• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

3. Cara Guru Dalam Mengenalkan Pendidikan Seks

pendidikan seks kepada anak uisa 5-9 tahun ada tujuh yaitu dengan:

a. Mengenal perbedaan jenis kelamin

Menjelaskan kepada anak bahwa laki-laki memiliki alat kelamin yang diberi nama penis dan perempuan memilki alat kelamin yang diberi nama vagina. Menjelaskan bahwa anak laki-laki sama dengan ayahnya dan anak perempuan sama dengan ibunya.

Menjelaskan bahwa pakaian anak laki-laki memakai celana panjang dan anak perempuan memakai rok atau gaun.

b. Menjelaskan kepada anak proses kelahiran bayi

Menejelaskan kepada anak bahwa ia lahir dari ibunya dengan bahasa yang mudah dimengerti.

c. Menanamkan rasa malu kepada anak

Menjelaskan kepada anak untuk mengganti pakaian di tempat yang tertutup seperti kamar mandi dan kamar tidur.

d. Menjelaskan bagian tubuh yang boleh dan tidak boleh disentuh Menjelaskan kepada anak bahwa tubuhnya adalah milik pribadinya, sehingga tidak ada orang lain yang boleh menyentuh kecuali ibu dan dirinya sendiri. Bagian tubuh yang tidak boleh disentuh adalah bibir dan bagian yang tertutup baju dalam seperti dada, pantat, paha, dan penis atau vagina.

e. Menjelaskan sentuhan baik, membingungkan dan sentuhan buruk Sentuhan baik itu menyentuh dari bahu keatas serta dari lutut kebawah. Sentuhan membingungkan itu, menyentuh badan dimulai dari bahu sampai keatas lutut, menyentuh dengan kasih sayang dan nafsu dimulai dengan menyentuh kepala, memeluk-meluk, lalu tangannya meraba dari bawah bahu sampai atas lutut. Sentuhan buruk itu, menyentuh bibir dan bagian tubuh yang tertutup baju dalam seperti dada, perut, paha dan penis atau vagina.

f. Mengajarkan kepada anak untuk berani mengatakan Tidak dan Berteriak meminta tolong kepada orang yang dipercayai.

Jika ada orang lain menyentuh bagian tubuh pribadinya atau menyuruhmu buka baju di depannya atau menunjukkan bagian tubuh pribadinya atau menunjukkan film atau foto telanjang, maka kamu harus berani mengatakan tidak dan lari serta berteriak minta tolong kepada orang yang dipercayai.

g. Tekanan pada anak untuk tidak menyimpan rahasia dari guru dan pendidik

Menjelaskan kepada anak apapun yang terjadi orangtua dan pendidik akan selalu siap membantu, sehingga jangan pernah merahasiakan apapun dari guru dan orang tua.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa cara pendidik seks kepada anak yaitu mengenal perbedaan jenis kelamin, menjelaskan kepada anak proses kelahiran bayi, menanamkan rasa malu kepada anak, menjelaskan bagian tubuh yang boleh dan tidak boleh disentuh buruk, mengajarkan kepada anak untuk berani mengatakan tidak dan berteriak meminta tolong kepada orang yang di percayai, tekanan pada anak untuk menyimpan rahasia dari guru dan pendidik.

Mahrus (2018:7) menyatakan bahwa “pada anak usia 0-5 tahun, peran orangtua dan guru PAUD menjadi dominan karena mobilitas

mereka banyak berpusat pada keluarga dan PAUD”. Di luar itu, anak usia dini berinteraksi dengan teman bermainnya yang sebaya dalam groupnya. Kebanyakan ibu yang mengambil peran lebih dibandingkan dengan yang lain. Ibu sebagai penjaga dan pendidik (seks) anak pada usia dini diharuskan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai terhadap materi dan strategi pembelajarannya. Ibu dan perempuan yang pada umumnya sangat dekat dengan anak-anak memerlukan pendidikan yang cukup dan tidak bisa lagi ditolerir mereka hanya diajar oleh orang tua secara natural tanpa desain pembelajaran dan pendidikan yang memadai. Pendidikan perempuan yang berkualitas harus diupayakan terus-menerus jika masyarakat menginginkan kehidupan masa depannya menjadi lebih baik dan berperadaban.

Aziz (2014:194) menyatakan bahwa “memberi pemahaman mengenai maskulinitas pada anak lelaki dan femininitas pada anak perempuan juga menjadi bagian penting dari pendidikan seks semenjak usia dini”. Tujuan dari penyampaian materi ini adalah selain diperkenalkan perbedaan secara fisik juga menjaga fitrah maskulinitas atau feminitas yang telah menempel pada diri anak. Melalui upaya ini anak laki-laki diharapkan tidak meniru gaya feminim yang dimiliki oleh anak perempuan, dan sebaliknya. Selain itu, apabila anak sudah memahami identitas jenis kelaminnya, orangtua dan pendidik dapat menyampaikan pemahaman tentang larangan bercampurnya laki-laki dengan perempuan secara bebas dan terbuka atau menyampaikan larangan berdua-duaan antara laki-laki dengan perempuan disuatu tempat tanpa ada orang lain disekelilingnya. Sebab perbuatan tersebut dapat mengantarkan anak kepada perbuatan menikmati hubungan seks bebas (perzinaan).

