nasional. Namun, masih ada beberapa catatan penting yang mesti dijawab dalam upaya perbaikan tata kelola birokrasi Indonesia. Sinergitas antara pelaksanaan UU ASN dan cita-cita Reformasi Birokrasi tentu harus diyakini secara universal sebagai syarat utama menjamin pelaksanaan pembangunan nasional berjalan dengan efektif. Lembaga Administrasi Negara (LAN), sebagai lembaga pemerintah non-kementerian yang diserahi amanat oleh UU untuk mengelola manajemen aparatur sipil negara, bertekad menyukseskan pelaksanaan reformasi birokrasi demi tercapainya visi pemerintahan berkelas dunia (world class government) tahun 2025.
Dalam menguatkan kontribusinya, LAN pun terus mengakselerasi diri melakukan terobosan-terobosan dalam pelaksanaan tugasnya. Pada bidang kajian kebijakan, kajian-kajian yang dilakukan diarahkan untuk mendukung program Nawacita dan pencapaian RPJMN 2015-2019 melalui rekomendasi kebijakan bidang administrasi negara. Salah satu kajian utama yang dilakukan oleh LAN adalah Grand Design Pengembangan Kompetensi ASN, kajian terkait persiapan ASN di Pemerintah Daerah dalam menghadapi MEA, kajian kebijakan Tol Laut, dan pengembangan kapasitas aparatur pemerintah desa dalam rangka implementasi UU Desa. Dalam bidang inovasi administrasi negara, LAN tidak henti-hentinya mendorong pemerintah daerah untuk melakukan inovasi di sektor publik. Melalui program “Laboratorium Inovasi Administrasi Negara”, beberapa daerah telah ditetapkan sebagai Laboratorium Inovasi sebagai model percontohan bagi daerah-daerah lain untuk melakukan inovasi di sektor publik. Begitu pula dalam bidang pendidikan dan pelatihan. Disamping meneruskan pelaksanaan diklat pola baru yang berhasil membentuk pemimpin-pemimpin perubahan, LAN selama satu tahun terakhir ini telah melaksanakan diklat-diklat yang ditujukan untuk perubahan mental aparatur seperti Reform Leaders Academy (RLA), Diklat Revolusi Mental, Diklat Bina Damai ASN. LAN juga berusaha merevitalisasi STIA LAN untuk meningkatkan perannya dalam pengembangan kapasitas ASN.
Seluruh usaha pembaharuan yang dilakukan oleh LAN ini tidak terlepas dari kerja keras seluruh pihak. Melalui sambutan ini, saya ingin menyampaikan pesan kepada seluruh pihak di Lembaga Administrasi Negara, untuk terus melakukan pendekatan secara terpadu (whole LAN approach) guna meningkatkan kinerja LAN dengan mengedepankan integrasi program, konsolidasi antar Kedeputian, Sekretariat, STIA, dan PKP2A. Tanamkan selalu nilai-nilai LAN dalam setiap kegiatan dan komitmen masing-masing pegawai; serta terus menumbuhkembangkan inovasi. Akhirnya, saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh jajaran pimpinan tinggi dan seluruh pegawai LAN. Semoga apa yang kita lakukan saat ini dapat menciptakan kemanfaatan demi kemajuan bangsa dan negara Indonesia.
However, several important issues must be addressed in order to improve governance of the Indonesian bureaucracy. Synergy between the implementaion of the ASN Law and bureaucraic reform’s objecives should be recognized as a key condiion to ensure efeciveness of the naional development. Naional Insitute of Public Administraion (NIPA), as a non-ministerial government insituion is entrusted by law with a mandate for managing Civil State Apparatus, determines to contribute for the bureaucraic reform success to achieve the vision of a world class government in 2025.
To enhance the contribuion, NIPA coninues to accelerate in making breakthroughs in exercising organizaion’s duies. In the ield of policy researches, studies were carried out aimed at supporing Nawacita program and achievement of RPJMN 2015-2019 through providing policy recommendaions in the ield of public administraion. One major study conducted by LAN is ASN Competence Development Grand Design, studies related to ASN preparaion in Local Government in the face of Asean Economic CommunityA, Sea Toll policy studies, and capacity building for the village government for the implementaion of the Village Law.
In the ield of public administraion innovaion, LAN coninues to encourage local governments to innovate in the public sector. Through “Innovaion Laboratory of the State Administraion” program, some regions have been designated for Innovaion Laboratory as a pilot model for other regions to implement public sector innovaion. In the ield of educaion and training, LAN coninues the implementaion of reformed leadership training to nurture reform leaders. Besides, over the past year LAN has been carrying out training devoted to apparatus’ mental changes, for instance through Reform Leaders Academy (RLA), Revoluion Mental Training, Peace Management for ASN training. To improve organizaion role in ASN capacity development, LAN has iniiated several measures to revitalize STIA LAN.
Ringkasan
Pusat Kajian Reformasi Administrasi
Pusat Pembinaan Analis Kebijakan
Pusat Kajian Desantralisasi dan
Pusdiklat Kepemimpinan Aparatur Nasional
Pusdiklat Teknis dan Fungsional
Kata Sambutan
Center for Administrative Reform Studies
Center for Policy Analys Development
Center for Decentralization and Local Autonomy
Center For Government Trainer (Widyaiswara) Fostering
Center for Public Administration System and Law
Center For Training Program Development And Fostering
Inovasi
Pengembangan Kapasitas
PKP2A
STIA
LAN
Innovation
Capacity Development
Local Ofices
LAN School of Public Administration
66
80
54
92
Pusat Inovasi Tata Pemerintahan
Pusat Inovasi Pelayanan Publik
Pusat Inovasi Kelembagaan dan Sumber
Daya Aparatur
Pengembangan Teknologi Informasi dan
Komunikasi LAN
Pusat Promosi Inovasi dan
Pengembangan Kapasitas
Forum Internasional Bidang Administrasi
Negara
Perkembangan Reformasi Birokrasi LAN
Proyek Perubahan
Networking dan Kerjasama
Statistik
PKP2A I LAN Jatinangor
PKP2A II LAN Makassar
PKP2A III LAN Samarinda
PKP2A IV LAN Aceh
STIA LAN Jakarta
Center for Governance Innovation Center Public Service Innovation
Center for Institution and State Apparatus Innovation
Development of Information And Communication Technology
Center for Innovation Promotion and Capacity Development
International Knowledge Sharing on Public Admininistration
Bureaucratic Reform Progress
Project Changes
Networking and Cooperation
Statistics Center For Research And Education And Training
For Government Apparatus I LAN Jatinangor Center For Research And Education And Training For Government Apparatus II LAN Makassar Center For Research And Education And Training For Government Apparatus III LAN Samarinda Center For Research And Education And Training For Government Apparatus IV LAN Aceh
KATA SAMBUTAN MILESTONE NILAI-NILAI LAN
Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI didirikan dengan Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1957 tertanggal 6 Agustus 1957. Pendirian LAN didasari oleh kebutuhan Pemerintah yang sangat mendesak akan pegawai negeri khususnya untuk posisi jabatan pimpinan yang memiliki kecakapan dan ketrampilan khusus di bidang administrasi dan manajemen yang akan mendukung kemampuannya dalam melak-sanakan tugasnya.
National Institute of Public Administration of Republic of Indonesia was established based on Government Regulation Number 30 Year 1957 dated August 6, 1957. The establishment of LAN was especially driven by the very urgent need for government employees, particularly those occupying leadership positions in the state apparatus, who require competence and skills in
the ield of administration and management to support
them in performing their duties.
1957
Keputusan Menteri Pertama RI NO.578/MP/1960 tanggal 24 Desember 1960 Pendirian Perguruan Tinggi Dinas Ilmu Administrasi Negara [PT DIAN].
First Ministry Decree of Republic of Indonesia Number 578/MP/1960 dated December 24, 1960 concerning the establishment of State College of Public Administration (PT DIAN).
Kantor Perwakilan LAN Jawa Barat.
LAN’s Ofice Representative in
West Java.
7 Juli 1964. Keputusan Presidium Kabinet RI No Aa/c/77/1964. Pendirian Akademi Ilmu Administrasi [AIA] Kampus Jakarta.
July 7, 1964. Cabinet Presidium Decree of Republic of Indonesia Number, Aa/c/77/1964 concerning the establishment of Public Administration Academy (AIA) located in Jakarta.
