6.3.1.
ZONASI WILAYAH HUTAN
Penataan kawasan cagar biosfer cibodas mencakup kegiatan pembagian dan pengelompokan sumber daya alam hayati dan ekosisitemnya berdasarkan tipe dan potensi yang terkandung di dalam ekosistem, fungsi dan rencana pemanfaatan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dengan tujuan untuk efektivitas dan efisiensi pengelolaan serta memperoleh manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat secara bijaksana, lestari, dan berkelanjutan.
Penataan zonasi cagar biosfer cibodas dilakukan secara variatif sesuai dengan kebutuhan pengelolaan dan spesifikasi kawasan konservasi. Karena itu penataan kawasan cagar biosfer cibodas tidak selalu harus lengkap dan tidak selalu sama pada setiap zonasi. Secara umum, pembagian zonasi cagar biosfer cibodas terdiri dari: area inti, zona penyangga, dan area transisi. Untuk selanjutnya pembagian zona tersebut dapat dikembangkan sesuai derivatifnya menurut kondisi dan spesifikasi di setiap zonasi, seperti adanya zona pemanfaatan khusus, pemanfaatan tradisional, zona rehabilitasi dan restorasi, dan lain-lain.
Penataan zona inti cagar biosfer cibodas, selama ini terdapat tiga zona pengelolaan, yaitu:
1. Zona Inti, pada zona ini dapat dilakukan kegiatan monitoring sumberdaya alam hayati dan ekosisitemnya, tetapi tidak dapat dilakukan kegiatan yang merubah bentang alam.
2. Zona Rimba, pada zona ini dapat: (1) dilakukan kegiatan penelitian, pendidikan, wisata alam, dan kegiatan-kegiatan yang menunjang budidaya; (2) diperkenankan pemanfaatan secara tradisional; (3) tidak di ijinkan melakukan kegiatan yang merubah bentang alam; (4) dapat dibangun sarana prasarana sepanjang untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan wisata terbatas.
3. Zona Pemanfaatan, pada zona ini dapat dilakukan: (1) pemanfaatan kawasan dan potensinya dalam bentuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan wisata alam; (2) dapat digunakan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan penangkaraan jenis untuk menunjang kegiatan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan dan
restocking.
Dengan adanya perluasan kawasan TNGGP diperluas menjad1 21.975 ha dengan SK Menteri Kehutanan RI No. 174/Kpts-II/2003 tanggal 10 Junhi 2003, maka pihak TNGGP mengusulkan pengembangan zonasi tambahan pada areal perluasan kawasan tersebut, yaitu:
1. Zona Pemanfaatan Tradisional. Pada zona ini diperuntukan untuk hutan pinus atau damar yang masih dilakukan penyadapan;
2. Zona Pemanfaatan Khusus. Pada zona ini diperuntukan khusus untuk lahan bekas Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM);
National Consultant Final Report Halaman - 45 3. Zona Rehabilitasi. Pada zona ini diperuntukan untuk daerah bekas rqmbahan dan
lain-lain;
6.3.2.
PERLINDUNGAN SUMBER DAYA
Kawasan zona inti memiliki beberapa tipe ekosistem, yaitu : (1) Ekosisitem hutan pegunungan bawah (sub montana); (2) Ekosistem hutan pegunungan atas (montana); (3) Ekosistem sub alpin; dan beberapa ekositem khas lain, yaitu:
- ekositem rawa pegunungan - ekosistem kawah
- ekositem danau
- ekosistem hutan tanaman, dan - ekosistem alun-alun.
