• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMABAHASAN

C. Pembahasaan Hasil Penelitian

3. Menanamkan Rasa Malu Kepada Anak

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan fokus dan sub fokus penelitian di atas maka pertanyaan peneliti yaitu“ Bagaimanakah cara guru dalam mengenalkan pendidikan seks anak usia dini di TK Kurnia Illahi Kecamatan Rambatan Kabupaten Tanah Datar?”.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas, peneliti dapat menentukan tujuan penelitian adalah "Untuk Mengetahui cara guru dalam mengenalkan pendidikan seks anak usia dini di TK Kurnia Illahi Kecamatan Rambatan Kabupaten Tanah Datar".

E. Manfaat dan luaran Penelitian 1. Manfaat penelitiaan

a. Sebagai bahan kajian bersama dan informasi baru dalam cara guru dalam mengenalkan pendidikan seks anak usia dini di TK Kurnia Illahi Kecamatan Rambatan Kabupaten Tanah Datar.

b. Sebagai bahan evaluasi bagi pihak yang terkait untuk menilai Cara Guru Dalam Mengenalkan Pendidikan Seks Anak Usia Dini di TK Kurnia Illahi Kecamatan Rambatan Kabupaten Tanah Datar.

c. Sebagai bahan pengembangan pengetahuan dan wawasan penulis dan pembinaan disiplin ilmu untuk penulis.

2. Luaran penelitian

Adapun luaran penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini adalah agar diterbitkan pada jurnal ilmiah dan bisa menambah khazannah perpustkaan IAIN Batusangkar.

F. Defenisi Operasional

Agar maksud dan arah peneliti ini jelas, maka perlu kiranya penulis memberikan defenisi Operasional dalam penelitian ini.

Romdloni (2017:99) menyatakan bahwa “pendidikan seks adalah membimbing dan mengarahkan anak laki-laki dan perempuan semenjak kecil hingga remaja atau dewasa untuk mengenal tentang arti, fungsi dan tujuan

naluri seks sehingga anak dalam perkembangannya dapat memahami dan menyalurkannya ke jalan yang benar”

Menurut Ningsih (2017:15-21) cara guru dalam mengenalkan pendidikan seks kepada anak uisa dini ialah mengenalkan perbedaan jenis kelamin, menanamkan rasa malu kepada anak.

12 BAB II KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Tugas Dan Peran Guru a. Pengertian Guru

Guru adalah pendidik yang mana guru sebagai panutan, tauladan bagi peserta didiknya. Oleh karena itu guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin. Menurut Jamil (2014:23) dikenal dengan al mu’alim atau al-ustadz dalam bahasa arab, yang bertugas memberikan ilmu dalam majlis taklim. Guru merupakan pekerjaan yang memerlukan keahlian kusus. Pekerjaan ini tida dapat dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan pekerjaan sebagai guru

Guru adalah salah satu kompenen manusiawi dalam proses beajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan arus berperan serta secara aktif dan menepatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap diri guru itu terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya paa suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Dalam rangka ini guru tidak semata-mata sebagai “pengajar” yang melakukan transfer of knowledge, tetapi juga sebagai “pendidik” yang melaukan transfer of values da sekaligus sebagai “pembimbing” yang memberikan pengarahan dan menuntun anak dalam belajar.

Berkaitan dengan ini, sebenarnya guru memiliki peranan yang unik dan sangat kompleks didalam proses belajar mengajar dalam

13

usahanya untuk mengantarkan anak didiknya ke taraf yang di cita-citakan. Oleh karena itu, setiap rencana kegiatan guru harus dapat didudukan dan dibenarkan semata-mata demi kepentingan anak didik, sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya (Sardiman, 2011:125).

Seorang pendidik harus memperlihatkan bahwa ia mampu mandiri, tidak tergantung kepada orang lain ia harus mampu membentuk dirinya sendiri. Dia juga bukan saja dituntut bertanggung jawab terhadap anak didik, namun dituntut pula bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Tanggung jawab ini didasarkan atas kebebasan yang ada pada dirinya untuk memilih perbuatan yang terbaik menurutnya. Apa yang dilakukannya menjadi teladan bagi masyarakat.

Berdasarkan pengertian guru di atas maka tugas pendidik sebagai guru PAUD yaitu bertugas diberbagai jenis layanan baik pada jalur pendidikan formal maupun nonformal seperti, TK/RA,KB,TB dan bentuk lain sederajat. Pendidik PAUD pada jalur pendidikan formal terdiri atas guru an guru pendamping. Sedangkan pendidik PAUD pada jalur nonformal, terdiri atas guru, guru pendamping dan pengasuh (Fadilah,2012:80).

