Consultant
Report
USEP SUPARMAN
National Consultant Activity
1.2
Desember 2012
Disampaikan kepada:
ITTO Project “Developing
Collaborative Management of
Cibodas Biosphere Reserve,
West Java Indonesia”
TFL-PD 019/10 Rev. 2 (M)
Developing program and activities related
to biosphere reserve facilitated by
communication forum
Consultant report on developing
Consultant report on developing
Consultant report on developing
Consultant report on developing
program and activities related to
program and activities related to
program and activities related to
program and activities related to
biosphere reserve facilitated by
biosphere reserve facilitated by
biosphere reserve facilitated by
biosphere reserve facilitated by
communication forum
communication forum
communication forum
communication forum
Usep Suparman
National Consultant Activity 1.2
December 2012
Disampiakan kepada proyek ITTO “
Developing Collaborative Management of
Cibodas Biosphere Reserve, West Java Indonesia”
K
ATA
P
ENGANTAR
Penyusunan laporan akhir pekerjaan Konsultan Nasional ITTO pada kegiatan 1.2. dengan tema “Developing program and activities related to biosphere reserve facilitated bycommunication forum” yang merupakan salah satu bagian dari proyek ITTO berjudul: “Developing Collaborative Management of Cibodas Biopshere Reserves, West Java Indonesia” TFL-PD 019/10 Rev.2 (M) telah selesai dilaksanakan.
Laporan ini tersusun melalui rangkaian kegiatan yang cukup panjang, mulai dari tahapan kegiatan kajian lingkungan, workshop, konsultasi publik, rapat tim kerja, pelatihan, rapat koordinasi dan sinkronisasi program, lokalatih, FGD, diskusi secara intensif, penulisan draft strategi dan rencana aksi, hingga penulisan dan kesepakatan akhir terhadap dokumen strategi dan rencana aksi oleh parapihak.
Berbagai pihak telah terlibat secara aktif dari tahapan perencanaan sampai formulasi akhir penulisan dokumen strategi dan rencana aksi pengelolaan cagar biosfer cibodas berbasis para pihak. Oleh karenanya, pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango berserta jajarannya yang telah memperkenankan dan memberikan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan pekerjaan ini sesuai Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang tertuang dalam Kontrak Kerja.
Pada kesempatan ini, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah mencurahkan waktu, fikiran dan tenaganya untuk menyelesaikan laporan akhir ini. Ucapan terima kasih terutama saya sampaikan kepada Indra Exploitasia, Harianto, Edward Gultom, Forum Koordinasi dan Komunikasi Pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas, Dinas/Intansi Terkait Lingkup Kabupaten Bogor, Cianjur dan Sukabumi, Pemerintahan Desa Pasir Buncir, Ciputri, dan Langensari, YAPEKA, RCS, Mitra TNGGP dan tokoh-tokoh masyarakat atas partisipasi aktifnya dalam memberikan saran dan masukan terhadap penyempurnaan laporan ini.
Pada akhirnya, saya mengharapkan agar laporan ini dapat bermanfaat dan digunakan oleh semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas yang lebih baik ke depan. Dengan demikian, kelestarian Cagar Biosfer Cibodas sebagai sumber keanekaragaman hayati, pengatur fungsi hidro-orologis dan penyangga fungsi kehidupan dapat terjaga dan mudah-mudahan secara bersama kita dapat mewujudkan “hari esok” tata kelola Cagar Biosfer Cibodas yang lebih baik.
Cibodas, Desember 2012 Penyusun
Usep Suparman (National Consultant)
Syarif Abdulkarim, Dandang Mulyadi, Rudi Zulkarnain (Tim Kerja)
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR GAMBAR iv DAFTAR TABEL vI.
P
ENDAHULUAN ……… 1 1.1. LATAR BELAKANG ………... 11.2. PERENCANAAN PENGELOLAAN CAGAR BIOSFER CIBODAS ……….. 1
1.3. RENCANA AKSI PENGELOLAAN CAGAR BIOSFER CIBODAS ………... 1
1.4. PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM BERBASISKAN MASYARAKAT …. 3 1.5. ORGANISASI PENGELOLA ……… 4
1.6. MAKSUD DAN TUJUAN ………. 4
II.
POTRET CAGAR BIOSFER CIBODAS ………..
62.1. PENGUMPULAN INFORMASI DASAR ……….. 6
2.1.1. PENDAHULUAN ……….. 6
2.1.2. PEDEKATAN “DEVELOPMENT PATWAY” ………... 7
2.2. LETAK GEOGRAFIS ………. 10
2.3. IKLIM ………... 10
2.4. KEMAMPUAN RESAPAN AIR ……….. 11
2.5. KEKAYAAN FLORA DAN FAUNA ……….. 12
2.6. KONDISI HIDROLOGIS ………... 13
2.7. KONDISI TOPOGRAFI ………. 13
2.8. PENDUDUK ………... 14
2.9. SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT ………. 14
2.10.PANORAMA ……….. 14
2.11.BUDAYA DAN WISATA ………. 14
2.12. SARANA DAN PRASARANA …..……… 15
2.13. SUMBER AIR DAN SISTEM SUNGAI ……… 15
III.
METODOLOGI KERJA ………..
163.1. METODE KEGIATAN ……….. 16
3.1.1. TAHAPAN PERTAMA: PERSIAPAN ……….. 16
3.1.2. TAHAPAN KEDUA: PEMILIHAN PERWAKILAN PARAPIHAK ……. 16
3.1.3. TAHAPAN KETIGA: FASILITASI PROSES ………. 17
3.1.4. TAHAPAN KEEMPAT: PROSES PENYUSUNAN ………. 17
3.2. PESERTA ………. 22
3.3. WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN ……… 22
3.4. KELOMPOK TARGET DAN TARGET SPESIFIK ………. 22
IV.
RENCANA UMUM PENGELOLAAN CAGAR BIOSFER CIBODAS ….