SK Direktur LAN Nomor 01/012/1965 tanggal 19 pebruari 1965. Pendirian Akademi Ilmu Administrasi [AIA] kampus Bandung.
Director of LAN Decree Number 01/012/1965 dated February 19, 1965 concefning the establishment of Public Administration Academy (AIA) located in Bandung.
Surat Direktur LAN no 58/12/067 tanggal 18 Maret 1967. Pembentukan cabang LAN Sulawesi Selatan.
Director of LAN Letter Number 58/12/067 dated March 18, 1967 concerning. The establishment of NIPA’s branch in South Sulawesi.
Surat direktur LAN no 59/12/067 tanggal 18 maret 1967. Pembentukan PT. DIAN Filial Ujung Pandang.
Director of LAN Letter Number 59/12/067 dated March 18, 1967 concerning. The establishment of PT DIAN in Filial Ujung Pandang.
1971
1985
1989
1999
2004
2009
2013
Keputusan Presiden Nomor 5 tahun 1971. Pengintegrasian PT.DIAN dan AIA menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Admniistrasi [STIA] LAN.
President Decree Number 5 Year 1971 concerning Integration of PT DIAN and LAN sebagai Pembina Jabatan Fungsional Widyaiswara.
LAN as foster institution of Functional Position of Widyaiswara (STIA LAN).
Pembentukan Pusat Pembinaan Widyaiswara.
The establishment of Center for Fostering Functional Position of Widyaiswara.
Struktur organisasi LAN terdiri dari 5 deputi.
Structure of Organization of NIPA. It consists of 5 deputies.
Surat Menpan no.B/1021/M. PAN//2004 dan Keputusan Kepala LAN No. 10 tahun 2004. Pembentukan PK-P2A III LAN Samarinda.
Minister of Administrative Reform Letter Number. B/1021/M.PAN/2004 and Chairman of LAN Decree Number 10 Year 2004 concerning the establishment of PKP2A III LAN Samarinda.
Peraturan Kepala LAN Nomor 2 tahun 2009. Pembentukan PKP2A IV LAN Banda Aceh. Chairman of LAN Regulation Number 2 Year 2009 concerning the establishment of PKP2A IV Banda Aceh.
as the foster institution.
Peraturan Presiden Nomor 57 Tahun 2013. Restruk-turisasi Organisasi LAN, Perampingan dari 5 menja-di 3 deputi dan penambahan fungsi.
NIPA’s Values
Nilai integritas disimbolkan dengan
ikon tangan saling berjabatan dengan dan dedikasi yang tinggi. Warna merah
melambangkan keberanian, optimisme
dan dinamis. Adapun makna yang terkandung
dalam nilai integritas yaitu:
Berkarya dan berbakti untuk organisasi dengan
penuh tanggung jawab dan dedikasi; Menjunjung tinggi
nilai-nilai etika publik dan norma sosial; dan organisasi di atas
kepentingan pribadi otak manusia dengan
latar berwarna biru. Otak manusia
melambangkan keahlian dan kompetensi yang selalu
ditingkatkan. Warna biru melambangkan
kepercayaan, kecerdasan, dan tanggung jawab. Adapun makna yang terkandung dalam nilai
profesional yaitu: Bekerja sesuai dengan keahlian dan
kompetensinya; Berorentasi pada
kualitas hasil; Menjunjung tinggi kode
etik profesi; Selalu melakukan pengembangan potensi
diri;
Bekerja secara total dan bertanggungjawab;
Mampu mengambil keputusan secara mandiri maupun dalam
tim.
Nilai inovatif disimbolkan dengan
bola lampu pijar menyala dengan latar
berwarna oranye. Lampu pijar menyala melambangkan inovasi
dan ide yang tak pernah padam. Warna oranye melambangkan
rasa percaya diri, kreativitas, dan antusiasme. Adapun makna yang terkandung
dalam nilai inovatif yaitu:
Berikir dan bertindak di
luar kebiasaan (Out of the Box); Membangun kreativitas untuk menciptakan nilai
tambah;
Melakukan pembenahan secara terus menerus (Continuous Improvement) terhadap
proses dan metode kerja;
Mampu beradaptasi dengan perkembangan
iptek;
Berani mengambil risiko untuk sebuah keputusan.
Nilai peduli disimbolkan dengan dua telapak tangan melindungi hati dengan latar berwarna
hijau. Dua telapak tangan melindungi Adapun makna yang terkandung dalam nilai
peduli yaitu: Menjunjung tinggi sikap
kebersamaan dan gotong royong;
Bersikap adil; Merasakan apa yang dirasakan orang lain/ memahami orang lain; Saling menguatkan antar sesama warga
LAN; Bersikap ramah, mengembangkan senyum, salam, sapa, serta cepat tanggap terhadap persoalan
orang lain; Mau mendengar pendapat dan kritik
orang lain.
INTEGRITAS
PROFESIONAL
INOVATIF
PEDULI
Integrity is symbolized by shaking hands icon with a red background.
Shaking hands symbolizes a high sense
of responsibility and dedication. The red color
symbolizes courage, optimism and dynamism.
The value of integrity refers to the following
meaning:
To perform and dedicate to the organization with
greatest responsibility To uphold ethical values
and social norms To be consistent in words
and deeds To promote public interest and interests of the organization above
personal or group interest To uphold mandate
Professional value is symbolized by the human brain with blue background. The human
brain symbolizes the skills and competencies
that are always improved. The blue color
symbolizes conidence, intelligence, and responsibility. Following
is the meaning for professional value.
To work in accordance with the skills and
competencies Quality of results
oriented To uphold the professional code of
ethics
To enhance potential development
continuously To work in every respect
with responsibility To be able to make decisions independently
Innovative value is symbolized by the radiant light bulb lit
up with an orange background. Radiant
lamp symbolizes innovation and ideas that never go off. The orange color symbolizes
self-conidence,
creativity, and enthusiasm. The meaning
of innovative can be elaborated as follows:
To think and act out of the box To be creative to generate added value
To make continuous improvement on the working processes and
methods To be adaptive to science and technology
development Dare to take a risk for a
decision
Value of Care is symbolized by two
hands protecting the heart with green
background. Two palms protect the liver
symbolize attention, support and strengthen
each other. The green color symbolizes peace, harmony and friendship.
Care refers to the following meaning:
To uphold team spirit and mutual assistance
To be fair To have sense of empathy / understand
others To support each other To be friendly, to smile
and greet and to be responsive to problems
of others Willingness to hear opinions and constructive feedback
from other
INTEGRITY
PROFESSIONAL
INNOVATIVE
CARE
*per Desember 2015
Dr. Adi Suryanto, M.Si Dr. Adi Suryanto, M.Si
Dr. Muhammad Idris, M.Si Sri Hadiati WK, SH, MBA
Dra. Elly Fatimah, M.Si Dra. Etty Kurniasih, M.Si
Muhammad Tauiq, Dr, DEA Dra. Reni Suzana, MPPM
Tri Saksono, SH, M.Pd Dra. Army Winarti, M.Si
Dr. Ridwan Rajab, M.Si
Dra. Purwastuti, MBA Erna Erawati, S.Sos, M.Pol.Adm
Dr. Joni Dawud, DEA.