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa memberikan pemahaman kepada anak mengenai maskulinitas pada laki-laki agar anak laki-laki tidak meniru gaya feminim yang dimiliki anak perempuan dan sebaliknya. Apabila anak sudah memahami identitas jenis kelaminnya, orangtua dan pendidik dapat menyampaikan pemahaman tentang larangan

bercampurnya laki-laki dan perempuan, menyampaikan larang berdua-duaan antara laki-laki dan perempuan di suatu tempat tanpa ada orang lain disekelilingnya.

Hadiarni (2018:41-43) menyatakan bahwa “kekerasan sesksual kepada anak tidak hanya dilakukan oleh orang yang tidak dikenal, melainkan dapat terjadi dari orang terdekat”. Banyak khasus yang ditemukan tetangga mencabuli anak tetangganya, kakek mencabulinya cucunya, hingg kasus yang paling miris adalah seorang ayah yang berani mencabuli anaknya. Sangat penting bagi orang tua dan guru untuk mengajarkan pendidikan seks kepada anak sejak anak masih kecil yaitu dengan:

a. Kenalkan bagian tubuh yang tidak boleh dilihat dan disentuh orang lain.

Kenalkan anak bagian-bagian tubuh dan fungsinya, kemudian berikan penjelasan ada bagian tubuh tertentu yang tidak boleh dilihat dan disentuh orang lain. Bagian tubuh tersebut antara lain dada, bibir, organ reproduksi dan pantat.

b. Ajarkan konsep perbedaan jenis kelamin kepada anak

Memberikan contoh bahwa laki-laki nantinya akan seperti ayah dan perempuan seperti ibu. Konsep perbedaan jenis kelamin ini juga berfungsi untuk mengajarkan anak menggunakan toilet dan pakaian sesuai dengan jenis kelaminnya.

c. Tanamkan budaya malu kepada anak.

Penting mengajarkan rasa malu kepada anak agar anak dapat menghargai dirinya sendiri. Mengajarkan batasan-batasan dalam bermain dengan lawan jenis. Memberi arahan untuk tidak melepas dan mengganti pakaian di tempat umum.

d. Tumbuhkan rasa percaya anak kepada guru dan orangtua

Ajarkan anak untuk tidak menyembunyikan apapun dari orangtua apabila ada perlakuan yang tidak pantas yang diterima atau yang terlihat oleh anak meskipun anak dapat ancaman dari si pelaku.

e. Bicarakan seks kepada anak dengan mengajak diskusi sederhana.

Pendidikan seks dapat ditanamkan guru dan orangtua dengan mengajak anak berdikusi sederhana dan menyenangkan.

Menjawab pertanyaan anak dengan lemah lembut. Menjelaskan fakta-fakta yang terjadi dilapangan dengan bahasa yang tidak vulgar dan tidak terkesan menakut-nakuti anak.

Berdasarkan beberapa para ahli di atas dapat disimpulkan kekerasan seksual itu tidak hanya dilakukan oleh orang yang tidak dikenal melainkan dapat terjadi dengan orang-orang terdekat anak.

Jadi sangat penting bagi guru dan orang tua untuk mengenalkan pendidikan seks kepada anak sejak dini agar tidak terjadi pelecehan seksual kepada anak.

Menurut Sitanggang (2018:152) “cara melindungi diri dari perilaku kejahatan seksual adalah, guru harus selalu aktif untuk menyelipkan pesan- pesan moral terhadap anak didiknya kendati mata pelajaran yang diampunya tidak memiliki korelasi dengan hal ini”. Di mana, selain pentingnya mengamankan diri agar “daerah pribadi” miliknya tak dijamah orang lain, juga perlu ditanamkan sedari dini supaya anak- anak yang berpotensi menjadi korban pedofil berani melapor kepada gurunya.

Menurut Justicia (2016:225) terdapat beberapa aspek penting yang diajarkan pada anak, yaitu:

a. Tubuhku hanya milikku

Anak seharusnya mengetahui bahwa tubuhnya merupakan miliknya dan tidak ada seseorang pun dapat menyentuhnya tanpa ijin dari dirinya sendiri. Mulainya membuka pembicaraan sejak dini tentang seksualitas dan

“bagian tubuh yang privasi”, dengan menggunakan nama yang sesuai

dengan bagian tubuh genital dan bagian tubuh lainnya akan membantu anak untuk mengerti. Anak seharusnya dapat menolak dan berkata

“TIDAK” dengan berani dan lantang pada kontak fisik yang tidak sesuai, menghindar dari situasi yang tidak aman dan dapat mengadu pada orang dewasa.