244.1.GAMBARAN UMUM ……… 24
4.2.VISI PENGELOLAAN ………. 24
4.3.MISI PENGELOLAAN ……… 24
4.4.ANALISA ANCAMAN ……… 25
4.5.RENCANA UMUM PENGELOLAAN ………... 27
4.5.1. SUMBER AIR ………. 28
4.5.2. LAHAN KRITIS ……….. 29
4.5.3. KONSERVASI FAUNA DAN FLORA ………. 30
4.5.4. HUTAN ……… 30
4.5.5. WISATA ALAM ………. 32
V.
S
TRATEGI DANR
ENCANAA
KSIP
ENGELOLAANC
AGARB
IOSFERC
IBODAS ……….. 335.1.GAMBARAN UMUM ………. 33
5.2.KONSEP PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI DAERAH PENYANGGA …….. 34
5.3.MODEL PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT BERBASISKAN BUKAN LAHAN ………. 35
5.4.ZONA/DAERAH PENYANGGA ……… 35
5.5.MASYARAKAT ZONA/DAERAH PENYANGGA DAN MASA DEPANNYA ……. 35
5.6.IMPIAN MASA DEPAN CAGAR BIOSFER CIBODAS ……….. 36
5.7.TANTANGAN PENGELOLAAN CAGAR BIOSFER CIBODAS DI MASA DEPAN 37 5.8.CAGAR BIOSFER CIBODAS DALAM RENCANA JANGKA MENENGAH DESA 38 5.9.MEMBANGUN KERJASAMA PARA PIHAK DALAM PENGELOLAAN CAGAR BIOSFER CIBODAS ……… 39
5.10. PARAMITRA ………... 40
5.11. MEMBANGUN RASA BANGGA CAGAR BIOSFER CIBODAS ………….. 40
VI.
K
ERANGKAK
EBIJAKAN ……… 416.1.KEBIJAKAN STRATEGIS PEMERINTAH DAERAH DALAM MEMBANGUN PENGELOLAAN CAGAR BIOSFER CIBODAS …..………. 41
6.2.KEGIATAN KONSERVASI: ANTARA KEWENANGAN DAERAH DAN MASYARAKAT ……….………….. 42
6.3.KEBIJAKAN STRATEGIS & RENCAN AKSI ……….. 44
6.3.1. ZONASI WILAYAH HUTAN ……… 44
6.3.2. PERLINDUNGAN SUMBER DAYA ……… 45
6.3.3. PENGELOLAAN WISATA ……… 45
6.3.4. PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR ………. 46
6.3.5. PEMELIHARAAN KAWASAN ZONA INTI ……… 47
6.3.6. PENGAWASAN ……….. 48
VII.
I
MPLEMENTASIA
RAHANP
ROGRAM ……….. 497.1. ARAHAN PROGRAM ………. 49
D
AFTAR
G
AMBAR
Gambar 1.
Tingkat resapan air di Cagar Biosfer Cibodas 11
Gambar 2.
Langkah penyusunan rencana aksi 18
Gambar 3.
Beberapa ancaman terhadap keberadaan Cagar Biosfer Cibodas 20
D
AFTAR
T
ABEL
Tabel 1.
Contoh penerapan development patways 7
Tabel 2.
Tujuh belas kelompok target 22
Table 3.
Ranking sumber ancaman bagi “Kelompok Target” Cagar Biosfer Cibodas 25
Tabel 4.
Program umum pengelolaan sumber air, tujuan, rencana aksi, lokasi & mitra 28
Tabel 5.
Program umum pengelolaan lahan kritis, tujuan, rencana aksi, lokasi & mitra 29
Tabel 6.
Program umum konservasi fauna & flora, tujuan, rencana aksi, lokasi & mitra 30
Tabel 7.
Program umum pengelolaan hutan, tujuan, rencana aksi, lokasi & mitra 31
Tabel 8.
Program umum pengelolaan wisata, tujuan, rencana aksi, lokasi & mitra 32
Tabel 9.
Program aksi kawasan terbatas 50
Tabel 10.
Program aksi penelitian dan pemantauan keanekaragaman hayati 51
Tabel 11.
Program aksi ekoturisme, wisata budaya dan religi 51
Tabel 12.
Program aksi pendidikan konservasi 52
Table 13.
Program aksi pengendalian melalui pemanfaatan HHBK IAS 52
Tabel 14.
Program aksi pemanfaatan jasa ekosistem 53
Tabel 15.
Program aksi restorasi 53
Tabel 16.
Program aksi ekoturisme dan turisme berbasis alam 54
Tabel 17.
Program aksi pendidikan lingkungan 54
Tabel 18.
Program aksi pertanian/peternakan berkelanjutan 55
Tabel 19.
Program aksi perkebunan ramah lingkungan 55
Tabel 20.
Program aksi ekonomi berkelanjutan 56
Tabel 21.
Program aksi cagar budaya 56
Tabel 22.
Program aksi industry ramah lingkungan 57
Tabel 23.
Program aksi pemukiman ramah lingkungan 57
LAMPIRAN-LAMPIRAN 59
KESIMPULAN 153
National Consultant Final Report Halaman - 1
1.
P
ENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Cagar Biosfer merupakan tempat hidupnya flora, fauna dan mikroba dunia sehingga sumber daya tersebut dapat lestari di masa sekarang dan bagi generasi mendatang. Cagar Biosfer adalah salah satu program Man and the Biopshere (MAB) yang bernaung dibawah UNESCO (United Nations, Scientific, and Culture) dengan misi utamanya untuk mempromosikan dan mendemostrasikan keseimbangan hubungan antara manusia dan alam dengan pendekatan ekosistem di kawasan Cagar Biosfer dan kawasan yang mirip dengannya. Program MAB mendorong penelitian antar disiplin, mendemostrasikan pembangunan berkelanjutan, dan melaksanakan pelatihan pengelolaan sumberdaya alam secara lestari, serta mendorong pengambilan kebijakan pemanfaatan keanekaragaman hayati secara bijaksana. Jaringan MAB saat ini terdiri dari 440 Cagar Biosfer yang tersebar di 97 negara.
Pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas sangat berpengaruh tidak saja bagi pengelolaan sumber daya alam sekitar kawasan konservasi, juga bagi masyarakat sepanjang daerah penyangga dan daerah transisi termasuk masyarakat kabupaten/kota yang ada disekitarnya. Pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas tidak sebatas pengelolaan keanakeragaman hayati, namun perlu memperhatikan aspek sosial, ekonomi masyarakat disekitarnya secara baik dan komprehensif, dari fakta di lapangan agar dapat dicarikan solusi pemecahan masalah secara efektif dan efisien waktu.
1.2.
PERENCANAAN PENGELOLAAN CAGAR BIOSFER CIBODAS
Maksud dari proses pembuatan strategi dan rencana aksi di tingkat wilayah yaitu agar rencana aksi lebih fokus dan dapat di implementasikan di tingkat kabupaten atau beberapa desa dengan dukungan dan arahan kelompok multipihak. Dalam proses perencanaan ini melihat keterkaitan antara kegiatan pelestarian keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan oleh masyarakat daerah penyangga dengan masyarakat area transisi agar saling mendukung satu sama lain.
Proses pembuatan rencana pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas yang terpadu tidak perlu terlalu luas untuk mempermudah koordinasi dan kerjasama namun demikian, proses perencanaan skala desa percontohan ini diharapkan bisa diperluas ke tingkat desa lainnya.
Perencanaan di beberapa desa dalam satu pengelolaan memiliki tujuan dan ancaman pengelolaan yang berbeda dan kompleks, antara lain sistem pertanian, termasuk ekologi, budaya dan keterkaitan sejarah. Dan juga secara ekologi, hubungan hulu-hilir terlihat jelas di tingkat desa penyangga dibandingkan di tingkat area transisi. Kegiatan konservasi di daerah penyangga dalam jangka panjang dampaknya juga dapat dirasakan dibagian area transisi.
National Consultant Final Report Halaman - 2
1.3.
RENCANA AKSI PENGELOLAAN CAGAR BIOSFER CIBODAS
Penunjukan luas Cagar Biosfer Cibodas dengan area inti Gunung Gede Pangrango seluas 114,779 Ha (UNESCO, Tahun 1977) yang di bagi menjadi tiga zona, yaitu Zona Inti (21,975 Ha), Daerah Penyangga (12,700 Ha), dan Area Transisi (80,104 Ha), adalah tidak mungkin membuat perencanaan kegiatan pengelolaan di setiap tempat sepanjang Cagar Biosfer atau untuk semua sumberdaya alam. Dengan demikian, perlu menjabarkan fokus pengelolaan menjadi kelompok tujuan atau target sebagai titik masuk untuk mendesain pengelolaan. Sebagai contoh, apabila terdapat berbagai tipe lahan di sebuah daerah penyangga maka lebih mudah untuk mengidentifikasi tipe yang spesifik. Lahan kritis atau lahan konservasi merupakan contoh tipe yang berbeda dengan berbagai keunikan ancaman dan solusinya.
Hal ini juga dimungkinkan memetakan kawasan ini dengan tata ruang yang lebih tajam untuk memprioritaskan kegiatan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan dilapangan. Sebagai sebuah pendekatan yang sudah digunakan secara luas saat ini dan merujuk pada sebuah “ management by objectives or
target.” Pendekatan ini juga berorientasi pada hasil dan keluaran. Langkah-langkah yang disepakati adalah sebagai berikut:
a. Memformulasikan target yang jelas
b. Mengembangkan rencana yang realistis untuk konservasi target (termasuk melakukan analisis ancaman)
c. Melakukan monitoring dan pengukuran ancaman dan pencapaian target d. Perbaikan aksi untuk mencapai hasil-hasil yang direncanakan
Perencanaan konservasi keanakeragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan perlu mempertimbangkan perencanaan yang pernah dibuat oleh pemerintah. Misalnya terkait lahan kritis dan program rehabilitasi lahan sebagai pertimbangan bagi pengelolaan lahan dan perlindungan kawasan konservasi. Kegiatan utama dalam upaya rehabilitasi adalah menanam pohon yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar, menyeimbangkan antara fungsi hutan dan kebutuhan ekonomi masyarakat. Departemen Kehutanan telah meluncurkan program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL), Rehabilitasi Hutan dan Lahan Partisipatif (RHLP) dan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) selama lebih 10 tahun, gerakan. Program rehabilitasi lebih diutamakan pada lahan yang terdegradasi. Dua pertiga program pada daerah yang berpohon kecil dan tumbuhan bawah, daerah terbuka, lahan pertanian kering campuran dengan tumbuhan bawah (Penutapan Lahan Kelas I). Dua pertiga program akan ditekankan pada hutan sekunder kurang, hutan rawa sekunder, hutan mangrove sekunder (Penutupan Lahan Kelas II) hal tersebut akan merefleksikan program perbaikan DAS dan jasa lingkungan serta penyedian kayu komersial. Rhee dkk (2004) menyimpulkan bahwa “ Program rehabilitasi hutan negara dan DAS merupakan kagiatan yang luar biasa, tetapi tidak dalam rangka perlindungan keanekaragaman hayati dan melihat manfaat dari perlindungan tersebut.
National Consultant Final Report Halaman - 3
Dengan memfokuskan pada hutan yang terdegradasi, terutama pada hutan dataran tinggi, program akan membantu melindungi dan dungsi-fungsi konservasi, membantu perlindungan daerah habitat dan fungsi ekosistem yang dipengaruhi oleh konservasi keanekaragaman hayati. Secara relatif, program tersebut akan lebih terpusat di dalam wilayah hutan produksi sementara kerusakan terdapat diluar wilayah hutan tersebut. Prioritas penting dalam pengembangan perencanaan pengelolaan Cagar Biosfer melalui konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan dapat dibuat secepatnya dan dilaksanakan di tingkat desa penyangga dan kelompok desa atau seluruh wilayah Cagar Biosfer Cibodas. Hal penting dalam pengembangan perencanaan aksi, perlu dilakukan secara cepat. Diawali dengan memberikan otoritas pada rencana aksi yang dapat didanai oleh sumber desa dengan tambahan sedikit dana dan mayoritas kegiatan dapat dilakukan oleh penduduk.