Berdasarkan hasil inventarisasi yang dilakukan oleh pihak pengelola kawasan, bahwasanya di kawasan zona inti terdapat lebih dari 1000 jenis tumbuhan, termasuk 200 jenis aggrek dan terdapat salah satu jenis tumbuhan ciri khas yang berada pada ekositem alun-alun yaitu jenis Edelweis (Anaphalis javanica). Juga terdapat lebih dari 250 jenis burung, dengan 29 diantaranya merupakan jenis endemik di Pulau Jawa termasuk jenis langka dan dilindungi Undang-undang, yaitu Elang Jawa (Spizaetus
bartelsi), Celepuk Gunung (Otus angelinae), dan Cerecet Jawa (Psaltria exilis). Selain itu di kawasan ini juga tercatat 4 jenis primata, yaitu Owa jawa (Hylobates moloch), Surili (Presbytis comata), Lutung (Trachypitecus auratus), dan Monyet Ekor Panjang (Macca
fascicularis). Sedangkan untuk jenis mamalia yang ditemukan antara lain: macan tutul (Panthera pardus), Kucing Hutan (Felis bengalis), Sigung (Mydaus jevanensis), Berang-berang, Ajag, Musang, Trenggeling, Kancil, babi Hutan, dll. Selain itu ditemukan juga jenis Serangga, Kupu-kupu, Reptil, dan Amphibi. Terdapat 18 Jenis Kodok, dan 3 diantaranya merupakan jenis jarang (rare species), yaitu Kodok Bertanduk, Katak Asia, dan katak Titik Merah.
Upaya untuk mempertahankan dan melestrikan keanekaragaman hayati yang terdapat dikawasan Cagar Biosfer Cibodas, khususnya di zona inti dilakukan dengan: - Pengamanan kawasan dengan patroli rutin, patroli berkala, dan operasi gabungan. - Pengelolaan pengunjung.
- Pengelolaan sumber daya alam hayati.
- Pembinaan habitat dengan kegiatan survei dan pementauan falora dan fauna, serta ekosistemnya.
6.3.3.
PENGELOLAAN WISATA
Kawasan Cagar Biosfer Cibodas memiliki keindahan dan fenomena alam dalam bentukan lahan, air terjun, danau, dan aliran airnya serta bentukan geologis dan legenda histrorik, yang sangat potensial dikembangkan untuk aktivitas ekowisata. Berdasarkan hasil identifikasi mengenai kondisi faktor daya dukung kawasan sumber daya alam yang dimiliknya, hasil analisis peta permalsahan, dan hasil analisis potensi pasar, maka pengembangan potensi wisata di kawasan ini dapat dibagi menjadi tiga komponen utama yaitu pengembangan obyek wisata alam, infrastruktur serta pemasaran. Startegi pengembangan akan mengintegrasikan berbagai faktor daya
National Consultant Final Report Halaman - 46 dukung kawasan, potensi permaalahan serta peluang pasar yang ada. Secara umum strategi pengembangan diarahkan untuk dua tujuan besar, yaitu pengembangan pengelolaan dan pengembangan usaha, pengelolaan kolaborasi atau kemitraan dengan masyarakat atau dengan pihak lain merupakan pilihan-pilihan yang ditentukan oleh pembatas permasalahan yang dihadapi. Sedangkan dalam pengembangan usaha, uapaya-upaya melalui penyesuaian tapak, profil investasi, peningkatan mutu sumber daya manusia dan kelembagaan. Monitoring dan evaluasi merupakan bagian interen dalam setiap aktifitas manajemen yang berfungsu untuk mengukur keberhasilan, baik aspek dalam pengelolaan wisata alam maupun dalam sektor pengembangan usaha, maka akan dilakukan evaluasi terhadap standar yang dikembangkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN). Pengelolaan wisata di zona inti CBC dilakukan dengan memperhatikan zonasi kawasan, sehingga tingkat gangguan dan acaman terhadap zona-zona lain dapat dihindari. Pemanfaatan pengembangan wisata di kawasan zona inti hanya diperuntukan dan dibatasi pada zona tertentu, yaitu di zona pemanfaatan dan zona rimba.
Potensi Wisata di Kawasan Zona Inti
- Puncak Gunung Gede dan Pangrango; - Kawah;
- Air Terjun: Cibeureum, Ciwalen, Cidengdeng, Cisuren, Cikaracak, Cipadaranten, Ciberet, Cibeureum, dan Sawer;
- Telaga Biru, dan Danau Situgunung; - Sumber Air panas;
- Bumi Perkemahan: Mandalawangi, Bobojong, Barubolang, dan Pondok Halimun; - Rawa Gayonggong dan Rawa Denok;
- Kandang Badak, Kandang batu;
- Alun-alun Suryakencana, Alun-alun Pangrango; - Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (BPKAB);
- Batu Dongdang, Batu Kukus, Batu Kursi, Leuit Salawejajar, Lawang Sakateng;
6.3.4.
PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR
Merujuk pada hidro-geologi Indonesia Skala 1:50.000 (Direktorat Geologi Tata Lingkungan, 1986), kawasan TNGGP terdiri dari akuifer daerah air tanah langka, sampai dengan akuifer produktif kelas sedang sebaraan yang luas. Akuifer produktif ini memiliki keterusan yang sangat beragam. Air tanah umumnya tidak rertekan dengan debit air ± 5 liter/detik. Daerah ini yang paling produktif kandungan sumber air tanahnya adalah daerah kaki Gunung Gede, yaitu daerah Cibadak-Sukabumi dengan mutu yang memenuhi persyaratan untuk air minum. Aliran ini juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan pertanian dan industri.
Kawasan Cagar Biosfer Cibodas merupakan wilayah hulu dari tiga sungai besar di Propinsi Jawa Barat yang aliran airnya mengalir sampai wilayah Propinsi DKI Jakarta dan Propinsi Banten, yaitu Sungai Ciliwung, Sungai Citarum, dan Sungai Cimandiri. Jumlah sungai besar dan sungai kecil di kawasan ini mencapai 60 buah. Untuk wilayah Bogor ada 17 sungai dan anak sungai, wilayah Cianjur ada 20 sungai dan anak sungai, sedangkan untuk wilayah Sukabumi ada 23 sungai dan anak sungai.
National Consultant Final Report Halaman - 47 Sumber air di Cagar Biosfer Cibodas (Zona Inti) berupa sungai maupun mata air pada umumnya sudah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kebutuhan non komersial (rumah tangga dan pertanian) maupun komersial (industri kecil, usaha, penginapan dan industri besar). Potensi air di Cagar Biosfer Cibodas (Zona Inti) cukup tinggi namun pemanfaatannya masih kurang optimal. Air yang melimpah mengalir terus menerus tanpa dibendung sehingga banyak air bersih yang terbuang begitu saja. Alternatif pemanfaatan air seperti kondisi saat ini, yaitu dengan membuat pembangkit listrik tenaga air dengan kincir dan generator (Mikro dan PikoHidro) yang tidak terlalu besar. Kegiatan ini dapat dikoordinir oleh masyarakat sekitar sehingga masyarakat tidak lagi menggunakan listrik dari PLN.
Mata air di kawasan zona inti cagar biosfer cibodas memiliki debit air antara 40-500 liter/detik. Berdasarkan hasil pengukuran potensi mata air yang ada adalah:
6.3.5.
PEMELIHARAN KAWASAN ZONA INTI
Untuk mempertahankan kondisi ekologis kawasan zona inti dari berbagai ancaman dan gangguan, baik faktor dalam maupun faktor luar, maka pengelola kawasan TNGGP menetapkan beberapa upaya dalam rangka pemeiliharaan dan perlindungan kawasan yang meliputi:
• Penyuluhan, Anjang Sono, Anjang Karya:
Kegiatan ini dilakukan terhadap masyarakat sekitar hutan agar mereka tahu, mau, dan mampu untuk memanfaatkan taman nasional dengan cara tidak merusak hutannya. Pelaksanaan kegiatan ini banyak dilakukan oleh petugas taman nasional, volunter, kader konservasi maupun tokoh agama dan masyarakat.
• Patroli Rutin dan Periodik: Kegiatan ini terus menerus dilakukan oleh petugas TNGGP dengan tujuan untuk mencegah, menanggulangi, maupun menegakkan peraturaan kehuatan (hukum) bagi para pelanggar yang merusak kawasan TNGGP.
No Mata Air Lokasi Debit Lt/detik
1 Sungai Ciwalen Cibodas - Cianjur 90
2 Sungai Cibodas Cibodas - Cianjur 120
3 Curug Cikundul Cibodas - Cianjur 100
4 Curug Cibeureum Cibodas - Cianjur 110
5 Sungai Cikundul Cibodas - Cianjur 100
6 Curug Cibeureum Cibodas - Cianjur 100
7 Sungai Cipelang Selabintana - Sukabumi 280
8 Sungai Cibeureum Selabintana - Sukabumi 500
9 Sungai Cinagara Cimande - Bogor 310
10 Sungai Cilebak Selabintana - Sukabumi 290
11 Curug Sawer Situgunung - Sukabumi 40
12 Sungai Cibogo Leutik Situgunung - Sukabumi 50
Jumlah 2090
National Consultant Final Report Halaman - 48 • Pemeliharaan Jalur Batas: Pemeliharaan jalur batas dilakukan sebagai upaya untuk
mempertahankan tanda yang pasti dilapangan dan memberikan kepastian hukun dalam penanganan perkara, apabila terjadi suatu tindak pidana bidang kehutanan. Kegiatan ini dilakukan secara rutin oleh petugas dalam rangka mencegah terjadinya pelanggaran didalam kawasan taman nasional.
