• Tidak ada hasil yang ditemukan

Center For Research And Education And Training For Government Apparatus III LAN Samarinda

Dalam dokumen FILE DI SINI (Halaman 74-78)

PKP2A III LAN untuk pertama kalinya di tahun 2015 ini menyelenggarakan kegiatan Diklat Kepemimpinan Tingkat II yang dibuka pada tanggal 15 April hingga tanggal 13 Agustus 2015. Kegiatan ini diikuti oleh 60 (enam puluh) orang peserta yang berasal dari berbagai wilayah di Kalimantan, Sumatera, Bali, dan K/L. Hasil penilaian dari penyelenggaraan Diklatpim Tingkat II ini menempatkan 11 orang dengan nilai sangat memuaskan, 39 orang berhasil mendapat predikat memuaskan, 9 orang mendapatkan predikat cukup memuaskan sedangkan 1 orang lainnya tidak dapat melanjutkan kegiatan dikarenakan meninggal dunia. Penghargaan sebagai inovasi terbaik diberikan pada peserta dari Dinas Sosial Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dengan juduk proyek perubahan Peningkatan Pengentasan Kemiskinan melalui Program Kelompok Usaha Bersama Fakir Miskin.

PKP2A III LAN for the irst time organized Leadership Training Level II in 2015, commenced on 15 April to 13 August 2015. This training was attended by 60 (sixty) participants coming from various regions in Kalimantan, Sumatera, Bali and Ministries/Institutions. Based on evaluation, 11 participants fell into ‘very satisfactory’ category, 39 participants fell into ‘satisfactory’ category, 9 participants fell into ‘passed’ category. One participant was unable to continue the program due to his passing. Participant from Social Agency East Kalimantan Provincial Government was awarded best innovation with project change entitled Poverty Reduction Through Poor Group Joint Venture.

Salah satu faktor penyebab rendahnya daya saing Indonesia adalah anggaran untuk meningkatkan kualitas SDM melalui program penelitian dan pengembangan (litbang) atau research and development (R&D) terbilang minim. Selain jumlah peneliti yang masih rendah, saat ini keberadaan lembaga litbang daerah yang ada di Indonesia juga belum mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Hal tersebut tergambar dari masih beragamnya organisasi yang mewadahi lembaga litbang. Kondisi ini juga terjadi di Provinsi Kalimantan Timur, dimana dari sembilan kabupaten/kota yang ada di Provinsi Kalimantan Timur, baru tiga kabupaten/kota yang lembaga litbang nya diwadahi dalam SKPD tersendiri atau tercermin dalam nomenklatur SKPD nya.

Berdasarkan analisis dari data yang ditemukan di masing-masing lokus, beberapa kesimpulan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: Daerah yang relatif lebih siap untuk membentuk lembaga litbang dalam jangka pendek adalah Kota Samarinda, Kota Balikpapan, Kabupaten Berau serta Kabupaten Penajam Paser Utara, sedangkan Kota Bontang, Kabupaten Paser dan Kabupaten Kutai Barat dapat membentuk lembaga litbang dalam jangka menengah-panjang. Faktor pendorong yang paling banyak dimiliki daerah dalam membentuk lembaga litbang adalah anggaran dan kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah. Faktor penghambat yang paling banyak ditemui di lapangan adalah dalam bidang publikasi, teknologi dan produk. Beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan terkait pembentukan lembaga litbang di daerah, antara lain: Pemerintah Provinsi perlu melakukan diseminasi dan sosialisasi ke pemerintah daerah tentang urgensi lembaga litbang, termasuk melakukan penguatan fungsi litbang khususnya melalui rekruitmen fungsional peneliti dan membuat kebijakan yang dapat memperkuat fungsi litbang. Perlu juga melibatkan SKPD teknis terkait ruang lingkup kajian yang dilakukan agar hasil dan output kajian dapat digunakan. Pemikiran lain yang perlu dipertimbangkan adalah dengan memanfaatkan Balitbangda Provinsi yang relatif cukup memiliki SDM fungsional peneliti untuk melakukan penelitian secara kerjasama dengan SKPD teknis di daerah, atau dengan bekerjasama dengan unit litbang pemerintah daerah.

One factor that contributed to low competitiveness of Indonesia is limited budget for human resources quality improvement through research and development program. In addition to limited number of researchers, currently the existence of local research and development institutions in Indonesia has not received special attention from the government. This is relected on the diversity of organization fuctioning as research and development institutions. This condition can be found in East Kalimantan province as well. Out of nine districts / cities in East Kalimantan province, only three districts / cities that have particular research and developmemnt agencies. Based on data analysis, it is concluded that: the city of Samarinda, Balikpapan, Berau regency and Penajam Paser Utara are relatively better prepared to establish research and development institutions in the short term. Whereas Bontang City, Paser Regency, and Kutai Barat Regency, these regions are considered to have the capacity to establish research and development institutions in the medium to long term. Driving Factors in establishing research and development institutions including the budget and policies of central and local government. Impeding factors can be found concerning publications, technology and products.