1.4.
PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM BERBASISKAN MASYARAKAT
IUCN (1977) menyebutkan bahwa ide dasar pengelolaan kolaboratif adalah kemitraan diantara institusi pemerintah, masyarakat lokal dan pengguna, institusi non pemerintah dan parapihak lain untuk bernegosiasi dan menentukan kerangka logis bagi pemegang kebijakan dan tanggungjawab pengelolaan daerah tertentu atau sumberdaya. Di Indonesia, co-management diterapkan di Taman Nasional (TN) Bunaken, TN Kutai, TN Komodo dan Gunung Ciremai atau TN Meru Betiri . Sekarang sedang diuji coba di TN Kayan Mentarang. Belum ada laporan hasil evaluasi penerapan selama ini. Saat ini, terdapat perkembangan menggembirakan dan penerapan co-management di kawasan lindung (Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam) dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.19/Menhut-II/2004.
Antara 1980 dan awal 1990-an, paradigma pengelolaan sumberdaya alam di negara berkembang membutuhkan pelibatan partisipatif masyarakat yang lebih luas (Pengelolaan Sumberdaya Alam berbasis Masyarakat/CBFM). CBFM menekankan perlunya pelibatan masyarakat dalam proses penentuan kebijakan pengelolaan kawasan konservasi (Adams dan Hulme 2001). Inisiatif konservasi oleh masyarakat termasuk konservasi berbasis masyarakat, pengelolaan kehidupan lain yang berbasis masyarakat, co-management, CBFM dan konservsi dan program-program pembangunan yang terintegrasi (Barrow and Murphree 2001).
Hutton, dkk (2005) melalui kajian literatur CBNRM yang intensif, termasuk di Indonesia dan Afrika, menyebutkan kesalahan dalam penerapan CBNRM dikarenakan karena kurangnya kemampuan dalam merencanakan, pelaksanaan dan kurangnya kontrol dari masyarakat terhadap kegiatan proyek. Juga disebutkan bahwa program konservasi berkaitan dengan kebutuhan SDA, dorongan kebutuhan setempat terhadap SDA, situasi memburuk jika demokrasi tidak berjalan dan mengalami persoalan politik. “Proses legitimasi kebijakan yang dibangun masyarakat sangat baik dalam rangka
National Consultant Final Report Halaman - 4 Kotak 1. Tahapan Pokok untuk Mengembangkan Rencana Aksi
Pengelolaan
• Pemilihan target pengelolaan • Identifikasi ancaman yang berat • Identifikasi sumber ancaman • Analisa situasi
• Pilihan solusi menurunkan ancaman
• Analisa para pihak
• Menyusun rencana aksi prioritas sesuai kebutuhan
• Implementasi rencana aksi • Target perbaikan
Proses perencanaan saat ini didasarkan pada dua kegiatan CBNRM, yaitu partisipasi masyarakat (stakeholder) dalam pembangunan rencana aksi pengelolaan konservasi dan peran-peran yang jelas bagi masyarakat.
Penyusunan rencana aksi pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas dimaksudkan untuk mengakomodir berbagai pemikiran strategis dari parapihak (stakeholders) yang secara bersama-sama (partisipatif) diharapkan dapat mengkonsolidasikan dirinya, termasuk lembaga-lembaga terkait, sehingga fungsi kawasan konservasi dapat benar-benar maksimal, bukan sebaliknya menimbulkan bencana dimana-mana.
1.5.
ORGANISASI PENGELOLA
Forum Koordinasi dan Komunikasi Pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas yang sudah di bentuk berdasarkan SK Gubernur Jawa Barat No. 522.51/Kep.157-BKPPW I/2010 tanggal 21 Januari 2010 yang bertujuan untuk mengakomodasikan berbagai inisiatif dan perencanaan dari multipihak dalam melakukan upaya perlindungan keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan di kawasan Cagar Biosfer Cibodas.
Tersusunnya strategi dan rencana aksi, mesti dilengkapi organisasi pengelola untuk menjamin skenario pengelola yang adaptif. Dalam jangka pendek, keseluruhan investigasi dan supervisi rencana aksi dilakukan pada setiap target. Hal ini akan melibatkan secara aktif dalam mendapatkan pendanaan, pendampingan untuk perkembangan pelaksanaan rencana, dan melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan untuk menjamin indikator keberhasilan yang diraih. Mandat dari pengelolaan organisasi akan membutuhkan berkaitan dengan struktur termasuk pimpinan administrasi, seksi-seksi yang terkait keuangan, penasehat teknis, dan monitoring dan evaluasi. Juga diantisipasi bahwa perencanaan kelompok multipihak akan diselesaikan proses perencanaan, membangun kelompok pengelola Cagar Biosfer Cibodas formal atau forum tuntuk menjalankan fungsi-fungsi yang disebutkan di atas.
1.6.
MAKSUD DAN TUJUAN
Proses penyusunan dan rekomendasi yang dirumuskan dalam rencana aksi pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas dimaksudkan untuk membangun kesepahaman tentang pentingnya konservasi keanekaragaman hayati dan strategi pembangunan berkelanjutan yang efektif agar fungsi Cagar Biosfer dapat berjalan sebagaimana mestinya. Tujuan yang ingin dicapai dari proses penyusunan rencana aksi pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas adalah :
a. Membangun kesepahaman mengenai konsep pengelolaaan Cagar Biosfer Cibodas secara kolaboratif.
b. Menemukan persoalan inti (target strategis) persoalan utama yang ditemui dan dihadapi,
National Consultant Final Report Halaman - 5
termasuk mengenali berbagai potensi yang bisa digunakan untuk penyusunan rencana pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas berbasis para pihak.
c. Penyusunan rencana aksi, termasuk rencana aksi strategis jangka pendek secara partisipatif termasuk indikator yang sesuai agar dapat dilakukan monitoring dan evaluasi bagi keberhasilan pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas dan stakeholders yang akan terlibat.
d. Mengaktifkan kelembagaan multipihak yang dapat membantu proses pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas, secara koordinatif dan kolaboratif.
e. Membumikan konsep Cagar Biosfer Cibodas dalam praktek pengelolaan landskap ekosistem dan SDA yang ada di dalamnya dan menjadikan Cagar Biosfer Cibodas sebagai Learning Laboratory dan Model for Sustainable Development.