• Pembentukan dan Pembinaan Pam Swakarsa: Peliknya berbagai permaalahan yang ada di TNGGP, kurangnya tenaga kerja pengamanan di banding dengan luasnya kawasan, dan makin canggihnya modus operandi yang diterapkan oleh para pelaku pelanggaran, maka permasalahan-permasalahan yang ada tidak akan pernah dapat ditangani hanya oleh petugas TNGGP saja. Maka pihak pengelola TNGGP berinisiatif melakukan pembentukan Pam Swakarsa di tingkat desa sekitar hutan. Pam Swakarsa ini diharapkan dapat berperan aktif secara mandiri dalam mengamankan hutan yang ada disekitarnya yang tentunya tetap harus didukung dan didampingi secara terpadu.
• Menjalin Kerjasama dengan Stakeholder (lokal, nasional, internasional) dalam perlindungan hutan: Keterlibatan semua sektoral, baik ditingkat pemerintahan daerah, kepolisian, kejasanaan, pengadilan, TNI, LSM Lingkungan, dan lain-lain, merupakan dukungan yang sangat penting bagi upaya pelestarian dan perlindungan kawasan TNGGP. Dengan keterlibatan stakeholder ini diharpakan kepemilikan kawasan TNGGP ini tidak hanya dimiliki oleh pihak pengelola saja, namun tanggung jawab semua pihak dan dapat terlibat secara bersama-sama dan saling menguntungkan.
6.3.6.
PENGAWASAN
Perlindungan dan pengamanan kawasan merupakan upaya untuk melindungi dan mengamankan kawasan zona inti dari gangguan manusia maupun gangguan lainnya, seperti pembakaraan hutan, hama dan penyakit, perburuan liar, penebangan liar, perambahan hutan, dan lain-lain. Kegiatan pengamanan yang diterpakan oleh pihak TNGGP selama ini tidak hanya dilakukan terhadap kawasan hutan, tetapi dilakukan juga terhdap pengunjung agar mereka merasa aman, nyaman, dan peduli terhdap upaya konservasi alam.
Beberapa permasalahan yang ada saat ini adalah:
~ Penebangan liar, walaupun frekuensinya relatif kecil sebagian masyarakat sekitar hutan masih ada yang melakukan penebangan liar untuk kebutuhan pembuatan gubug pertanian, bahan mebel, bahan/alat rumah tangga, bahan bangunan rumah dan kayu bakar.
~ Pencurian hasil hutan lainnya, seperti pakis, bambu, rotan, buah konyal, buah canar, tanaman hias, anggrek, edelweis, dan lain-lain.
~ Perburuan liar, baik dilakukan secara tradisional maupun dengan menggunakan senapan angin masih saja terjadi. Jenis satwa yang sering diburu yaitu burung, babi hutan, kijang, cacing sonari, kupu-kupu, dan lain-lain. Kebakaran hutan masih sering kali terjadi di setiap wilayah seksi konservasi.
~ Perambahan hutan juga masih terjadi di beberapa lokasi penyangga kawasan TNGGP, khusunya di areal PHBM. Dan Pencemaraan lingkungan (sampah dan vandalisme) sebagai dampak dari kegiatan pengunjung.
National Consultant Final Report Halaman - 49
VII. IMPLEMENTASI AKSI ARAHAN PROGRAM
DALAM PENGELOLAAN CAGAR BIOSFER CIBODAS
BERBASIS PARA PIHAK DI KABUPATEN BOGOR,
CIANJUR, DAN SUKABUMI
6.4. ARAHAN IMPLEMENTASI PROGRAM
Strategi-strategi yang merupakan inti dalam dokumen ini, meliputi strategi dan rencana aksi pengelolaan konservasi keanekaragaman hayati secara berkesinambungan dan pembangunan berkelanjutan serta terpadu.