In line with the prospect of district/cty level research and development institution establisment, this study proposed recommendations as followed: The provincial government needs to conduct dissemination and socialization to local governments concerning the urgency of research and development institutions. In addition to that functions of research and development needs to be strenghtened, particularly through researchers recruitment and initiating policies strengthening research and development function. In addition, technical local government agencies should be involved in the studies so that outputs of the study can be better utilized. Besides, provincial research and development Agency that have adequate researchers should be encouraged to conduct research in cooperation with technical local government agencies in the area, or in collaboration with district/city level research and development institutions.

Kajian Prospek Pembentukan Lembaga Litbang Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Timur Study for Prospects of District/ City Level Research and Development Institution Establishment in East Kalimantan Province

Forum Komunikasi Badan Diklat se Kalimantan dilaksanakan pada tanggal 1 – 3 Oktober 2015 di Aula Kantor Gubernur Kalimantan Selatan ini dihadiri oleh ± 150 peserta yang terdiri dari perwakilan Badan Diklat seluruh Kalimantan beserta para Widyaiswara dan lulusan Diklat terbaik perwakilan dari masing-masing Badan Diklat. Acara ini dimulai dengan penandatanganan MoU antara LAN dengan Pj. Gubernur Kalimantan Selatan. Pokok- pokok pembahasan yang menjadi perhatian antara lain: Pengembangan Program Diklat, Pengembangan Kapasitas Widyaiswara; Pengembangan Kapasitas Penyelenggara Diklat; Inovasi Kediklatan; dan Kerja sama antar Lembaga Diklat. Hasil dari diskusi kelompok ini menghasilkan sebuah kesepakatan yang diberi nama “Kesepakatan Banjar Baru”. Forum ini pun digunakan sebagai ajang untuk memperkenalkan SINOPADIK yang merupakan pedoman dan instrumen kompetisi inovasi pasca diklat kepemimpinan. Pada akhir kegiatan pun disepakati bahwa Forum Komunikasi Bandiklat se-Kalimantan selanjutnya akan dilaksanakan di Provinsi Kalimantan Utara pada tahun 2016.

Kalimantan Region-Wide Training Agency Communication Forum was

held on 1 to 3 October 2015 in South Kalimantan Governor Ofice Hall attended by ± 150 participants consisting of representatives from all over Borneo Training Agency along with trainers and the best training graduates representatives from each of the Training Agency. This event began with MoU signing between the NIPA with Acting Governor of South Kalimantan. The main points of discussion concerning Training Program Development, Trainers Capacity Building; Capacity Building for Training Oficer; Training Innovations; and Cooperation between Training Institutions. This group discussions reached agreement entitled “Banjar Baru Agreement”. In addition, this forum was conducted as a platform to introduce SINOPADIK which is a guideline and instrument of post leadership training innovation competition. Finally,this forum has agreed on 2016 Training Agency Communication Forum to be held in North Borneo province.

Bin-Net atau Borneo Innovation Network adalah media berbagi pengetahuan (sharing knowledge) tentang berbagai ide atau gagasan kreatif/inovatif yang dihasilkan oleh lembaga/badan/organisasi pendidikan dan pelatihan (Diklat) aparatur yang berada di wilayah Kalimantan (Borneo) yang berbasis IT (information technology). Prinsipnya adalah Bin-Net menjadi wahana berbagi solusi atas berbagai persoalan kinerja organisasi bagi pemerintahan maupun swasta baik yang berorientasi proit maupun nirlaba.

Salah satu implementasi BINNET adalah program Kompetisi Inovasi Pasca Diklat Kepemimpinan (SINOPADIK) bagi alumni Diklatpim yang berada di Kalimantan yang dilaksanakan 2016. SINOPADIK adalah ajang kompetisi bagi para alumni Diklat Kepemimpinan, baik di tingkat II, III, maupun IV di wilayah Kalimantan yang secara konsisten melanjutkan inovasi setelah lebih dari 6 (enam) bulan setelah berakhirnya Diklat Kepemimpinan. Kelima unsur yang dijadikan dasar penilaian SINOPADIK yaitu: Akuntabilitas, Transparasi, Partisipasi, Efektiitas dan Eisiensi, serta Kinerja Inovasi.

Bin-Net or Borneo Innovation Network is an IT based media for knowledge sharing about various creative/ innovative ideas generated by civil service training institutions troughout Kalimantan (Borneo. Bin-Net serves as a platform for solutions sharing pertainto various organization performance problems either in government and private organizations, for-proit and non-proit not proit oriented organization. One example of BINET implementation is Post Leadership Training Innovation Competition program (SINOPADIK) for leadership training alumni in Kalimantan that will be conducted in 2016. SINOPADIK is competition for Leadership Training alumni, at level II, III, and IV in Kalimantan region that have been sustaining their innovation after more than six (6) months post Leadership Training. Evaluation criteria in SINOPADIK involved: Accountability, Transparency, Participation, Effectiveness and Eficiency, and Innovation Performance.

Dalam dokumen FILE DI SINI (Halaman 74-78)