Multipihak harus terkait langsung dalam pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas dan mestinya terlibat dalam perencanaan pengelolaan dan implementasi proses. Ketika seleksi stakeholders, tidak semua masyarakat dapat terlibat karena jumlah yang efektif untuk terlibat diskusi efektif. Pelaksanaan perencanaan pengelolaan tergantung pada beragam faktor, seperti keterkaitan sungai, tipe penggunaan tanah, pelaksanaan sistem pertanian dan pemasaran, topography, budaya dan kepercayaan, dan hubungan sejarah. Selain keterwakilan desa, juga perwakilan pemerintah, bisnis dan lain-lain yang beroperasi di tingkat Cagar Biosfer Cibodas perlu dilibatkan.
National Consultant Final Report Halaman - 6
II.
P
OTRET
C
AGAR
B
IOSFER
C
IBODAS
2.1
P
ENGUMPULAN
I
NFORMASI
D
ASAR
2.1.1
PENDAHULUAN
Informasi yang dibutuhkan untuk proses pengelolaan ini tidak perlu detail dan menyeluruh tapi harus fokus agar dapat mengarahkan parapihak memilih target pengelolaan dan menemukan solusi pengelolaan yang adaptif untuk mengurangi ancaman pada target-target yang terpilih.
Informasi, laporan atau data-data penting dikumpulkan oleh tim kerja. Sebagai tambahan juga dibutuhkan satu set peta topografi yang menjelaskan jalan, sungai, mata air, topografi, tutupan lahan, vegetasi, pemanfaatan lahan, sebaran kampung/dusun, DAS dan Sub DAS. Beberapa peta tersebut juga digabungkan dan diinterpretasikan sesuai kebutuhan.
Para pakar dari tiga bidang utama diberikan kesempatan untuk memberikan arahan dalam workshop multipihak, sebagai bahan masukan untuk penyusunan perencanaan pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas. Bidang Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Pembangunan Berklanjutan.
Beberapa anggota masyarakat dilatih untuk melakukan kajian pedesaan partisipatif kemudian melakukan penilaian kondisi sumber daya alam, sumber daya manusia, ancaman dan kondisi ideal yang diharapkan. Dari kegiatan tersebut tergambarkan kondisi fisik, sosial-ekonomi-budaya, pola penggunaan lahan, kondisi fisik aliran sungai, mata air, mata pencaharian, ancaman, kesehatan. Kegiatan penilaian dari 3 desa percontohan di daerah penyangga mengindikasikan masyarakat tertarik pada isu-isu air dan tanah.
Anggota masyarakat yang sudah terlatih dari perwakilan masing-masing kedusunan yang terpilih melakukan transek di sepanjang zona transisi hingga zona penyangga termasuk area inti mulai dari hilir hingga kawasan konservasi dibagian hulu. Transek dilakukan sepanjang batas wilayah desa target. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk menggali masalah, memetakan kondisi masyarakat, anak-anak sungai, mata air, lahan, cek lapangan hasil peta-peta spatial, analisa sebab akibat juga bisa memahami siapa saja pihak yang akan dilibatkan dalam proses perencanaan.
Hasil dari kegiatan ini berupa peta masalah, pemahaman masyarakat terhadap hubungan hulu dan hilir mulai terbangun, strategi atau solusi yang diusulkan adalah berdasarkan fakta dan bisa dilakukan baik oleh masyarakat secara swadaya maupun dukungan pihak lainnya. Hasil lainnya adalah masyarakat menyadari akan keterhubungan desa satu dan desa lainnya. Hasil kegiatan ini menjadi bahan dasar dalam pengembangan “development pathways approach” atau perencanaan tata ruang terpadu yang akan dipromosikan oleh Forum Koordinasi dan Komunikasi Pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas.
National Consultant Final Report Halaman - 7
2.1.2
PENDEKATAN “
D
EVELOPMENTP
ATHWAYS”Sebagai tambahan, pendekatan Development Pathways menyertakan rencana tata ruang di uji cobakan di bagian hulu (zona penyangga). Pendekatan ini merupakan pendekatan yang fleksibel dan berorientasi tujuan untuk merencanakan intervensi pengelolaan dan memilih peta tata ruang untuk tujuan spesifik pengelolaan. Dalam pelatihan selama lima hari yang dilakukan di desa percontohan (pilot project) i pada Februari 2012. Gambar 1 menunjukkan peta penggunaan lahan yang partisipatif masyarakat desa zona penyangga. Tim Fasilitator menggunakan sketsa peta yang dibuat petani selama kegiatan PRA (Participatory Rural Appraisal) untuk mengidentifikasi tanda kegiatan-kegiatan penting dan batas-batas. Mereka ke lapangan bersama masyarakat setempat. Satu temuan penting, pihak pemilik lahan telah merubah tata guna lahan yang awalnya diperuntukan sebagai lahan hijau dan resapan air berubah menjadi lahan ladang pertanian yang gersang dan kurang adanya tutupan lahan sehingga banyak mengakibatkan banjir dikala musim hujan dan kelangkaan air dikala musim kemarau. Perkebunan sayur pada lahan yang miring tidak menggunakan terasering sering dijumpai pada pengelola lahan di areal ini.
