggungjawab terhadap suscatin mendapat pelatihan tentang isu persalinan aman, IMD dan ASI eksklusif dan dibantu tenaga kesehatan. Selain itu, staff lain di KUA juga menyampaikan kepada narasumber suscatin pentingnya ASI dari perspektif agama Islam sesuai dengan Al Qur’an dan hadis Nabi.

b. Pelarangan Susu Formula: Puskesmas Beji, Kabupaten Tulungagung,

Provinsi Jawa Timur

Seperti di beberapa daerah lain di Indonesia, Puskesmas Beji dan sebagian besar bidan praktik mandiri (BPM) pernah melakukan kontrak kerjasama dengan distributor susu formula. Menurut Bidan Koordinator Puskesmas Beji, Ari Murtiningtyas, mereka bekerjasama dengan distributor susu formula karena ingin memudahkan para ibu menyusui mendapatkan susu formula – para ibu yang bersalin tidak perlu repot mencari susu di toko. Namun, situasi ini telah berubah selama beberapa tahun terakhir ini. Bidan di Kabupaten Tulungagung mulai menyadari manfaat ASI. Untuk itu, mereka melakukan berbagai kegiatan promosi ASI eksklusif serta penyuluhan.

Tantangan lain dalam upaya peningkatan cakupan ASI eksklusif adalah rendahnya monitoring dan evaluasi program IMD dan ASI. Meskipun program ini telah ada

sebelum USAID-Kinerja berjalan, program ini sangat jarang dievaluasi sehingga staff puskesmas tidak mengetahui cakupan ASI di wilayahnya.

Lemahnya monitoring antara lain disebabkan karena kesibukkan para bidan. Hal ini menyebabkan pantauan terhadap kepatuhan bidan untuk kampanye pentingnya ASI eksklusif, dan menjamin para bidan praktek mandiri tidak menyediakan dan menjual sufor, kurang maksimal. Promosi susu formula yang gencar di berbagai media juga mempengaruhi keputusan para ibu untuk memberikan susu formula kepada bayinya. Mereka percaya bahwa susu formula memiliko nutrisi terbaik untuk bayi dan lebih praktis dibanding ASI.

Menyadari tantangan ini, instansi pemerintah dan perwakilan masyarakat, dengan dukungan USAID Kinerja, menyusun sebuah Peraturan Bupati - Peraturan Bupati Tulungagung no.19 tahun 2013 tentang Jaminan Pelayanan Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif. Peraturan ini menjadi dasar hukum semua kegiatan yang terkait kesehatan ibu dan anak (KIA), termasuk persalinan aman dan IMD & ASI eksklusif, dan penguatan peran bidan dan dokter dalam program KIA.

Berdasarkan Peraturan tersebut, Puskesmas Beji mengeluarkan kebijakan untuk menghentikan kerjasama dengan distributor susu formula dan melarang puskesmas dan bidan praktik menyediakan susu formula sejak Mei 2013. Pemutusan kontrak ini dilakukan secara penuh oleh Puskesmas Beji dan diikuti oleh bidan praktik. Namun, bidan praktik mandiri masih diizinkan untuk mengganti kerjasama distribusi susu formula dengan pengadaan nutrisi untuk ibu.

Untuk memonitor program ini, bidan desa melakukan kunjungan rumah ke rumah secara rutin untuk memberikan edukasi tentang kesehatan ibu dan anak, termasuk ASI eksklusif. Para bidan desa melakukan kunjungan rumah mulai dari hari pertama kelahiran hingga satu bulan pertama.

c. Kampanye ASI Terintegrasi: Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur

Untuk meningkatkan cakupan IMD dan ASI eksklusif, pemerintah Kabupaten Probolinggo bekerjasama dengan masyarakat melaksanakan kampanye ASI yang terintegrasi menerbitkan Peraturan Bupati Probolinggo dan berbagai kegiatan promosi ASI.

Langkah pertama, pemerintah Kabupaten Probolinggo adalah membuat peraturan yang mendukung kegiatan promosi ASI. Pemerintah melibatkan masukan dari instansi pemerintah selain dinas kesehatan dan forum multi-stakeholder yang terdiri dari berbagai perwakilan masyarakat dalam proses pembuatan peraturan ini. Setelah melalui diskusi intensif, Kabupaten Probolinggo menerbitkan Peraturan Bupati Probolinggo Nomor 24 tahun 2013 tentang Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif.

Selain menerbitkan peraturan, pemerintah Kabupaten Probolinggo mendukung berbagai kegiatan promosi IMD dan ASI eksklusif, seperti:

1. Bupati Probolinggo dikukuhkan oleh masyarakat sebagai Duta ASI Eksklusif Probolinggo pada tahun 2013.

2. Sarasehan Ulama Mendukung Persalinan Aman, IMD (Inisiasi Menyusu Dini) dan ASI Ekslusif. Sarasehan ini bertujuan untuk menyamakan persepsi tentang persalinan aman, IMD dan ASI eksklusif serta menentukan dan menyelaraskan peran setiap pihak yang terlibat dalam promosi program ini (ulama, tenaga kesehatan, masyarakat umum dan pemerintah).