Sesuai dengan kerangka kerja pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas secara terpadu, Strategi dan Rencana Aksi merupakan acuan dalam penyusunan perencanaan yang spesifik, seperti: Strategi dan Rencana Aksi di Area Inti, Strategi dan Rencana Aksi di Zona Penyangga, dan Strategi dan Rencana Aksi di Area Transisi.
Strategi dan Rencana Aksi merupakan dokumen yang dinamis utuk jangka waktu perencanaan jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Namun demikian, dokumen ini harus di review secara teratur setiap 10 (sepuluh) tahun, yang mengacu kepada keberhasilan dan hambatan dalam pelaksanan Propeda dan Propetada, serta mendapatkan masukan dari pelaksanaan perencanaan pembangunan yang berada di tingkat bawahnya, seperti rencana zonasi, pengelolaan dan aksi.
Dalam implementasi program, perlu ditentukan koordinator program (leading sector), sedangkan perencanaan program pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas secara keseluruhan di masing-masing kabupaten dikoordinir oleh Bappeda. Secara umum, tanggung jawab di antara stakeholders (institusi yang terkait) perlu disusun. Hal ini dibuat untuk menjamin adanya kejelasan koordinasi dan wewenang saat stakeholders berpartisipasi dalam implementasi strategi dan rencana aksi pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas sesuai dengan arahan program berdasarkan tata ruang zonasi. Pembagian tanggung jawab tersebut tercermin dalam Tabel Proses Implementasi di bawah ini.
Penunjukan institusi, baik pemerintah dan non-pemerintah, untuk setiap strategi didasarkan pada pertimbangan tugas pokok dan fungsi intansi yang relevan. Oleh karena itu, dinas/intansi yang disebutkan pertama kali merupakan dinas/intansi yang bertanggung jawab sebagai leading sector.
Mengingat pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas bukan merupakan program proyek tahunan. Hal ini sangat penting, karena implementasi dan penerapan arahan programnya ditujukan untuk jangka panjang (selamanya) yang bisa disinergiskan dengan tugas dan fungsi masing-masing institusi terkait.
National Consultant Final Report Halaman - 50 Sebagai langkah awal, maka penerapan strategi dan rencana aksi akan diimplementasikan pada lokasi percontohan di tiga kabupatan yang selama ini sudah disepakti oleh para pihak, yaitu Kabupaten Bogor di Desa Pasir Buncir Kec. Caringin, Kabupaten Cianjur di Desa Ciputri Kec. Pacet, dan Kabupaten Sukabumi di Desa Langensari Kec. Sukaraja. Ketiga desa percontohan ini nantinya bisa dikembangkan pada desa-desa penyangga lainnya yang ada dilingkup wilayah Cagar Biosfer Cibodas.
Prioritas implementasi strategi dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu:
Prioritas 1 : Program yang dilaksanakan mulai tahun 2013-2015 Prioritas 2 : Program yang dilaksanakan mulai tahun 2016-2018 Prioritas 3 : Program yang dilaksanakan mulai tahun 2018-2022
Dalam penentuan ketiga prioritas tersebut, juga mempertimbangkan kepentingan untuk segera dilaksanakannya program tersebut, sesuai dengan isu pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas yang muncul. Misalnya, isu peningkatan kapasitas SDM dimulai dengan pelatihan pengembangan pertanian berkelanjutan (pertanian organik dan peternakan terpadu melalui pengembangan energi alternative (biogas) dan daur ulang kepada masyarakat daerah penyangga dan area transisi.