Tabel 1: Contoh penerapan development pathway hasil diskusi kelompok tani di tiga desa percontohan pengelolaan CBC di zona/daerah penyangga
Objective Assess/evaluate Analyze/diagnose Decisions/plans Results
Tujuan Informasi yg perlu di gali atau dicari
Analisa (kriteria lokasi atau
sasaran)
Strategi /tindakan yang perlu dilakukan Hasil akhir yg diharapkan Memperbaiki Sempadan sungai Ruang lingkup : Sepanjang Subdas • Lokasi lahan kritis di sempadan sungai • Panjang dan lebar sempadan sungai yang kritis. • Jenis pohon yg cocok untuk sempadan sungai • Kemiringan lahan sempadan yang kritis • Tutupan lahan sempadan • Kepemilikan lahan sempadan • Kemiringan > 50% • Tutupan lahan < 50% • Milik umum/milik desa • Dari pinggir sungai jarak + 10 M • Pohon-pohon yang bisa menahan longsor Penanaman pohon di sepanjang sempadan sungai dg pepohonan yang bisa menahan longsor, dan cepat tumbuh.
Melakukan penyadaran masyarakat untuk tidak menebang pohon di sepanjang sempadan. Tidak terjadi longsor sempadan sungai Bisa memperbaiki sempadan sungan cikundul (50% dari panjang sempadan yang rusak), dalam jangka waktu 3 tahun.
National Consultant Final Report Halaman - 8
Mengurangi perbedaan debit air pada musim hujan dan musim kemarau Ruang lingkup : Sepanjang DAS • Lokasi lahan kritis di sekitar DTA yang perlu ditanami pepohonan • Luas areal kritis • Kemiringan lahan kritis • Anak sungai mana yg lebih kritis • Kepemilikan lahan kritis • Penutupan lahan kritis
• Blok lahan kritis dg Luas minimal 1000 M2
• Kemiringan >30 % • Anak sungai yang
fluk tuasi debit airnya tinggi dan paling keruh dimusim hujan • Kepemilikan masyarakat setempat • Penutupan lahan <30 % Penanaman pohon di kawasan hulu hilir dengan pohon yang banyak menyimpan air; bambu, aren, beringin, pinang, dll • Debit air stabil • Di hulu 1 : 10 • Tengah 1 : 25 • Hilir 1 : 50 Mengurangi pencemaran sungai dari sampah domestik sepanjang DAS • Jumlah KK : o Yang mempunyai sampah o Yang membuang sampah ke sungai o Yang sudah mengelola • Lokasi timbunan sampah • Jenis-jenis sampah • Timbunan sampah minimal 2 M²/hari • Jumlah KK minimal 40 KK yang membuang sampah ke kali (kampung pinggiran sungai yang besar) • Sampah an organik minimal 25% • Penyadaran masyarakat tentang bahaya membuang sampah ke sungai • Pelatihan tentang pengelolaan sampah yang menguntungkan Berkurangnya pembuangan samaph ke sungai sampai 20 % dari jumlah KK yang membuang sampah ke sungai jangka waktu 3 tahun Memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih Ruang lingkup: Desa-desa sepanjang DAS • Jumlah penduduk belum mengkonsumsi air bersih • Jumlah sumber
air bersih dan debir air • Lokasi antara
jarak mata air ke pemukiman • Kondisi sekitar
sumber air bersih
• Kampung-kampung Yang jml kk nya belum menggunakan air bersih > 50 % • Mata air yg debit
air minimal 20 L / detik
• Jarak mta air paling dekat dengan pemukiman • Penutupan > 50 %
(penutupan lahan disekitar mata air)
• Penyadaran tentang air bersih • Memperluas dan memperbaiki jaringan pendistribusian air bersih Peningkatan masyarakat dalam mengkonsumsi air bersih 25 % dari jumlah kk yang belum mendapat air bersih Mengurangi penebangan pohon di DTA dan sempadan sungai Lingkup : • Jumlah penduduk pengguna media: radio, TV, koran, dll • Waktu senggang dan pola penggunaan waktu di masyarakat • Peta lokasi yang
bisa ditanami Kalindra dan Lamtoro • Jumlah • Media yang paling banyak dipakai oleh penduduk • Acara yang papling disukai • Lamanya waktu mendengarkan radio • Tutupan lahan di bawah 50 % • Pengguna kayu bakar 40 % • Kapasitas kayu
bakar per minggu
• Kampanye penyadaran
pentingnya pohon di DTA dan sempadan sungai • Menggalakan penanaman Kaliandra sebagai kayu bakar • Mengadakan semiloka dengan semua ulama-ulama sepanjang Sub- DAS tentang Berkurangnya penebangan pohon di DTA dan sempadan sungai sampai 90 %
National Consultant Final Report Halaman - 9 Desa-Desa di sekitar sub DAS pengguna kayu bakar • Data kiyai sepanjang DAS • Jumlah pengajian sepanjang DAS • Kiyai lokal/nasional • Yang mempunyai wawasan • Jadwal pengajian “HABLUMINALLA H” (keluarnya bahan khutbah dan pengajian) • Data aparatur pemerintah desa • 3 (tiga) unsur pemerintahan desa: o BPD o LPM o Perangkat Desa o Tokoh masyarakat yang peduli dan tokoh pemuda • Lokakarya
pemerintah desa dan tokoh masyarakat untuk membahas “REPERDES” tentang perlindungan Memperkuat jaringan Sub DAS • Tempat pertemuan • Waktu pertemuan • Cara menyebarkan undangan • Lokasi PRA o Waktu o Siapa o Dimana o Kenapa • Lokasi persemaian • Luas lahan • Jenis tanaman • Siapa • Perizinan (lokasi dan acara) • Panjang, luas sempadan, debit maksimal dan minimal • Peta Sub DAS
Bentuk organisasi • Mudah dijangkau/strateg is, bergulir • Minggu pertama • JRK/surat • Desa yang mendesak untuk di PRA • Lokasi persemaian di tiap anggota • Perizinan diurus sendiri • Informasi dan penyuluhan sebagai selingan • Yang menjadi penyiar adalah pengurus • Diprioritaskan
yang belum ada datanya • Presidium • Jadwal rutin pertemuan • Mengadakan PRA bersama • Ada pembibitan bersama • Membuat jaringan radio komunitas Sub DAS • Melengkapi data-data Sub DAS • Adanya kegiatan bersama hulu dan hilir • Adanya pusat informasi jaringan Sub DAS l • Adanya kelembagaa n jaringan yang kuat
National Consultant Final Report Halaman - 10
2.2.