Dr. Makhdum Priyatno, MA. Prof. Dr. Deddy Mulyadi, M.Si. Dr. Muhammad Firdaus, MBA. Dr. Andi Tauik, M.Si
Kepala LAN Chairman of NIPA
Sekretaris Utama
Prime Secretary
Deputi Bidang Diklat Aparatur Deputy for Government Apparatus Education &
Training
Pusat Pengembangan Program dan Pembinaan Diklat
Center for Training Program Development & Fostering
Deputi Bidang Kajian Kebijakan
Deputy for Policy Studies
Biro Perencanaan, Hukum, Humas dan Protokol
Planning, Legal, Public Relation, and Protocol Affairs Bureau
Inspektorat
Inspectorate
Pusat Kajian Reformasi Administrasi
Center for Administrative Reform Studies
Pusat Kajian Sistem dan Hukum Administrasi Negara
Center for Public Administration System & Public Administration Law Studies
Pusat Pembinaan Widyaiswara
Center for Government Trainers Fostering
Pusat Kajian Desentralisasi dan Otonomi Daerah
Center for Decentralization & Local Autonomy Studies
Pusat Diklat Kepemimpinan Aparatur Nasional
Center for National Apparatus Leadership Education and Training
Balai Bahasa
Language Center
Pusat Pembinaan Analis Kebijakan
Center for Policy Analist Development
PKP2A I Bandung
Center for Research and Education and Training for Government Apparatus I
STIA LAN Jakarta
LAN School of Public AdministrationJakarta
STIA LAN Bandung
LAN School of Public AdministrationBandung
PKP2A II Makassar
Center for Research and Education and Training for Government Apparatus II
Pusat Diklat Teknis dan Fungsional
Centre for Technical & Functional Education and Training
Triwidodo Wahyu Utomo, SH, MA
Dr. Basseng, M.Ed
Eri Muthmainah, SS, MM
Drs. Haris Faozan, M.Si
Prof. Amir Imbaruddin, MDA.Ph.D
Mariman Darto, SE.,M.Si. Ir. Faizal Adriansyah, M.Si Dr. Pangihutan Marpaung, M.Sc
Sudardi, SE, MM
Deputi Bidang Inovasi Administrasi Negara
Deputy for Public Administration Innovation
Pusat Inovasi Tata Pemerintahan
Center for Governance Inovation
Pusat Inovasi Pelayanan Publik
Center for Public Service Innovation
Pusat Inovasi Kelembagaan dan Sumber Daya Aparatur Center for Institution & State Apparatus Innovations
STIA LAN Makassar
LAN School of Public AdministrationMakassar
PKP2A III Samarinda
Center for Research and Education and Training for Government Apparatus III
PKP2A IV Aceh
Center for Research and Education and Training for Government Apparatus IV
Pusat Promosi Inovasi dan Pengembangan Kapasitas
Centre for Innovation Promotion and Capacity Development
Biro Umum
2015 In Retrospect
Kuliah Umum STIA LAN Jakarta, oleh Prof Dr Pratikno, M.Soc.Sc (Menteri Sekretaris Negara RI)
LAN STIA Jakarta organized Public Lecture in 25 February 2015 presented by Prof Dr Pratikno, M.Soc.Sc (Minister of State Secretary of RI)
Peresmian Gedung Baru PKP2A IV LAN Aceh bertepatan dengan Rapat Kerja LAN di Aceh
Inauguration of PKP2A IV LAN Aceh New Building in coincide with LAN Working Meeting in Aceh
Lembaga Administrasi Negara, Kementerian Dalam Negeri dan Lembaga Pertahanan Nasional, menandatangani Memorandum of Understanding (Nota Kesepahaman) Kediklatan antara LAN, Kemendagri dan Lemhanas.
National Institute of Public Administration, Ministry of Home Affairs and National Defences Institute, signed a Memorandum of Understanding (MoU) on Training collaboration among the agencies.
LAN menyelenggarakan Rapat Kerja sebagai konsolidasi awal kegiatan-kegiatan Tahun 2015 bertempat di PKP2A IV LAN Aceh
NIPA held coordination meeting as an early consolidation in PKP2A IV Aceh.
Februari
February
April
April
Launching dan Bedah Buku Kepala LAN RI, Prof. Dr. Agus Dwiyanto berjudul “Reformasi Birokrasi Kontekstual: Kembali ke Jalur yang Benar”.
LAN organized book launching and review on “Contextual Bureaucratic Reform: Return toward the Right Path”, written by Chairman of NIPA, Prof. Dr. Agus Dwiyanto
Workshop “Business Process Mapping & SOP Development for Government Organization” yang merupakan kerjasama antara LAN RI dengan Australian Aid di Hotel Alila.
“Business Process Mapping & SOP Development for Government Organization” Workshop organized by NIPA and Australian Aid
Mei
May
Kemenlu, LAN dan KPK Menyelenggarakan Internasional Workshop bersama bertajuk “Democracy and Innovation in Good Governance”
Ministry of Foreign Affairs, NIPA and Corruption Eradication Bureau organized International Workshop on “Democracy and Innovation in Good Governance”
LAN bekerjasama dengan CSC Singapura mengadakan Diklat Kepemimpinan Reformasi Birokrasi Angkatan II Tahun 2015.
NIPA in collaboration with CSC Singapore organized a Bureaucratic Reform Leadership Training for the 2nd batch of 2015.
Materi diklat “Penguatan Kapasitas Widyaiswara Tentang Bahan Ajar Kasus Berbasis Kesetaraan Gender” oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan Dan Anak (PPA), Yohana Susana Yembise.
Minister of Women and Children (PPA), Joanna Susana Yembise, presented lecture on “Gender Equality Based Case for Government Trainer Capacity Strengthening” during training for government trainers.
Lembaga Administrasi Negara mengadakan Seminar “Strategi Membangun ASN Yang Profesional Melalui Revolusi Mental Dalam Mewujudkan World Class Government”.
NIPA held a Seminar on “Strategies for Building Professionals ASN through Mental Revolution to Achieve World Class Government”
Penandatanganan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) LAN dengan Kabupaten Pakpak Bharat.
Memorandum of Understanding (MoU) signing between NIPA and Pakpak Bharat Regency.
Mantan Kepala LAN berkumpul menghadiri peringatan acara Ulang Tahun LAN ke 58.
Former Chairmen of NIPA attended celebration of 58th NIPA anniversary.
Juni
June
Pameran Inovasi Pimpinan Tinggi ASN (Proyek Perubahan Diklatpim Tk I Angkatan XXX Tahun 2015) di Graha Makarti Bhakti Nagari.
Exhibition of Senior Oficials
Innovation(Changes Project accomplished by Senior Leadership
Training Participants Level I Class of XXX, 2015) at Graha Bhakti Makarti Nagari Building
27
The Indonesia Japan Local Administration Seminar (Kerjasama Lan Dengan MIC Japan)
The Indonesia Japan Local Administration Seminar (in cooperation with Ministry Of Internal Affairs And Communication (MIC), Japan)
DR. Adi Suryanto, M.Si resmi dilantik oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Prof. Dr. H. Yuddy Chrisnandi, ME sebagai Kepala Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia
DR . Adi Suryanto , M.Si officially inaugurated by the Minister of State Apparatus and Bureaucracy Reform Prof. Dr. H. Yuddy Chrisnandi, ME as the Chairman of the Institute of Public Administration of the Republic of Indonesia
September
September
23
7-8
LAN mengadakan acara Temu Inovasi Administrasi Negara (Inagara) 2015 sekaligus deklarasi dan penandatanganan Tri Satya INAGARA
NIPA organized the Public Administration Innovation Meeting (Inagara) in 2015 involving declaration and signing of Three Commitments of Public Administration Innovation
LAN mengadakan Rapat Koordinasi Nasional Diklat Aparatur dan Pameran Inovasi Administrasi Negara
NIPA organized National Coordination Meeting of Apparatus Training and Public Administration Innovation Exhibition
Pameran Inovasi Administrasi Negara (INAGARA).
Public Administration Innovation (INAGARA) Exhibition
Oktober
October
Diskusi Panel “Pengembangan Model Penentuan Formasi Kebutuhan dan Prosedur Seleksi Pegawai Pemerintah Perjanjian Kerja (P3K)”
Panel Discussion on “Developing Model for Formation Detemination and Selection of Contractual Government employees”
STIA LAN Jakarta mengadakan Bedah Buku Revolusi Pancasila karya Yudi Latie
f
STIA LAN Jakarta organized Book Review on Pancasila Revolution by Yudi Latief
Pencanangan Gerakan Pegawai ASN Pelopor Bina Damai di Indonesia di Gedung Makarti Bhakti Nagari
The launching of the ASN Peace Pioneer Movement in Makarti Bhakti Nagari Building
Prof. Dr. Didik J. Rachbini, Faisal Basri, SE, MA, Prof. Dr. Agus Dwiyanto, MPA, Dr. Edwin Lau dan Prof. Dr. J.B. Kristiadi dalam “Policy and Governance Dialogue Economic Governance Reform and Leadership Challenges”
Prof. Dr. Didik J. Rachbini, Faisal Basri, SE, MA, Prof. Dr. Agus Dwiyanto, MPA, Dr. Edwin Lau nd Prof. Dr. J.B. Kristiadi during “Policy and Governance Dialogue Economic Governance Reform and Leadership Challenges”
Diskusi terbatas mengenai peluang pembentukan pendidikan kader pimpinan nasional melalui Sekolah Kader ASN.