6.5. RENCANA KERJA PENGELOLAAN CAGAR BIOSFER
CIBODAS PADA AREA INTI, ZONA PENYANGGA DAN
AREA TRANSISI
Rencana kerja akan mengacu kepada aksi lapangan untuk mendukung solusi, yaitu:
1) Pengelolaan Kawasan Terbatas
Tabel 9. Program aksi kawasan terbatas
Program Aksi dan kegiatan pengelolaan cagar biosfer cibodas dengan arahan fungsi kawasan terbatas
Stakeholders Utama
Program Aksi Kegiatan
Pengelolaan dan perlindungan sumberdaya alam hayati
1) Penyusunan rencana dan implementasi penatagunaan hutan eks PHBM
berdasarkan fungsi sebagai zona inti pada ekosistem hutan
TNGGP, Dinas Kehutanan, Bappeda, Akademisi, Masyarakat Setempat, Pemdes Pemberdayaan masyarakat
2) Pemberdayaan masyarakat bagi
masyarakat yang “menguasai” lahan eks PHBM dengan fungsi kawasan hutan lindung TNGGP, Dinas Kehutanan, Masyarakat Setempat, Pemdes Penelitian dan pemantauan
3) Penyusunan rencana dan implementasi penelitian perkembangan ekosistem
TNGGP, LIPI, KLH, BPLHD, LSM,
National Consultant Final Report Halaman - 51 hutan dengan arahan fungsi zona inti
4) Penyusunan rencana dan implementasi kemajuan program konservasi pada ekosistem hutan eks PHBM dengan arahan fungsi kawasan zona inti
Universitas
Penguatan kelembagaan
5) Pengembangan system insentif termasuk penguatan hak akses masyarakat
terhadap pengelolaan hutan berkelanjutan TNGGP, Dinas Kehutanan, Pemda, LSM, Univeristas, masyarakat setempat, pemdes
2) Pengelolaan Penelitian dan Pemantauan Keanekaragaman Hayati
Tabel 10. Program aksi penelitian dan pemantauan keanekaragaman hayati
Program Aksi dan kegiatan pengelolaan cagar biosfer cibodas dengan arahan fungsi penelitian dan pemantauan keanekaragaman
hayati Stakeholders Utama
Program Aksi Kegiatan
Penelitian dan pemantauan spesies kunci secara intensif
1) Inventarisasi lapangan mengenai status terkini tentang spesies kunci (macan tutul, owa jawa,elang jawa)
2) Pembuatan database keanekaragaman hayati
TNGGP, LSM, Universitas, BPLHD, LIPI
Penguatan kapasitas 3) Mengadakan pelatihan secara rutin terhadap petugas dan masyarakat dalam hal penelitian dan pemantauan
keanekaragaman hayati partisipatif
TNGGP, LSM, BPLHD, LIPI, NGO International
3) Pengelolaan Ekoturisme, Wisata Budaya dan Religi
Tabel 11. Program aksi ekoturisme, wisata budaya dan religi
Program Aksi dan kegiatan pengelolaan cagar biosfer cibodas dengan arahan fungsi ekoturisme, wisata budaya dan religi
Stakeholders Utama
Program Aksi Kegiatan
Penyedian system informasi terpadu
1) Penyusunan dan pengembangan rencana dan implementasi basis data dan jaringan informasi ekoturisme, wisata budaya dan religi.
2) Pengembangan pusat-pusat informasi, promosi, dan pemasaran ekoturime, wisata budaya dan religi
3) Penyusunan rencana induk pengembangan wisata terpadu
TNGGP, Disbudpar, Diskominfo, PHRI, LSM, Swasta, Travel,
National Consultant Final Report Halaman - 52 Pengembangan obyek
wisata alam terpadu
4) Perbaikan, pemeliharaan dan
pengembangan sarana dan prasarana dasar wisata alam
5) Pengembangan program kemitraan dalam pengelolaan ekoturisme, wisata budaya dan religi
6) Pengembangan jaringan profesi usaha wisata alam dan pembuatan paket ekoturisme, wisata budaya dan religi
TNGGP, Disbupar, Dinas PU, Swasta, Masyarakat
Setempat, Pemdes, Pengusaha
Peningkatan kapasitas 7) Peningkatan kapasitas pemandu wisata 8) Pengembangan program peningkatan
paritisipasi masyarakat dalam pengembangan ekoturisme, wisata budaya dan religi
TNGGP, Dinas Kehutanan Propinsi, Disbudpar, LSM, Universitas, Masyarakat, Pemdes
4) Pengelolaan Pendidikan Konservasi
Tabel 12. Program aksi pendidikan konservasi