Sementara itu dalam peraturan pemerintah no 19 tahun 2005 dikatakan bahwa seorang guru haruslah memiliki 4 kompetensi yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Adapun untuk kompetensi guru PAUD di indonesia sudah dbuatkan standar tersendiri, diantaranya seorang guru PAUD hendaknya memiliki rasa seni (sense of art)dan berbagai bentuk disiplin agar dapat mengenali pembelajran yang sesuai dengan kebutuhan anak, selain itu seorang guru PAUD diharapkan memiliki pemahaman teori perkembangan dan implikasinya secara praktis terlebih lagi guru PAUD harus memahami bahwa anak belajar dalam bermain.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa guru PAUD adalah pendidik yang bertugas di berbagai jenis layanan baik

jalur formal maupun jalur nonformal dan guru harus memiliki 4 kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional serta guru hendaknya memiliki rasa seni dan berbagai bentuk disiplin agar dapat mengenali pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak.

b. Peran Guru PAUD

Menurut Wiyani (2015:30-34) “seorang guru PAUD pada kegiatan kesehariannya dalam bekerja secara profesional dapat melakukan beragam fungsi sekaligus (muti peran)”. Adapun peran dari guru tersebut adalah:

a. Guru PAUD sebagai pendidik. Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh sentral serta panutan (model) bagi murid dan lingkungannya. Oleh karena itu seorang guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu yang mencakup wibawa, tanggung jawab,mandiri dan disiplin.

b. Guru PAUD sebagai pengganti sementara ayah atau ibu. Anak usia dini dalam kesehariannya dikelas membutuhkan sosok pengganti sementara ayah atau ibu,untuk itu guru harus bisa berperan menjadi pengganti sementara ayah atau ibu selama berada di sekolah, namun harus tetap apat menjaga batas-batasnya demi untuk menjaga keprofesionalan seorang guru.

c. Guru PAUD sebagai teman, bersikap sebagai teman bagi anak usia dini sangat dibutuhkan karena akan mempelancar komunikasi antara guru dan murid. Sehingga anak usia dini tidak merasa berjarak dengan guru yang dapat memotivasi anak usia dini untuk bersemangat berangkat ke sekolah (karena akan bertemu dengan teman-temannya).

d. Guru PAUD sebagai pengajar. Guru PAUD membantu murid yang tumbuh dan berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahui dengan cara senantiasa memotivasi murid agar dapat mengembangkan potensinya.

e. Guru PAUD sebagai pengasuh adalah anak yang belum terbentuk kepribadiannya sehingga dibutuhkan guru yang mengerti menggunakan pola asuh yang tepat disaat dibutuhkan oleh anak didiknya.

f. Guru PAUD sebagai model dan teladan. Menjadi teladan merupakan sifat dasar dalam kegiatan pembelajaran selain itu sebagai model dan teladan berakibat bahwa guru senantiasa akan disorot tingkah lakunya baik oleh anak didik maupun lingkungannya.

g. Guru PAUD sebagai pribadi, jika kita memilih profesi guru PAUD maka sudah selayaknya kita memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Adapun kepribadian seorang guru PAUD yang diharapkan adalah kepribadian yang hangat selalu tersenyum, ceria, terbuka serta sabar.

h. Guru PAUD sebagai pesulap. Memiliki keterampilan sebagai pesulap dibutuhkan bagi anak usia dini. Oleh karena itu guru anak usia dini hendaknya melakukan kegiatan sulap sebagai variasi dalam kegiatan belajar mengajar, tujuannya adalah agar murid menjadi tidak bosan.

i. Guru PAUD sebagai penyanyi. Keterampilan bernyanyi memiliki referensi lagu-lagu anak serta yel-yel sangat dibutuhkan bagi seorang guru anak usia dini yang senantiasa membutuhkan suasana gembira dalam kegiatan belajar mengajar.

j. Guru PAUD sebagai pencerita. Bercerita adalah metode salah satu metode yang dibutuhkan bagi anak usia dini dalam menyampaikan pesan, nasehat tentang makna kehidupan.

k. Guru PAUD sebagai entertaiment. Guru PAUD memang dituntut serba bisa (multi peran) salah satunya adalah menjadi entertaiment, maka akan diperoleh nilai-nilai kreatif, inovatif dalam suasana yang menyenangkan dan gembira bagi anak usia dini.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peran guru sangat penting dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pendidik yang profesional. Guru PAUD harus menggunakan semua perannya dalam mendidik anak didiknya di sekolah. Karena seorang pendidik menginginkan anak menjadi seseorang yang nantinya akan berguna bagi nusa dan bangsa.