A roundtable discussion on opportunities to establish leadership candidate education through Apparatus Talent Institute
Prof. Dr. Wahyudi Kumorotomo, Dr. Muhammad Tauiq, DEA, Dr. Tri Widodo WU, SH, MA, Drs. Teuku Tauiqulhadi, M.Si dan Latief Siregar dalam Diskusi Publik “Penguatan Etika Pejabat Publik”
Prof. Dr. Wahyudi Kumorotomo, Dr. Muhammad Taufiq, DEA, Dr. Tri Widodo WU, SH, MA, Drs. Teuku Taufiqulhadi, M.Si and Latief Siregar during Public Discussion on “Public Official Ethics Strengthening”
November
November
Agustus
August
Desember
December
PUSAT KAJIAN REFORMASI ADMINISTRASI
PUSAT PEMBINAAN ANALIS KEBIJAKAN PUSAT KAJIAN DESANTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH
Kiri ke kanan
Center for Administrative Reform Studies
Untuk menjamin pengembangan kompetensi ASN yang mampu mendukung terwujudnya reformasi birokrasi dan pembangunan nasional pada umumnya, Pusat Kajian Reformasi Administrasi (PKRA)-Lembaga Administrasi Negara pada tahun 2015 melakukan kajian “Grand Design Pengembangan Kompetensi ASN”. Kajian ini menghasilkan Pemetaan kebutuhan pengembangan kompetensi JPT ASN. Prioritas kebutuhan pengembangan kompetensi tersebut harus dipadukan dengan kompetensi dalam merespon isu strategis sektor atau daerah, karena dinamika isu strategis sektor dan daerah yang sangat beragam. Setiap daerah atau sektor juga memiliki beberapa perbedaan isu strategis yang harus dihadapi. Kajian ini juga merekomendasikan sebuah konsep Kerangka Nasional Pengembangan Kompetensi ASN. Dalam kerangka tersebut, pengembangan sistem pengembangan kompetensi ASN yang terdiri dari tingkat nasional, instansional dan operasional.
In order to ensure government apparatus competence advancement to support bureaucratic reform and national development in general, in 2015 Center for Administrative Reform (PKRA) conducted a study for developing “National Government Apparatus (ASN) Competence Development Grand Design”. This study identiied Government Apparatus senior leadership position competence requirement priority. In addition, this study recommended National Framework of ASN Competence Development. In this framework
Kajian Grand Design Pengembangan Kompetensi Aparatur Sipil Negara Developing National Government Apparatus (ASN) Competence Development Grand Design
Prioritas kebutuhan pengembangan kompetensi JPT ASN
Kompetensi Sosial Kultural/Social Cultural Competences
1 Membangun network sosial/Building social network
2 Manajemen konlik/Conlict management
3 Mengelola keragaman lingkungan budaya/
Cultural environment diversity management 4 Empati social/ SocialEmphaty
5 Kepekaan gender dan difabilitas / Gender and Diffability Thoughtfulness
Kompetensi Manajerial /Managerial Competences 1 Strategic Thinking
2 Inovasi / Innovation
3 Manajemen perubahan /Changemanagement 4 Integritas / Integrity
5 TeamBuilding
6 Membangun potensi bawahan /Staff CapabilityBuilding 7 Mengeksekusi tugas/Missionexecution
8 Komunikasi efektif /Effectivecommunication 9 Pengambilan keputusan/Decisionmaking
Pemetaan Kebutuhan Pengembangan Kompetensi JPT ASN
Government Apparatus Senior Leadership Position Competences Requirement Priority
Kerangka Nasional Pengembangan ASN /
Tingkat nasional bertanggung jawab dalam mensinergikan perencanaan pengembangan ASN, kebijakan pengembangan karir, perencanaan dan penganggaran pembangunan. LAN sesuai UU no 5/2014 dalam menjalankan tugas mengkoordinir perencanaan pengembangan kompetensi dibantu oleh forum pembinaan pengembangan kompetensi nasional yang terdiri dari Bappenas, Kementerian Keuangan, Kemendagri, MENPAN dan BKN. Setiap tahun pemerintah mengalokasikan pos pengembangan kompetensi ASN secara nasional.
National level plays responsibility to integrate ASN development planning, career development policy, development planning and budgeting. In accordance with Law No. 5/2014, NIPA is responsible to coordinate competencies development planning assisted by national competence development forum consisting of Bappenas (National Planning Agency), Ministry of Finance, Ministry of Home Affairs, Ministry of State Apparatus and Bureaucratic Reform, and National Civil Service Agency. Every year government should allocate budget for national ASN competence development.
Model Pengembangan Kompetensi Level Instansional
ASN Competence Development Model for Oganizational Level
Model Pengembangan Kompetensi ASN Level National
ASN Competence Development Model for National Level
Model Pengembangan Kompetensi Level Nasional /ASN Competence Development Model for National Level
Tingkat instansional bertanggung jawab dalam memadukan pola karir, perencanaan strategis dan perencanaan penganggaran pada masing masing kementerian, lembaga non kementerian dan daerah. Model pengembangan kompetensi ASN pada level instansional ini membawa beberapa implikasi kebijakan yang mempengaruhi praktik pengembangan kompetensi yang ada selama ini dan harus segera dibangun beberapa infrastruktur pendukung seperti sistem manajemen kinerja yang terintegrasi antara kinerja individu dan kinerja organisasi, sistem talent manajemen, perencanaan suksesi kepemimpinan, perencanaan pengembangan pegawai lima tahunan dan tahunan, pembentukan Dewan Pengembangan Kompetensi ASN Instansional yang bersifat adhoc dan melekat pada fungsi Baperjakat.
Tingkat operasional pengembangan kompetensi bagi JPT dan Jabatan Administrasi dibagi menjadi 4 (empat) tahap yaitu readiness, nurture, exposure dan grows. Tahap grows JPT atau Jabatan Administrasi yang bersangkutan wajib melakukan updating kompetensi dengan pembelajaran klasikal maupun non klasikal serta mengembangkan kompetensi ASN bawahan atau rekan kerja (inspiring). Tentunya strategi pengembangan tersebut membutuhkan trainer yang berkualitas dan kompeten. Untuk mendukung kualitas trainer perlu dilakukan trainer pool untuk mempersiapkan trainer terbaik. Secara bertahap pemerintah perlu mendelegasikan program pengembangan kepada lembaga diklat swasta atau perguruan tinggi dibawah pengawasan dan lisensi LAN (JPT dan Jabatan administrasi) atau Kementerian Teknis (untuk pengembangan kompetensi teknis)
Competence development for senior leadership (JPT) and administrative positions at operational level are divided into 4 (four) stages: readiness, nurture,exposure and grows. At ‘grows’ stage, senior leadership (JPT) and administrative positions should advance their competence through classical or non-classical learning in accordance with their position. In addition to that, they are required to develop subordinates or coworkers’ competence (inspiring). The development strategy certainly requires qualiied and competent trainers. Therefore, to support trainer’s quality, trainer pool needs to be formed to prepare the best trainer.
Gradually, competence development program should be delegated to private education and training institutions or colleges under the supervision and licensing by NIPA (for senior leadership and administrative positions) or Technical Ministry (for technical competence development).
Dalam rangka perencanaan pengembangan kompetensi ASN, yang pertama dilakukan adalah mengidentiikasi gap/kesenjangan kompetensi dan kinerja suatu jabatan. Dari kesenjangan kompetensi tersebut, dilakukan program pengembangan kompetensi yang melalui beberapa jenis pengembangan, yaitu diklat klasikal, non klasikal, e-learning, seminar, study visit, magang, mengajar/memberikan seminar, dan lain-lain sesuai dengan Undang-Undang ASN.
Gaps between competence and performance of particular functions should be identiied to begin the process of ASN competency development planning. Based on the competence gap, competency development program will be conducted through a variety of competence development model in accordance with ASN Law, such as classical or non-classical training, e -learning, seminars, study visits, internships, teaching / seminars and so forth.