L
ETAK
G
EOGRAFIS
Cagar Biosfer Cibodas didefinisikan sebagai Suatu Kawasan daratan yang dibatasi oleh batas luar adalah jalan raya antara Ciawi-Sukabumi-Cianjur-Puncak-Ciawi. Jalan raya yang beraspal ini dapat menjadi batas area transisi, namun tidak menutup kemungkinan adanya perluasan batasan area transisi sampai pada bagian titik hilirnya, misalnya muara sungai di laut. Batas yang jelas lainnya adalah area inti (Taman Nasional Gunung Gede Pangrango) yang telah di tapal batas, namun batasan zona penyangga saat ini ditentukan oleh batas administrasi desa namun dibatasi oleh punggungan atau sungai lainnya.
Cagar Biosfer Cibodas terletak di tiga Kabupaten, yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi yang terdiri dari 56 desa zona penyangga dan 89 desa area transisi.
Sebagian besar kawasan Cagar Biosfer Cibodas adalah hutan hujan pengunungan dan pada wilayah penyanga merupakan wilayah pemanfaatan dan pemukiman penduduk.. Secara geografis kawasan Cagar Biosfer Cibodas terletak pada 106051‟ –
107002‟ BT dan 6041‟ – 6051‟ LS.
Kawasan Cagar Biosfer Cibodas juga merupakan suatu kawasan yang amat penting dalam fungsi hidrologis bagi masyarakat yang tinggal disekitarnya. Kawasan ini juga menjadi bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) yang amat penting dan merupakan daerah tangkapan air bagi sungai Ciliwung, Citarum, Cimandiri, dan Cisadane.
2.3.
I
KLIM
Tipe iklim di kawasan Cagar Biosfer Cibodas termasuk Tipe A (Nilai Q = 5 – 9%). Curah hujan yang tinggi dengan curah hujan tahunan rata-rata berkisar antara 3.000 mm/tahun - 4.200 mm/tahun, menyebakan kawasan ini merupakan salah satu daerah terbasah di Pulau Jawa. Hujan (presipitasi) merupakan input utama hidrologis dari suatu daerah aliran sungai.
Suhu udara rata-rata di puncak zona inti (puncak gunung Gede dan Pangrango) pada siang hari berkisar 10oC dan di daerah penyangga berkisar 18oC. Pada malam
hari suhu udara di puncak Gunung Gede dan Gunung Pangrango berkisar 5oC.
Namun pada musim kering/kemarau suhu udara di puncak Gunung Gede maupun di puncak Gunung Pangrango bisa mencapai 0oC.
Kelembaban udara tinggi yakni sekitar 80-90%, sehingga memungkinkan tumbuhannya jenis-jenis lumut pda batang, ranting dan dedaunan pepohohonan yang ada. Pada hutan pegunungan yang berada antara 1.500 dan 2.000 m dpl kelembaban yang tinggi menyebabkan aktifitas ’biologi’ dan pelapukan kimiawi sehingga terbentuk tanah yang khas ’peaty soil.’
National Consultant Final Report Halaman - 11
Secara umum , angin bertiup di kawasan ini merupakan angin Muson yang berubah arah menurut musim. Pada musim penghujan, terutama pada bulan Desember-Maret, angin bertiup dari arah Barat Daya dengan kecepatan cukup tinggi dan seringkali mengakibatkan kerusakan hutan. Di sepanjang musim kemarau, angin bertiup dari arah Timur dengan kecepatan rendah.
2.4.
K
EMAMPUAN
R
ESAPAN
A
IR
Jenis-jenis batuan di Cagar Biosfer Cibodas terdiri dari jenis batuan vulkanik, lereng lahar, breksi, tufa dan semakin ke hilir semakin membentuk batuan aluvial dari bekas vulkanik tua yang semakin padat. Peta berikut menunjukkan kemampuan daya infiltrasi air ke dalam batuan berdasarkan jenis batuan berbeda. Tanpa memperrhitungkan adanya vegetasi, maka daerah hulu (area inti Gunung Gede Pangrango) merupakan daerah resapan air yang paling tinggi, dibagian tengah resapan tinggi, dan sedang, semakin ke hilir semakin rendah.
Kondisi ini akan mempengaruhi ketersediaan air tanah terutama air tanah dalam yang saat ini sudah banyak dieksploitasi oleh berbagai pihak. Dengan menjaga wilayah ini dan menambah tutupan vegetasi, diharapkan daerah resapan air akan mampu menyimpan sebanyak mungkin butir-butir air dan mencegah terjadinya evaporasi dan aliran permukaan (run off) yang berlebihan.
Gambar 1. Tingkat resapan air di Cagar Biosfer Cibodas
National Consultant Final Report Halaman - 12
2.5.
K
EKAYAAN
F
LORA DAN
F
AUNA
Selain air bersih, keberadaan Cagar Biosfer Cibodas juga menyimpan berbagai kekayaan keanekaragaman hayati bernilai konservasi tinggi, diantaranya 25 jenis Reptilia, 20 jenis ampibi, 8 jenis mamalia, dan 4 jenis primata. Selain itu terdapat berbagai jenis burung dan serangga, salah satunya adalah burung yang menjadi lambang negara kita yaitu Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) atau atau burung Garuda, saat ini keberadaan Elang Jawa sudah terancam1. Jenis lain yang juga terancam
adalah Karnivora besar seperti Macan Kumbang (Panthera pardus) dan jenis-jenis primata yaitu Owa Jawa (Hylobates moloch), juga species yang dilindungi undang-undang seperti Surili (Presbytis commata), dan Lutung abu-abu (Tracchypithecus
auratus.a).