Tanggung Jawab Seorang Guru PAUD Adalah Sebagai Berikut:

1) Menunjukkan perhatian kepada anak 2) Memiliki kepekaan terhadap individu anak

3) Mengembangkan hubungan yang alamiah dengan anak

4) Menggunakan otoritas orang dewasa secara bijaksana dalam membantu pertumbuhan anak

5) Merancang kegiatan yang bermakna bagi anak

6) Mengenalkan disiplin sebagai suatu pengalaman belajar bagi anak dan menemukan kesalahan sebagai peluang potensi pembelajaran.

7) Mengakui adanya kompetensi dalam diri anak

8) Mengorganisasi kurikulum yang berlandasan pada DAP.

9) Bekerjasama dengan orang tua dalam tanggung jawabnya terhadap perkembangan anak.

10) Memiliki dedikasi yang tinggi sebagai profesional dalam bidang pendidikan anak.

11) Mampu menyuarakan kebutuhan anak pada orang tua, pihak sekolah, pengelola dan masyarakat serta pembuat kebijakan.

Didukung Solehudin (2000:56) yang mengemukakan fungsi dari pendidikan anak usia dini pada prinsipnya ada lima yaitu:

1) Pengembangan potensi.

2) Penanaman dasar-dasar akidah dan keimanan.

3) Pembentukan dan pembiasaan perilaku-perilaku yang diharapkan.

4) Pengembangan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan.

5) Pengembangan motivasi dan sikap belajar yang positif.

Menurut Nugraha (2005:5-6)“karena fungsi tersebut saling terkait satu dengan yang lain dan sulit dipisahkan”. Dari rumusan tersebut nampak bahwa program pendidikan anak sejak usia dini sangat penting diperhatikan dan teramat besar manfaatnya. Kegiatan pengembangan adalah serangkaian aktivitas yang disediakan untuk memfasilitasi perkembangan dan belajar anak di TK yang secara umum kegiatan yang dapat dilakukan diantaranya menyediakan lingkungan kondusif bagi perkembangan dan belajar anak, mengarahkan perilaku anak dengan kegiatan mendidik, mengajar serta membantu memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi anak dengan bimbingan yang tepat.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa program pendidikan anak sejak dini sangat penting diperhatikan.

Untuk memfasilitasi perkembangan dan belajar anak di sekolah kegiatan yang dilakukan yaitu menyediakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan dan belajar anak.

Program pendidikan anak usia dini adalah program layanan pendidikan sekaligus pengembangan kepada anak usia dini secara holistik dan integrasi. Holistik artinya bukan hanya stimulasi atau rangsangan terhadap aspek pendidikan yang diberikan kepada anak usia dini, tetapi juga terhadap aspek gizi dan kesehatannya agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Terintegsai artinya bahwa layanan pendidikan dilaksanakan secara terpadu dengan berbagai layanan anak usia dini yang telah ada di masyarakat seperti posyandu, bina keluarga balita, dan berbagai layanan anak usia dini.

Berdasarkan dari beberapa penjelasan di atas bahwa guru PAUD harus bertanggung jawab dan bekerjasama dengan orang tua dalam tanggung jawabnya terhadap perkembangan anak, mengenalkan disiplin dan mencerdaskan kehidupan anak didik dan segala sikap,

tingkah laku juga perbuatannya dalam rangka membina jiwa dan watak anak didik.

2. Pendidikan Seks Anak Usia Dini a. Pengertian Pendidikan

Menurut Hasbullah (2009:23-24) “meskipun barangkali sebagian di antara kita mengetahui tentang apa itu pendidikan, tetapi ketika pendidikan tersebut diartikan dalam satu batasan tertentu, maka terdapatlah bermacam-macam pengertian yang diberikan”.

Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalamnya masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau pengihidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.

Kenyataannya, pengertian pendidikan ini selalu mengalami perkembangan, meskipun secara esensial tidak jauh berbeda. Berikut ini akan dikemukakan sejumlah pengertian pendidikan yang diberikan oleh para ahli (pendidikan).

1) Langeveld

Pendidikan ialah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu dalamnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, dan sebagainya) dan ditunjukkan kepada orang yang belum dewasa

2) John Dewey

Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundmental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.

3) J.J Rousseau

Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.