Model Pengembangan Kompetensi Level Operasional /ASN Competence Development Model for Operational Level
Pengembangan Kompetensi Teknis /Technical Competence Development
Survei Market Calon Pelamar Profesi Pegawai Negeri Sipil Market Survey of Prospective Civil Servants Applicants
The government is in need of qualiied personnel to achieve national development goals and provide good public services. However, there is an assumption that public sector currently get a second class candidates from the labor market, while irst class candidates prefer to work in other sectors, particularly in private sector. This study presented comprehensive data to identify the proile and interest of potential applicants to the profession of civil servants which could then form the basis of making recruitment policy to attract irst class candidates. The study was conducted using a mixed method (a blend of qualitative and quantitative methods) using the technique of collecting data through focus group discussions, surveys with a total sample of 1260 respondents , as well as in-depth interview.
Peta proil calon pelamar kerja untuk profesi PNS / Proile of Prospective Civil Servants Applicants
01
Peminat Instansi Pemerintah masih tergolong besar. Namun demikian kompetisi antara instansi pemerintah dan swasta dalam merekrut best candidate berlangsung sangat ketat.02
Penawaran gaji, pola karir yang baik, kesempatan pengembangan kompetensi yang lebih besar menjadi daya Tarik bagi calon pelamar kerja lebih memilih instansi swasta.03
Instansi pusat (K/L) menjadi instansi yang paling banyak diminati oleh calon pelamar yang memilih untuk berkarir di instansi Pemerintah04
Masih banyak responden yang memiliki persepsi buruk terhadap citra instansi pemerintah. Citra buruk instansi pemerintah sebagai tempat kerja yang saat ini melekat dalam persepsi calon pencari kerja adalah penuh KKN, gaji rendah, tidak membuka ruang berkreasi, citra PNS yang malas dan lain-lain.01
Number of prospective applicants for government agencies remains considerable. Nevertheless, government agencies have strong competition with private sectors in recruiting best candidates.02
Attractive salary, good career patterns and chance for competence development are considered as some factors that attract prospective job applicants to opt for private institutions.03
Potential applicants who opt for a career in government agencies tend to go for central government agencies than other type of government agencies.04
There are many respondents who perceived bad image of the government agencies. Working at government agencies remain considered prone to corruption, having low wages, limited space to innovate, as well as mediocre environment.Strategi Pemerintah Dalam Menjaring Kandidat Terbaik Pasar Tenaga Kerja /Government Strategies to Attract First Class Candidates
01
Diperlukan promosi melalui Media Sosial, bursa kerja atau road show ke perguruan tinggi. Promosi tersebut sangatlah strategis guna membangun image positif para calon pelamar kerja terhadap instansi pemerintah yang pada saat ini sedang dalam euphoria reformasi birokrasi. Selain itu, media tersebut juga bisa digunakan untuk memberikan informasi yang lebih jelas terkait sistem rekrutmen PNS saat ini sehingga memperbesar minat para best candidate untuk dapat berkarir di Instansi Pemerintah.02
Sistem rekrutmen perlu dikaitkan dengan pola karir serta talent pool. Hal tersebut diharapkan akan lebih memotivasi best candidate dari perguruan tinggi terbaik di Indonesia untuk berkarir di Instansi pemerintah.03
Perlu adanya Decent Working Environment dan kesempatan karir terbuka untuk merubah persepsi public, khususnya para pencari kerja. Pemerintah harus secara konsisten melakukan reformasi birokrasi dengan menciptakan lingkungan kerja yang layak yaitu bebas dari KKN, gaji yang layak, kesempatan karir yang lebih terbuka dan lain-lain.01
Government should conduct promotion through social media, the labor market or university road show. These events are necessary in order to build a positive image of government agencies in the euphoria of bureaucratic reform. In addition, media can be used to provide more detailed information related to the current system of civil servants recruitment, thus increasing the interest of the best candidate to opt for a career in government.02
Recruitment system should be linked with career patterns as well as talent pool system. It is expected to further motivate the best candidate from the best universities in Indonesia to work in government agencies.Center for Public Administration System and Public Administration Law Studies
Prioritas kebijakan pembangunan Tol Laut yang dicetuskan oleh Presiden Jokowi pada masa awal era pemerintahannya, yang dituangkan dalam Nawacita dan RPJMN 2015-2019, hingga saat ini masih menghadapi berbagai permasalahan dari sisi aspek manajemen dan sumberdaya.
Dari berbagai alternatif penyelesaian masalah dalam implementasi kebijakan tol laut, maka Pusat Kajian Sistem dan Hukum Administrasi Negara merekomendasikan penyusunan Peraturan Presiden yang memuat aspek manajemen dan sumber daya dalam rangka “gotong royong” pengimplementasian kebijakan pembangunan tol laut sebagai berikut:
01
Aspek Manajemen mengatur tentang perencanaan, pengorganisasian, operasionalisasi, dan pengendalian implementasi kebijakan pembangunan tol laut.02
Aspek Sumber Daya mengatur tentang metode pelaksanaan, penganggaran, sumber daya manusia aparatur, dan kebijakan operasional yang harus dipersiapkan di tingkat K/L, Pemda, dan BUMN. Kajian ini melibatkan Stakeholders dari Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Sumber Daya, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian Perhubungan, Pelindo I, II, III dan IV, Pemda Provinsi dan Kabupaten/Kota.Sea Toll development policy priority initiated by President Jokowi in the beginning of hid administration, as outlined in Nawacita (9 priorities of government agenda) and RPJMN (National Mid Term Plan) 2015-2019, was challenged by various problems in terms of management and resources aspects.
Of the various solution alternatives in the implementation of sea toll policy, the Center for Public Administration System and Public Administration Law Studies recommended the formulation of Presidential Decree involving the following aspects of management and resources for coherent collaboration in Sea Toll Development implementation as follows:
01
Management Aspects involve regulation of planning, organizing, operationalization and controlling sea toll development policy implementation.02
Aspects of Resources involve regulation of the method of implementation, budgeting, human resources, and operational policies that must be prepared at the level of Ministry/Institution, local government, as well as State-owned enterprise.This study involved stakeholders from the Coordinating Ministry of Maritime and Resources, National Development Planning Agency, Ministry of Transportation, Pelindo (Indonesia Port Corporations) I, II, III and IV, Provincial and city/regency government.
Kajian Sinergitas Kewenangan dan Hubungan Kerja antara K/L dan Pemda (konteks Implementasi Kebijakan Pembangunan Tol Laut)
Isu I: Critical Review Implementasi Undang-Undang No. 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan
Rekomendasi Pusat Kajian Sistem dan Hukum Administrasi Negara atas penyelesaian masalah dalam implementasi Undang-undang 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (UU AP), berupa prioritas kebijakan dan tindakan yang perlu segera dilakukan yaitu:
01
Presiden menginstruksikan kepada Kejaksaan, Kepolisian & BPKP - institusi di ranah eksekutif-, untuk melakukan audit terhadap kasus-kasus tindak pidana sedang ditangani di tahap penyelidikan maupun penyidikan (pidana umum maupun korupsi), yang menjerat pejabat atau mantan pejabat yang sekarang apakah perkara-perkara tersebut masuk ranah Administrasi Pemerintahan, pidana umum atau Tipikor.02
Perlu segera diaktifkannya kembali ForumMahkumjakpol plus BPK dan KPK untuk mencari kesekapatan mekanisme penanganan kasus-kasus yang diduga terkait kerugian negara, apakah menggunakan ranah hukum pidana (KUHP atau UU Tipikor) atau hukum administrasi negara (UU AP).
Issue I: Critical Review on Implementation of Law No. 30 Year 2014 concerning Government Administration
In order to address problems in implementation of Law No. 30 Year 2014 concerning Government Administration, the Center for Public Administration System and Public Administration Law Studies proposed the following policy priorities and imperative measures:
01
The President to instruct related institutions such asProsecutor, Police and Finance and Development Supervisory Agency (BPKP) to conduct an audit of criminal offenses being processes at the stage of initial and further investigation (for common criminals and corruptions), that ensnare oficials or former oficials to determine the charge is within domain of government administration, general criminal or corruption.