Program Aksi dan kegiatan pengelolaan cagar biosfer cibodas dengan arahan fungsi pendidikan konservasi
Stakeholders Utama
Program Aksi Kegiatan
Pendidikan konservasi bagi pelajar
1) Pengembangan kegitan school visit dan
visiting school
2) Pembuatan materi muatan lokal tentang konservasi
3) Pengembangan laboratorium keanekaragaman hayati ditingkat sekolah
TNGGP, LSM, Dinas Pendidikan, Universitas, Swasta, Pemdes
Penguatan kapasitas 4) Peningkatan pemahaman dan kreativitas guru didik atau instuktur PKA/LH 5) Peningkatan mutu tenaga didik melalui
pelatihan, pendidikan dan studi banding
TNGGP, Dinas Pendidikan, LSM, Pemdes
5) Pengelolaan Pengendalian melalui Pemanfaatan HHBK IAS
Tabel 13. Program aksi pengendalian melalui pemanfaatan HHBK IAS
Program Aksi dan kegiatan pengelolaan cagar biosfer cibodas
dengan arahan fungsi pengendalian pemanfaatan HHBK IAS Stakeholders Utama
Program Aksi Kegiatan
Penguatan kelembagaan
1) Pengaturan kembali kelembagaan pemanfaatan HHBK
2) Penyusunan SOP pemanfaatan HHBK dan pencegahan secara illegal
TNGGP, Dinas Kehutanan, LSM, Univeristas, LIPI, Pemdes
National Consultant Final Report Halaman - 53 3) Pengembangan system insentif dalam
pengembangan HHBK
4) Kajian pembentukan dan penetapan HHBK di kawasan konservasi
6) Pengelolaan Pemanfaatan Jasa Ekosistem
Tabel 13. Program aksi pemanfaatan jasa ekosistem
Program Aksi dan kegiatan pengelolaan cagar biosfer cibodas
dengan arahan fungsi pemanfaatan jasa ekosistem Stakeholders Utama
Program Aksi Kegiatan
Pengelolaan dan pengembangan jasa ekosistem
1) Inventarisasi potensi jasa ekosistem pada kawasan zona inti
2) Analisa peluang dan permasalahan pemanfaatan jasa ekosistem
3) Analisa prioritas pengembangan potensi jasa ekosistem TNGGP, Pemda, Forpela, Universitas, LSM, PSDA, ESDM, Masyarakat Setempat, Pemdes, Swasta Penguatan kelembagaan
4) Penguatan kembali organisasi dan kelembagaan pemanfaatan jasa ekosistem
5) Penyusunan SOP penanggulangan dan pencegahan kerusakan jasa ekosistem 6) Pengembangan system insentif termasuk
penguatan hak akses masyarakat terhadap pengelolaan jasa ekosistem dari hasil hutan non kayu
7) Analisa konflik pemanfaatan jasa ekosistem
TNGGP, Forpela, LSM, Swasta,
Universitas, Pemdes
7) Pengelolaan Restorasi
Tabel 14. Program aksi restorasi
Program Aksi dan kegiatan pengelolaan cagar biosfer cibodas
dengan arahan fungsi restorasi Stakeholders Utama
Program Aksi Kegiatan
Pengelolaan dan perlindungan kawasan konservasi sesuai dengan fungsi dan peruntukannya
1) Penyusunan rencana dan implementasi rehabilitasi hutan pada ekosistem hutan eks PHBM
2) Penyusunan rencana dan implementasi penatagunaan hutan berdasarkan fungsi sebagai kawasan hutan lindung
TNGGP, Dinas Kehutanan
Penguatan kelembagaan
3) Peningkatan pemahaman masyarakat petani penggarap terhadap nilai-nilai
TNGGP, Dinas Kehutanan, LSM
National Consultant Final Report Halaman - 54 penting keberdaan kawasan konservasi
4) Pelatihan system pengelolaan sumberdaya hutan berkelanjutan Pemberdayaan
masyarakat
5) Pemberdayaan masyarakat bagi yang “menguasai” lahan ekosistem hutan eks PHBM dengan arahan fungsi kawasan konservasi
6) Pengembangan inkubasi usaha produktif berbasis non lahan
7) Pengembangan kebun bibit masyarakat petani penggarap (KBMPP) TNGGP, Dinas Kehutanan, BPDAS, LSM, Swasta, Masyarakat Setempat, Pemdes
8) Pengelolaan Ekoturisme dan Turisme Berbasis Alam
Tabel 14. Program aksi ekoturisme dan turisme berbasis alam
Program Aksi dan kegiatan pengelolaan cagar biosfer cibodas
dengan arahan fungsi ekoturisme dan turisme berbasis alam Stakeholders Utama
Program Aksi Kegiatan
Pengembangan potensi ekoturisme