b. Sentuhan yang baik dan sentuhan yang buruk

Anak tidak selalu mengetahui sentuhan yang pantas dan sentuhan yang tidak pantas. Beri tahu anak bahwa tidak baik bila seseorang melihat atau memegang tubuh pribadi mereka atau seseorang meminta anak untuk memperlihatkan dan memegang tubuh pribadi orang lain.Hal ini juga membantu orang dewasa untuk memulai diskusi dengan anak-anak. Jika anak-anak tidak yakin apakah perilaku seseorang dapat diterima, pastikan mereka tahu untuk meminta bantuan pada orang dewasa yang terpercaya.

c. Rahasia yang baik dan rahasia yang buruk

Rahasia adalah taktik utama pelaku seksual. Itulah mengapa penting untuk mengajarkan perbedaan antara rahasia baik dan buruk untuk menciptakan iklim kepercayaan. Setiap rahasia yang membuat mereka cemas, tidak nyaman, takut, sedih, tidak baik dan tidak harus disimpan, hal tersebut seharusnya diberitahu pada orangdewasa yang dapat dipercaya (orang tua, guru, polisi, dokter).

d. Pencegahan dan Perlindungan merupakan Tanggungjawab Orang Dewasa.

Ketika anak-anak dilecehkan mereka merasa malu, bersalah dan takut.

Orang dewasa harus menghindari menciptakan tabu seputar seksualitas, dan pastikan anak tahu kepada siapa harus beralih jika mereka khawatir, cemas atau sedih. Anak-anak mungkin merasa bahwa ada sesuatu yang salah. Orang dewasa harus menjadi perhatian dan menerima perasaan dan perilaku mereka. Mungkin ada banyak alasan mengapa seorang anak menolak kontak dengan orang dewasa lain atau dengan anak lain. Ini harus dihormati. Anak-anak harus selalu merasa bahwa mereka dapat berbicara dengan guru dan orangtua mereka tentang masalah ini.

Terkait dengan perkembangan seks, perilaku seksual pada anak usia dini bermasalah dan tidak berpola ketika tumbuh dan berkembang

memiliki tekanan dari lingkungan. Lingkungan memiliki pengaruh paling utama perkembangan anak, seperti pola asuh, contoh pola asuh otoriter sehingga mengekang kebebasan anak, sehingga tidak terbangun komunikasi positif.

Berikut adalah cara yang dapat dilakukan oleh guru dan orangtua untuk menyampaikan informasimengenai pendidikan seks pada anak menurut Listiyana yaitu:

1. Bersikap jujur dan terbuka

Kita harus menyampaikan informasi yang benar dan apaadanya. Tidak boleh menjawab pertanyaan anak dengan asal-asalan, tidak akurat apalagi sampaimelenceng dari subjek pertanyaan. Jangan takut memberikan informasi yang jujur karena iniakan mengajari anak untuk mau juga bersikap jujur dan terbuka kepada orang tuanya.Dengan jujur, kita tidak menyesatkan anak dengan informasi yang tidak benar, karena bisamelahirkan rasa tidak percaya anak pada guru dan orangtuanya. Faktanya banyak guru dan orangtua yang tidakbesikap jujur ketika memberikan informasi seks pada anak, seperti menyebutkan organ seksualdengan istilah-istilah yang lain.

2. Santai

Belajarlah bersikap santai, wajar, dan biasa-biasa saja.

Jangan membesar-besarkan masalah, karena menganggap seks merupakan topik yang berat. Usahakan untuk rileks dengan menjaga intonasi suara ketika menjawab pertanyaan anak.

Tidak boleh bersikap heboh dan berlebih-lebihan. Kualitas kata atau kalimat sangat bergantung kepada cara pengucapannya.

Kata yang sama namun di ucapkapkan dengan intonasi yang berbeda akan memberikan dampak yang juga berbeda pada si penerima pesan. Dalam hal seks, kita harus belajar untuk

menghilangkan rasa risih dan takut ketika menjelaskannya pada anak.

Menurut Nuraini (2015:14) “anak sering memegang alat kelamin sendiri dan tidak mau memakai celana dalam”. Perilaku seperti ini sebenarnya tidak bermasalah ketika orang tua paham terhadap perkembangan seksual anak. Menjadi bermasalah orang tua dan guru kurang memahami perilaku tersebut dan cenderung memberikan perilaku bertolak belakang seperti mengajak ke kamar mandi tidak sesuai dengan tempatnya, dan memberikan kebebasan anak teanjang tanpa celana bermain bersama teman, sehingga orang lain sering menggoda dengan memegang alat kelamin anak. Perilaku tersebut akan berhenti setelah guru dan orang tua memberikan pemahaman dan pengertian kepada diri anak.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa cara guru dalam mengenalkan pendidikan seks anak usia dini yaitu dengan cara mengenalkan jenis kelamin dan menjelaskan kepada anak bagian tubuh yang boleh dan tidak boleh di sentuh oleh orang lain. Jadi sangat penting bagi guru dan orangtua untuk mengenalkan pendidikan seks kepada anak agar tidak terjadinya pelecehan seksual kepada anak.

Dokumen terkait