02
Immediate reactivation of Mahkumjakpol (Supreme Court, Ministry of Law and Human Rights, Attorney General’s Ofice, Police Force) Forum. This forum together with Supreme Audit Institution (BPK) and Corruption Eradication Commission (KPK), should determine appropriate mechanism to handle case suspected for creating state loss, should it be handle through implementation of criminal law (Criminal Code or the Anti-Corruption Act), or administrative law (UU AP).Isu II: Pilkada Serentak dan Pemerintahan Daerah Di Masa Transisi
Rekomendasi Pusat Kajian Sistem dan Hukum Administrasi Negara atas penyelesaian masalah dalam implementasi kebijakan pemilukada serentak, berupa prioritas kebijakan dan tindakan yang perlu segera dilakukan yaitu:
01
Perlu pengaturan tindak lanjut PP No. 49 Tahun 2008 tentang Pemberhentian, dan Pengangkatan Penjabat Kepala Daerah mengingat lamanya masa jabatan larangan plt atau pj kepala daerah, à percepatan penerbitan pp pengganti pp 49/2008 dalam rangka penjabaran UU 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yang memuat deinisi, ruang lingkup dan hal-hal penting lain terkait pengaturan organisasi, SDM dan anggaran mengingat nanti terdapat plt atau pj lebih dari 2 tahun.02
Perlu penegasan aspek kompetensi calon plt atau pj kepala daerah agar yang bersangkutan dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik.Issues II: Simultaneous Elections and Local Government Administration during Interim Period In order to address problems concerning implementation of Simultaneous Elections, Center for Public Administration System and Public Administration Law Studies proposed the following policy priorities and imperative measures:
01
Government should acceletare revision of Government Regulation Number 49 Year 2008 within context of implementation of Law Number 23 Year 2014 concerning Local Government Administration. The revision should address concerns regarding Acting head of local government tenure that could be more than 2 years as the impact of simultaneous election policy. The regulation should provide clear deinition and Acting Head scope of rensponsibilities and should address important substances related to organization arrangement, human resources and budgeting, and so forth.02
Competence of Local Government ActingIsu III: Strategi Pengembangan Kompetensi Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) dalam rangka Implementasi UU No. 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan
Rekomendasi Pusat Kajian Sistem dan Hukum Administrasi Negara atas penyelesaian masalah dalam Strategi Pengembangan Kompetensi APIP dalam rangka implementasi UU AP, berupa prioritas kebijakan dan tindakan yang perlu segera dilakukan yaitu:
01
Mengikutsertakan SDM APIP dalam diklat teknis terkait02
Rekrutmen SDM yang secara khusus menangani auditor internal03
Memposisikan lembaga Inspektoratsebagai perpanjangan tangan APIP pusat.
Issue III: Government Internal Supervisory Apparatus (APIP) Competence Development Strategy within framework of implementation of Law No. 30 2014 concerning Government Administration
Center for Public Administration System and Public Administration Law Studies recommended the following measures to address problems pertain to Government Internal Supervisory Apparatus (APIP) competence development:
01
Providing technical competence training for Government Internal Supervisory Apparatus (APIP), particularly on the subject related to Government Internal Supervisory02
Speciic recruitment of government apparatus responsible for conducting internal auditorCenter for Decentralization and Local Autonomy Studies
Penyelenggaraan Pilkada Serentak pada 9 Desember 2015 menjadi momentum bersejarah bagi keberlangsungan Demokrasi Lokal dan Otonomi Daerah di Indonesia. Perhelatan demokrasi di aras lokal ini sedianya dilaksanakan di 269 daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota, akan tetapi dari jumlah tersebut, 5 daerah diantaranya pelaksanaannya ditunda hingga 20 Desember 2015. Terdapat beragam kekhawatiran terhadap akan besarnya potensi permasalahan yang muncul dari penyelenggaraan pilkada serentak ini. Kesiapan dari Pemerintah, tiap-tiap daerah dan pihak penyelenggara jelas menjadi kunci utama. Potensi pidana pemilu pun tak bisa dielakkan, demikian pula problem sengketa hasil yang harus direspon oleh Mahkamah Konstitusi. Di samping itu, Pilkada Serentak juga berpotensi menimbulkan kekhawatiran akan tidak efektifnya penyelenggaraan pemerintahan akibat adanya kekosongan wewenang pengambilan kebijakan akibat majunya calon petahana, baik kepala daerah ataupun wakilnya dalam pilkada.
Kajian isu strategis ini ditujukan untuk mengidentiikasi potensi permasalahan yang muncul dari penyelenggaraan Pilkada Serentak. Sebagai bagian dari kajian ini, PKDOD menyelenggarakan Seminar bertajuk “Pilkada Serentak, Demokrasi Lokal, dan Efektivitas Pemerintahan Daerah” dalam rangka mencari sekaligus menawarkan solusi dari hasil penjaringan pemikiran terhadap para stakeholders yang memiliki pandangan dan kepentingan terhadap isu tersebut yang diselenggarakan pada tanggal 16 November 2015.
Beberapa rekomendasi kebijakan coba diusulkan dari pelaksanaan kajian mengenai Problematika Pilkada Serentak ini, diantaranya, pertama, perlu dilakukan penyempurnaan terhadap Undang-Undang Pilkada dan aturan turunannya yang masih menimbulkan potensi permasalahan akibat ambiguitas dan ketidakjelasan pengaturannya, seperti : sanksi pelanggaran yang tidak jelas; wewenang Bawaslu yang kurang besar terhadap pelanggaran pemilu, kekosongan pemerintahan akibat majunya calon petahana. Kedua, Dalam konteks untuk mencapai eisiensi anggaran, eisiensi akan tercipta jika Pilkada dilaksanakan secara serentak dalam satu provinsi, yaitu memilih Gubernur, Bupati dan Walikota sekaligus. Ketiga, dalam rangka menyelesaikan sengketa hasil pilkada, pemerintah perlu segera membentuk badan peradilan khusus yang menangani sengketa hasil Pilkada sesuai dengan amanat undang-undang. Lebih lanjut, Badan Peradilan ini tidak hanya menyelesaikan sengketa hasil, namun juga permasalahan dalam hal pidana pemilu, seperti money politics.
Simultaneous elections that was scheduled on 9 December 2015 has marked and historic moment for local democracy and regional autonomy sustainability in Indonesia. Democracy event at local level was initially scheduled in 269 provincial and district / city, nevertheless local elections in ive regions were postponed until 20 December 2015. Several concerns about potential problems arising from the implementation of this simultaneous local elections. Central and local government readiness, as well as the election organizers clearly determined the success of this event. Potential unlawful practices was inevitable, together with disputes over the election results must be addressed by the Constitutional Court. In addition, simultaneous elections brought potential concern on governance ineffectiveness as a result of interim period due to rapid contesting of incumbent candidates in the elections.
This study was intended to identify potential problems arising from the implementation of simultaneous local elections. As part of the study, on 16 November 2015, Center for Decentralization and Local Autonomy Studies organized a seminar entitled “Simultaneous Election, Local Democracy, and Local Government Effectiveness” in order to ind solutions from the discussion involving stakeholders with diverse views and interests on the issues.
This study proposed the following policy recommendations: First,amendment the Law on the elections and implementing rules that are problematic due to ambiguity and vagueness of the law, such as unclear sanctions for violations, limited authority of Elections Supervisory Board over election violation, interim period due to incumbent elections contesting. Secondly, in term of achieving eficiency budget, eficiency will be attained if the election was held simultaneously in one province, i.e choosing governors, regents and mayors at the same time. Thirdly, in order to resolve the dispute over election results, Government needs to establish a special judicial body to handles election outcome disputes in accordance with the law. In addition to resolving the disputes, the Court should resolve unlawful practices that may occur in the election, such as money politics.