3. Membentuk Kelompok Peduli ASI. Hingga September 2014 telah ada 22 KP-ASI. 4. Pada tanggal 15 Nopember 2013 Bupati mencanangkan penanaman pohon

Katuk untuk mendukung Program ASI Ekslusif di Probolinggo.

5. Pada Bulan Januari 2014 Bupati Probolinggo mencanangkan penanaman pohon Kelor untuk mencegah dan mengatasi gizi buruk.

6. Melaksanakan festival menu olahan berbahan daun katuk dan daun kelor tanggal 12 Maret 2014. Kegiatan ini bertujuan untuk menarik masyarakat untuk

memasak daun katuk dan daun kelor untuk memenui kebutuhan gizinya. Festival ini telah dihasilkan lebih 200 macam menu.

7. Pelatihan motivator ASI bagi penjual jamu dan pemilik/pekerja salon kecantikan. Kegiatan ini dilakukan karena penjual jamu dan pekerja salon kecantikan banyak berinteraksi dengan para calon pengantin, ibu hamil dan ibu menyusui. Sebanyak 60 peserta telah mengikuti pelatihan ini.

8. Pelatihan motivator Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) bagi 70 kader kesehatan..

9. Pelatihan 49 konselor ASI.

10. Pengukuhan Duta ASI Ekslusif dan Persalinan Aman Kecamatan se-Kabupaten Probolinggo tanggal 15 Oktober 2014 untuk mempromosikan dan menggerakkan masyarakat untuk memberikan ASI Eksklusif selama 6 (enam) bulan dan dilanjutkan hingga usia 2 (dua) tahun serta tidak menggunakan susu formula. Sebanyak 24 orang Duta ASI Eksklusif dan Persalinan Aman dikukuhkan oleh Bupati Probolinggo. Duta ASI dipilih dan diseleksi oleh kecamatan dan Puskesmas. Kemudian, Duta ASI dan Persalinan Aman yang terpilih mendapat pelatihan dan menyusun program kerja mereka. Pelatihan yang diselenggarakan tanggal 16 Oktober 2014 bertujuan menyiapkan para Duta ASI untuk membantu promosi ASI di wilayahnya.

d. Masyarakat Peduli ASI: Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan

Gerakan peduli ASI di Kota Makassar diawali oleh penerbitan Peraturan Walikota no. 49 tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif. Setelah sosialisasi peraturan ini, pemerintah Kota Makassar melakukan banyak kegiatan promosi ASI eksklusif sehingga lebih banyak masyarakat yang sadar tentang pentingnya ASI Eksklusif dan banyak kegiatan promosi ASI bermunculan, salah satunya adalah Bapak Peduli ASI.

Gerakan Bapak Peduli ASI di Kota Makassar dicetuskan setelah para pemerhati ASI yang terdiri dari berbagai unsur masyarakat dan pemerintah melakukan diskusi tentang kesehatan ibu dan anak, serta ASI. Diskusi tersebut menemukan bahwa masih banyak ibu, terutama yang berasal dari kalangan ekonomi bawah, memberikan susu formula karena mereka kurang memahami manfaat ASI dan laki-laki juga memiliki peran

penting untuk mendukung ibu menyusui dan memastikan bayi tumbuh sehat. Kondisi ini mendorong anggota masyarakat laki-laki untuk terlibat dalam kegiatan promosi melalui Bapak Peduli ASI.

Para anggota Bapak Peduli ASI bekerja dengan komitmen tinggi dan swadaya meskipun mereka belum mendapatkan surat keputusan dari pihak berwenang karena skala kegiatan mereka masih relatif kecil.

Tidak hanya mendukung pembentukan kelompok-kelompok penggiat ASI, dinas kesehatan Kota Makassar, dengan dukungan USAID Kinerja, membuat modul pembelajaran sebaya untuk penggiat ASI. Modul ini dibuat untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang persalinan aman dan IMD & ASI serta meningkatkan kapasitas mereka untuk melakukan advokasi sehingga program ini dapat memberikan dampak yang besar.

Penulisan modul dimulai dengan Focus Group Discussion antara dinas kesehatan (staff bina kesehatan masyarakat), kelompok masyarakat, kepala puskesmas dan LSM lokal mitra USAID Kinerja, Esensi untuk membahas isi modul tersebut. Kemudian, Esensi dan dinas kesehatan menulis modul tersebut dan mengujinya di lapangan sebelum modul dicetak.

Anggaran yang diperlukan

a. Kerjasama KUA dan Puskesmas: Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh

Kerjasama ini tidak memerlukan biaya terlalu besar. Puskesmas dan stafnya hanya perlu memanfaatkan waktu dan kesempatan yang diberikan oleh KUA pada saat

Dalam dokumen ee25bdae 671d 412e 9aa9 b1c90cbd3846 (Halaman 32-48)