4) Driyarkara

Pendidikan ialah pemanusiaan manusia muda atau pengangkatan manusia muda ke taraf insani.

5) Carter V. Good Pendidikan ialah :

a) Seni, praktik, atau profesi sebagai pengajar

b) Ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip dan metode-metode mengajar, pengawasan dan bimbingan murid, dalam arti luas digantikan dengan istilah pendidikan

6) Ahmad D. Marimba

Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya ke pribadian yang utama.

7) KI Hajar Dewantara

Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang tertinggi-tingginya.

8) Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang.

9) Menurut UU No 20 Tahun 2003

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut Hasbullah (2009:24) “dari beberapa pengertian pendidikan yang diberikan para ahli tersebut, meskipun berbeda secara redaksional, namun secara essensial terdapat kesatuan unsur-unsur atau faktor-faktor yang terdapat di dalamnya, yaitu bahwa pengertian pendidikan tersebut menunjukkan suatu proses bimbingan, tuntutan atau pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur seperti pendidik,anak didik,tujuandan sebaginya”.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya bimbingan dan arahan terhadap generasi muda yang meliputi pengetahuan dan nilai dalam rangka membentuk kepribadian mereka sebagai upaya penyiapan dalam menghadapi kehidupan yang efektif dan efisien yang selaras dengan masyarakat dan dapat beradaptasi dengan alam sekitarnya.

b. Pengertian Pendidikan Seks

Seks berarti jenis kelamin. Segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin disebut dengan seksualitas. Masters, Johnson, dan Kolodny (dalam Uyun, 2013:359-360) mengemukakan bahwa“seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas, yaitu dimensi biologis, psikologis, sosial, dan kultural”.

1. Dimensi Biologis

Seksualitas berkaitan dengan anatomi dan fungsional alat reproduksi atau alat kelamin manusia, serta dampaknya bagi kehidupan fisik atau biologis manusia. Termasuk menjaga kesehatannya dari gangguan seperti penyakit menular seksual, infeksi saluran reproduksi, bagaimana memfungsikan seksualitas sebagai alat reproduksi sekaligus alat rekreasi secara optimal, serta dinamika munculnya dorongan seksual secara biologis.

2. Dimensi Psikologis

Seksualitas berkaitan erat dengan bagaimana manusia menjalani fungsi seksual sesuai dengan identitas jenis kelaminnya, dan bagaimana dinamika aspek-aspek psikologis (kognisi, emosi, motivasi, perilaku) terhadap seksualitas itu sendiri, serta bagaimana dampak psikologis dari beberapa fungsi seksualitas dalam kehidupan manusia.

3. Dimensi Sosial

Mengenai seksualitas dalam relasi antar manusia.

Bagaimana individu beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan tuntutan peran dari lingkungan sosial, serta bagaimana sosialisasi peran sertafungsi seksualitas dalam kehidupan manusia.

4. Dimensi Kultural dan Moral

Bagaimana nilai-nilai budaya dan moral mempunyai penilaian terhadap seksualitas. Moralitas agama menganggap bahwa seksualitas sepenuhnya adalah hak Tuhan, sehingga penggunaan dan pemanfaatannya harus dilandasi dengan norma-norma agama yang mengatur kehidupan seksualitas manusia secara lengkap.

Memberikan pendidikan seks terhadap anak sangatlah penting, karena tanpa pendidikan seks anak akan mudah terjerumus pada perbuatan asusila. Pendidikan seks merupakan bekal bagi anak dalam menata pergaulan di masyarakat. Dengan pemahaman seks, anak akan menyadari apa dan bagaimana

seharusnya ia berbuat baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, tetangga, maupun dalam lingkungan pergaulan yang lebih luas.

Untuk memberikan pendidikan seks, orangtualah yang paling berperan. Guru dan orangtua mempunyai banyak waktu yang luang untuk menanamkan nilai-nilai agama kepada anak. Mereka senantiasa berkumpul dan bergaul bersama anak sehingga dapat mengawasi secara ketat pergaulan anak-anaknya.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas yaitu dimensi biologis, psikologis, sosial dan cultural. Memberikan pendidikan seks terhadap anak sangatlah penting. Pendidikan merupakan bekal bagi anak dalam menata pergaulan di masyarakat. Guru dan orangtua harus memberikan nilai-nilai agama kepada anak.