Kajian Isu Strategis Problematika Pilkada Serentak Dan Seminar Pilkada Serentak, Demokrasi Lokal, Dan Efektivitas Pemerintahan Daerah
Terbitnya Undang-Undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa menjadi momentum kebangkitan penyelenggaraan pemerintahan desa. Undang-Undang ini merupakan kebijakan penting dan strategis dalam tata kelola pemerintahan desa. Wewenang, hak dan kewajiban penyelenggaraan pemerintahan yang lebih besar diberikan kepada desa. Satu sisi hal ini memunculkan banyak harapan, akan tetapi di sisi lain hal ini juga menimbulkan tantangan sekaligus kekhawatiran terutama terkait dengan kapasitas pemerintah desa (kepala dan perangkat desa). Tujuan kajian kemudian adalah menggali dan mengidentiikasi berbagai problematika yang dihadapi pemerintahan desa dari implementasi UU ini, merumuskan konsep pengembangan kapasitas pemerintahan desa dalam rangka implementasi undang-undang desa; serta, merumuskan konsep dan konsep kebijakan terkait dengan kedudukan desa adat di Indonesia. Kajian ini menawarkan beberapa rekomendasi. Pertama, penguatan kapasitas perangkat desa melalui bimbingan teknis, terutama dalam bidang keuangan desa, perencanaan pembangunan, pengelolaan BUMDes, dan demokrasi desa. Kedua, memperkuat pemahaman masyarakat terhadap peran mereka dalam pembangunan desa setelah UU ini diimplementasikan. Ketiga, pentingnya membangun dimensi emosional antara masyarakat dengan desanya. Selama ini dimensi ini luput dari perhatian masyarakat desa. Para kaum urban (perantau) yang telah lama meninggalkan desanya langsung menghadapi persoalan putusnya hubungan dengan desa asalnya, padahal peran mereka ikut dalam pembangunan di desa sangatlah besar.
Kajian Isu Strategis Pengembangan Kapasitas Pemerintahan Desa Dalam Rangka Implementasi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Study on Village Government Capacity Developmet in the implementation of Law Number 6 Year 2014 concerning Village Seminar “Pilkada Serentak, Demokrasi Lokal dan Efektivitas Pemerintahan Daerah” 16 November 2015 di LAN.
Seminar on Simultaneous Election, Local Democracy, and Local Government Effectiveness, 16 November 2015
Kepala Pusat Kajian Desentralisasi & Otonomi Daerah (PKDOD) Memberikan Sambutan dalam Seminar “Pilkada Serentak, Demokrasi Lokal dan Efektivitas Pemerintahan Daerah”
Head of the Center for Decentralization and Local Autonomy Studies delivered opening remarks during Seminar on Simultaneous Election, Local Democracy, and Local Government Effectiveness
Diskusi dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat terkait dengan Pengembangan Kapasitas Pemerintah Desa dalam rangka Implementasi Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa
The enactment of Law Number 6 Year 2014 concerning Village became a momentum for village governance revitalization. This law is an important and strategic policy concerning village governance. Greater authorities, rights and obligations are granted to villages. While raising a lot of expectations, this policy poses challenges and concerns mainly related to the capacity of village administration (heads of village and village apparatus). This study was aimed to explore and identify various problems faced by village administration in implementation of this LAw, to formulate the notion of village governance capacity building designed for implementation of law concerning village. Besides, this study was conducted to formulate the notion and policy concept related to the position of indigenous villages in Indonesia.
This study proposed the following recommendations. First, village capacity strengthening providing through technical guidance, especially in the areas of rural inance, development planning, management Village-Owned Enterprises and village democracy. Secondly, strengthening public understanding of their role in rural development following implementation of the law concerning village. Third, the importance of building an emotional dimension between community and their respective village. Currently, this dimension was neglected escaped by the villagers. The urban people who have left the village tended to be disconnected from their origin, despite having signiicat role in village development.
Era perdagangan bebas negara-negara Asia Tenggara atau dikenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN pelaksanaannya sudah berada di depan mata. Akhir Desember 2015 atau awal tahun 2016 menjadi deadline bagi segala persiapan yang harus dilakukan oleh seluruh negara ASEAN untuk menghadapi era integrasi perdagangan ini.
Secara garis besar, Indonesia memiliki modal dan peluang besar untuk memenangkan kompetisi MEA ini. Akan tetapi, selama ini masih ada problem institusional yang belum sepenuhnya tuntas, salah satunya adalah persoalan birokrasi. Data Global Competitiveness Report empat tahun terakhir (2010-2013) menunjukkan bahwa masalah paling krusial yang dihadapi di Indonesia dalam menjaga daya saingnya adalah permasalahan di sektor publik baik berupa ineisiensi birokrasi maupun korupsi. Kondisi ini tentunya dapat mengganggu iklim untuk berbisnis akibat potensi ekonomi berbiaya tinggi (high cost economy).
Berpijak pada kerangka Competitive and Representative Government, kajian ini ingin berargumen bahwa negara justru semakin penting dalam konteks regionalisme ekonomi di kawasan. Keberadaan negara berfungsi untuk meregulasi kebijakan-kebijakan domestik, mengefektifkan pelayanan publik, dan memfasilitasi pemerataan ekonomi agar tidak muncul ketimpangan. Dalam konteks MEA, peran-peran tersebut membutuhkan aparatur-aparatur sipil negara yang siap untuk menghadapi era persaingan ekonomi regional ini.
Kajian Penyusunan Standar Kompetensi ASN Di Pemerintah Daerah Dalam Menghadap Masyarakat Ekonomi Asean 2015 Formulation of Competency Standards for Local Government Civil Apparatus in Facing the Asean Economic Community in 2015
Diskusi Dengan ASEAN Studies Center (ASC), Universitas Gadjah Mada terkait dengan Kerjasama Kajian Mengenai Persiapan Aparatur Sipil Negara menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
Discussions with ASEAN Studies Center ( ASC ), Gadjah Mada University in light with Study Collaboration in the issue of Civil Apparatus readiness to meet the challenges of ASEAN Economic Community in 2015
Forum Group Discussion dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara terkait Persiapan Aparatur Sipil Negara dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
Dari latar belakang diatas, kajian ini bertujuan untuk mengidentiikasi kompetensi-kompetensi teknis apa saja yang dibutuhkan oleh ASN Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT) Pemerintah Daerah dalam menghadapi MEA 2015 dengan mempertimbangkan permasalahan, kebutuhan, mandat kebijakan, dan tantangan dalam menghadapi MEA serta menyusun standar kompetensi ASN JPT Pemda dalam menghadapi MEA. Kajian ini menawarkan beberapa rekomendasi diantaranya, pertama, penguatan terhadap kompetensi Market Intellegence oleh para JPT di Pemda mengingat pentingnya pemahaman terhadap pangsa pasar di dalam dan luar negeri yang bisa diambil oleh pengusaha Indonesia. Kedua, membangun sinergi dan aksi kolaboratif antara pemerintah, pemerintah daerah, perguruan tinggi, dunia usaha dalam menghadapi MEA, ketiga, sosialisasi mengenai penyelenggaraan MEA kepada ASN untuk membangun kepedulian dan kesiapan menghadapi era persaingan dagang tersebut.
Implementation of free trade era among Southeast Asia countries in light with Asean Economic Community was around the corner. The end of December 2015 or early 2016 marked as starting point for all ASEAN countries to embark on this era of trade integration.
Broadly speaking, Indonesia has the capital and great chance to prevail in the competition. Nevertheless, institutional problems have not been fully addressed, weakening Indonesia’s competitivenes, for instance pertain to bureaucratic problems. Global Competitiveness Report data for last four years (2010-2013) indicated that the most crucial problem in Indonesia that hurt competitiveness is problem in the public sector in the type of bureaucratic ineficiency or corruption. Obviously, this condition disrupted the climate for doing business due to high-cost economy potential. Based on the Competitive and Representative Government framework, this study argued that role of the state is even more important in the context of economic
regionalism in the region. The state has to be able to perform several functions in regulating domestic policies, to deliver effective public services, as well as preventing inequality. In the context of AEC, these roles require state oficials readiness to meet the challenge of regional economic competition era.
From the above background, this study aimed to identify technical competencies required by the Senior Leadership Position of Local Government in the face of AEC 2015 by considering the problems, needs, policy mandates, and the challenges brought by AEC as well as to develop competency standards Local Government Senior Oficials in the face of AEC.
Center for Policy Analys Development
Pusat Pembinaan Analis Kebijakan (PUSAKA), di bawah Kedeputian Bidang Kajian Kebijakan, LAN RI mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan Jabatan Fungsional Analis Kebijakan, penyusunan dan pengembangan sistem informasi analis kebijakan, serta pemberian bantuan teknis dan administratif kepada pusat dan kelompok jabatan fungsional di lingkungannya.
Center for Policy Analyst Development (PUSAKA), under the Deputy for Policy Studies, NIPA Republic of Indonesia is responsible for formulation and implementation of policies concerning Policy Analyst development, development of policy analyst information systems, as well as providing technical and administrative assistance to the centers and functional groups pertain to policy analyst matters.
Penyelenggaraan Seleksi JFAK Prospective Policy Analyst Selection
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menghasilkan analis kebijakan yang berkompetensi dalam melakukan kajian dan analisis kebijakan. Penyelenggaraan Seleksi Calon Analis Kebijakan terdiri dari seleksi administrasi dan uji kompetensi. Seleksi administrasi dilakukan untuk mengecek validitas dan kesesuaian persyaratan administrasi dari calon analis kebijakan. Sedangkan uji kompetensi dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan analisis dan politis calon analis kebijakan. Pelaksanaan uji kompetensi untuk jalur inpassing dilakukan dalam bentuk penilaian terhadap karya tulis dan wawancara. Sedangkan pelaksanaan seleksi JFAK melalui jalur pengangkatan pertama diharuskan mengikuti pelatihan CAK dan uji kompetensi berupa wawancara.
The purpose of this activity is to select prospective policy analysts capable of conducting research and policy analysis. Selection process consists of administrative and the competency test. Administrative selection was conducted to verify the validity and appropriateness of the administrative requirements of the prospective policy analysis. Competency test was conducted to determine the level of analytical skills and policy analysts of political candidates. Competency test for selection through position adjustment mechanism was conducted in the form of papers assessment and interviews. While selection of irst appointment policy analyst candidates involved training and competency test in the form of interviews that must be followed by the applicants.
Pilot Project Pengangkatan Pertama Calon Analis Kebijakan
Pilot Project of the irst Appointment
of Prospective Policy Analyst
Seleksi JFAK melalui Inpassing 2015 Tahap Pertama
Selection of Prospective Policy Analyst by Position Adjustment (Phase I)
Seleksi JFAK melalui Inpassing 2015 Tahap Kedua
Pelatihan CAK Angkatan I diselenggarakan oleh Pusdiklat Teknis dan Fungsional, LAN pada tanggal 25 Mei – 13 Juni 2015 dengan jumlah peserta yang lulus administrasi sebanyak 28 orang. Uji Kompetensi diselenggarakan oleh PUSAKA pada tanggal 15 Juni 2015. Peserta yang direkomendasikan untuk diangkat sebagai analis kebijakan ahli pertama berjumlah 28 orang.
Dilaksanakan pada tanggal 29 April 2015 dengan jumlah peserta yang lulus administrasi sebanyak 50 orang. Peserta yang direkomendasikan untuk diangkat sebagai analis kebijakan ahli madya berjumlah 19 orang sedangkan yang tidak direkomendasikan berjumlah 31 orang.
Dilaksanakan pada tanggal 07 Oktober 2015 dengan jumlah peserta yang lulus administrasi sebanyak 85 orang. Peserta yang direkomendasikan untuk diangkat sebagai analis kebijakan ahli madya berjumlah 40 orang sedangkan yang tidak direkomendasikan berjumlah 45 orang.
was organized by NIPA- Center for Technical and Functional Training on May 25 - June 13, 2015. As many as 28 participants passed the administration. Competency Test was conducted by PUSAKA on June 15, 2015. Participants who are recommended to be appointed as the irst level policy analysts reached 28 participants
Selection was held on 29 April 2015 involving 50 applicants who passed the administrative selection. Participants who were recommended to be appointed as associate policy analysts amounted to 19. Thirty one (32) applicants were not recommended for this position.
Selection was held on 7 October 2015 involving 85 applicants who passed the administrative selection. Forty (40) applicants were recommended to be appointed for the position of associate policy analysts, while 45 applicants were not recommended for this position.
Penyusunan Modul Pelatihan Analis Kebijakan Policy Analyst Candidate Training Module Drafting
Kegiatan penyusunan modul ini merupakan hasil kerja sama PUSAKA dengan Knowledge Sector Initiative (KSI), AusAid. Tujuan dari modul pelatihan Calon Analis Kebijakan (CAK) adalah memfasilitasi pemahaman pengetahuan dan keterampilan peserta pelatihan CAK mengenai dasar-dasar studi kebijakan publik yang harus dikuasai seorang Analis Kebijakan. Modul ini terdiri dari 7 (tujuh) materi yaitu: Konsep dan Studi Kebijakan Publik; Metodologi Riset Kebijakan; Stakeholders Mapping; Analisis Kebijakan Publik; Dokumentasi Saran Kebijakan; Konsultasi Publik; dan, Advokasi Kebijakan. Dalam modul ini juga terdapat lampiran studi kasus yang dapat digunakan sebagai stimulus pengayaan dan penggunaan berbagai kasus di dalam Pelatihan Analis Kebijakan. Diharapkan melalui modul ini dapat meningkatkan kompetensi dan profesionalisme Analis Kebijakan.
01
Perkalan No. 27 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pelaksanaan dan Penilaian Kualitas Hasil Kerja AK Tujuan penyusunan pedoman ini adalah memberikan suatu standar bagi pejabat yang berwenang dalam membina dan menentukan karir AK, dan menetapkan standard dan cara penilaian angka kredit hasil kerja AK.02
Perkalan No. 33 Tahun 2015 tentang PedomanPenyelenggaraan Pelatihan JFAK
Perkalan tentang pedoman penyelenggaraan pelatihan ini digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelatihan analis kebijakan. Pelatihan ini bertujuan untuk membentuk dan meningkatkan kompetensi dan profesionalisme analis kebijakan dalam melaksanakan kajian dan analisis kebijakan
01
NIPA Chairman Decree Number 27 Year 2015 concerning Guideline for Implementation and Policy Analyst Product AsssessmentThe purpose of this document is to provide a standard for the authorities responsible for fostering and endorsing policy analyst career, as well as to set the standards and method for policy analyst credit assessment.
02
NIPA Chairman Decree Number 33 Year 2015 on Guidelines for Implementation of Training for prospective Policy analystThis decree serves as implementation guidelines in conducting training for prospective policy analysts . The training aims to develop and enhance policy analysts’ competence and professionalism in carrying out research and policy analysis
Penyusunan Kebijakan Teknis JFAK Formulation of Technical Policy concerning Policy Analyst Position
Penyelenggaraan Pilot Project TOT Pelatihan Analis Kebijakan ToT for Policy Analyst Training
TOT Pelatihan Analis Kebijakan diselenggarakan pada tanggal 19 – 23 Oktober 2015 melalui kerja sama dengan Knowledge Sector Initiative (KSI), AusAid. Tujuan dari Pelatihan ini adalah untuk membentuk dan meningkatkan kompetensi Pengajar agar mampu melaksanakan tugas dan fungsinya dalam Pelatihan Calon Analis Kebijakan, Pelatihan Khusus, dan Pelatihan Lanjutan, sehingga terbentuk pengajar yang terampil dan memiliki kompetensi untuk mengajarkan mata ajar sesuai kurikulum pelatihan JFAK.
Kegiatan Sosialisasi dan Peningkatan Kualitas Analis Kebijakan Socialization and Policy Analyst Quality Improvement
Pengembangan e-production PUSAKA Socialization and Policy Analyst Quality Improvement
Public Lecture Upaya Meningkatkan Kualitas Kebijakan Publik di Indonesia
Public lecture as a platform to enhance quality of policy analyst in Indonesia
Advokasi dan Konsultasi JFAK di K/L/Pemda
Advocacy and Consultation in various institution concerning policy analist position
Partisipasi PUSAKA LAN dalam Expo Jabatan Fungsional Tertentu yang diselenggarakan oleh Kemendagri
Participation in Functional Position Expo organized by Ministry of Home Afffairs
Workshop Advokasi JFAK
Advocacy Workshop forpolicy analyst
Website PUSAKA
Pengembangan sistem ujian komprehensif berbasih TIK Sistem Informasi JFAK
PUSAT PEMBINAAN WIDYAISWARA PUSAT PENGEMBANGAN PROGRAM DAN PEMBINAAN DIKLAT
PUSDIKLAT KEPEMIMPINAN APARATUR NASIONAL
Kiri ke kanan