Solihin (2015:58-59) menyatakan bahwa “perdebatan tentang penting atau tidaknya pendidikan seksualitas masih terjadi sampai detik ini”. Pro kontra itu melibatkan banyak pihak, mulai dari orangtua, praktisi pendidikan, psikolog, sosiolog, cendikiawan, sampai para ulama. Perlu atau tidaknya seksualitas diajarkan secara formal dan terencana kepada anak-anak usia dini.

Bagi kelompok yang pro pendidikan seksualitas sangat penting sebagai upaya membekali anak agar mereka tidak terjebak kepada perilaku menyimpang atau child sexual abuse. Sementara kelompok yang tidak setuju beralasan pendidikan seksualitas bagi anak tidak urgen dan tidak terlalu penting karena selain dianggap

"tabu" dan "kurang etis", hal itu justru bisa kontra produktif terhadap perkembangan kejiwaan anak yang bersangkutan.

Kelompok kedua ini biasanya lebih banyak datang dari kelompok agama.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan seks masih terjadi perdebatan sampai detik ini. Perlu

atau tidaknya pendidikan seks diajarkan secara formal dan terencana kepada anak usia dini.

Selanjutnya berikut ini akan dikemukakan pengertian seks, baik secara etimologi dan terminologi. Uraian tentang seks ini perlu dikedepankan karena selama ini seks sering kali didefenisikan secara tidak proporsional, sehingga seringkali hanya dipahami sebagai suatu aktifitas seksual antara pria dan wanita. Hal semacam inilah yang membuat pengertian seks menjadi sangat sempit dan dianggap sebagai hal yang “tabu” dan “kotor” untuk dibicarakan. Padahal seks mempunyai pengertian yang lebih luas dari pada hal tersebut.

Secara bahasa, pengertian seks adalah jenis kelamin, yakni manusia mempunyai dua jenis kelamin laki-laki dan perempuan, pengertiannya kerap hanya mengacu pada aktifitas biologis yang berhubungan dengan alat kelamin.

Justicia (2016:220) menyatakan bahwa“pendidikan seks bisa ditanamkan sejak dini saat anak mulai mengajukan pertanyaan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksualitas”. Misalnya saat anak bertanya mengapa organ tubuh laki-laki berbeda dengan perempuan atau mengapa anak laki-laki harus berdiri ketika buang air kecil berbeda dengan anak perempuan yang harus jongkok. Dari pertanyaan sederhana itu, guru dan orang tua bisa memulai menanamkan pendidikan seks mulai dari tingkat paling dasar mengenai organ tubuh dan fungsinya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan seks ditanamkan sejak dini di mulai pada saat ana bertanya tentang organ tubuh laki-laki dan perempuan. Dari pertanyaan sederhana tersebut guru dan orangtua bisa menanamkan pendidikan seks dari tingkat yang paling dasar seperti bagiantubuh dan fungsinya.

Pendidikan seks terhadap anak usia dini membutuhkan pendalaman terhadap materi agar tepat sesuai dengan kebutuhan, usia, dan tingkat pemahaman dan kedewasaan anak. Di samping itu, diperlukan strategi atau teknik penyampaian yang komunikatif–efektif. Sebagaimana petuah C.W. Longenecker kompetisi dalam mengarungi kehidupan tidak selamanya dimenangkan oleh orang yang kuat, tetapi seringkali diraih oleh orang yang berpikir untuk mengatur strategi. Selalu berpikir kreatif untuk mengatur strategi dalam rangka mencapai hidup yang lebih bahagia dan sejahtera.

Mukri (2015:8) menyatakan bahwa “pendidikan seks berarti proses pengajaran, penyadaran, dan pemahaman yang sehat tentang seks dari aspek kesehatan fisik, psikis dan spiritual”.

Dalam usaha menjaga anak terbebas dari kebiasaan yang tidak islami serta menutup segala kemungkinan ke arah hubungan seksual terlarang.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan seks merupakan proses pengajaran, penyandraan, dan pemahaman tentang seks. Untuk menjaga anak agar terbebasnya dari hubungan seksual yang terlarang.

Sholicha (2015:225) menyatakan bahwa “melalui pendidikan seks usia dini, anak-anak diarahkan pada perkembangan sikap dan pengetahuan tentang seks yang akan sangat berguna untuk membentengi diri mereka dari ancaman kekerasan seksual”. Pendidikan seks yang dimaksudkan adalah upaya pengajaran, penyadaran, pemberian informasi tentang masalah seksual. Informasi yang diberikan diantaranya adalah pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi dengan menanamkan moral, etika, komitmen, agama, agar tidak terjadi penyalahgunaan organ reproduksi tersebut.

Dokumen terkait