Selain Satwa atau fauna, terdapat berbagai kekayaan flora diantaranya 150 species tanaman berbunga, 20 species lumut, dan 30 species tumbuhan obat, juga terdapat beberap jenis kantung semar (Nephentes.sp) untuk keragaman species tentu saja membutuhkan cukup banyak waktu untuk dapat mengidentifikasikan semua jenis.
2.6.
K
ONDISI
H
IDROLOGI
Merujuk Peta Hidro-geologi Indonesia Skla 1: 250.000 (Direktorat Geologi Tata Lingkungan, 1986), kawasan Cagar Biosfer Cibodas (area inti Gunung Gede Pangrango) terdiri dari akuifer daerah air tanah langka, sampai dengan akuifer produktif kelas sedang dengan sebaraan yang luas. Akuifer prosuktif ini memiliki keterusaan yang sangat beragam. Air tanah umumnya tidak tertekan dengan debit air + 5 liter/detik. Daerah paling produktif kandungan sumber air tanahnya adalah daerah kaki Gunung Gede, yaitu daerah Cibadak-Sukabumi dengan mutu yang memenuhi persyarakatan untuk air minum. Aliran ini juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan pertanian dan industri. Akuifer terpenting di daerah ini adalah bahan lepas hasil produk gunung berapi seperti tufa pasiran, lahar maupun l;ava vesikuler.
Secara berangsur, produktifitas akuifer di daerah lereng Gunung Gede makin membesar ke arah kaki gunungnya. Hal ini disebabkan oleh aliran air tanah dari daerah puncak bergerak secara alami ke arah kaki gunung, disamping oleh tahanan batuan sedimen terlipat yang lebih tuan di daerah Sukabumi yang bertindak sebagai penghalang aliran air tanah.
National Consultant Final Report Halaman - 13
Keadaan sungai-sungai yang berada di dalam kawasan TNGGP secara umum berbentuk pola radial. Sebagaimana halnya di daerah rangkaian pegunungan, sungai-sungai tersebut memisahkan punggung-punggung bukit dan membentuk sungai yang lebih lebar di daerah bawah. Dikaitkan dengan curah hujan tahunan yang tinggi, maka sebagian besar sungai-sungai di dalam kawasan ini merupakan sungai abadi dengan mata air yang mempunyai debit rata-rata lebih kecil dari 10 liter per detik.
Hanya sungai-sungai di lerang Selatan Gunung Gede dan Gunung Pangrango yang bersatu di dekat Sukabumi ke dalam aliran sungai Cimandiri memilki debit air sekitar 100-500 liter/detik. Pada bagian bawah Gunung Gede terdapat dua lubang kecil yang hanya terisi air bila hujan lebat. Air tersebut terkumpul di bawah permukaan abu dan batuan vulkanik dan selanjutnya mengalir melalui celah-celah dinding gunung sebalah Utara sebagai sumber air panas pada ketinggian 2.150 m dpl dengan temperatur sekitar 75oC.
Sungai-sungai kecil di lereng utara dan barat Gunung Pangrango mengalir ke sungai Cisarua, Cijambe, Cinagara, dan Cimande. Beberapa sungai tersebut merupakan sumber utama dari sungai Ciliwung yang bermuara di Teluk Jakarta, dan sungai Cisadane yang bermuara di tanjung Pasir-Tanggerang. Pola aliran sungai yang berakhir di sungai Cimandiri-Sukabumi, yaitu Cipamutih, Cigunung, dan Cimahi. Dari bagian Barat Daya Gunung Gede-Gunung Pangrango mengalir sungai-sungai antara lain sungai Cikahuripan, Cigunung, Cileuleuy, Cimunjul, dan Ciheulang, yang membentuk sungai Cicatih yang bermuara di Pelabuhan Ratu.
2.7.
K
ONDISI
T
OPOGRAFI
Topografi daerah aliran sungai Ciliwung, Citarum, Cimandiri, dan Cisadane bervariasi dari pegunungan dan bergelombang hingga dataran. Jenis formasi batuan terdiri atas Breksi dan Lahar gunung gede, lava tua atau breksi Lava, Formasi cantayan anggota batu lempung, Formasi cantayan anggota batu pasir, Formasi Cantayan Batu Breksi.
2.8.
P
ENDUDUK
Populasi penduduk di daerah/zona penyangga kawasan Cagar Biosfer Cibodas sekitar 484.217 jiwa, yang tersebar di tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Bogor terdiri dari 160.000 jiwa, Kabupaten Cianjur terdiri dari 150.556 jiwa, dan Kabupaten Sukabumi terdiri dari 173.661 jiwa. Jumlah jiwa tersebut meliputi Suku Sunda dan Pendatang. Sedangkan mata pencaharian utama masyarakat zona penyangga adalah petani, peternak dan buruh tani.
National Consultant Final Report Halaman - 14
2.9.
S
OSIAL
E
KONOMI
M
ASYARAKAT
Masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan Cagar Biosfer Cibodas didominasi oleh suku Sunda dan Pendatang. Lapangan pekerjaan utama penduduk di kawasan Cagar Biosfer Cibodas ini adalah sektor pertanian sekitar 80%. Sektor lainnya adalah perdagangan dan buruh tani.
Kegiatan pertanian di zona penyangga kawasan Cagar Biosfer Cibodas didominasi oleh tanaman sayuran, tanaman hias dan tanaman semusim lainnya yang memasok kebutuhan untuk Jabodetabek. Sedangkan di bagian area transi terdapat budidaya ikan hias, pembenihan ikan, mina padi, kolam air deras dan keramba serta usaha jaring terapung sekaligus merupakan salah satu obyek wisata yang terus berkembang.
2.10.
P
ANORAMA
Kekayaan sumberdaya alam yang terdiri dari unsur fisik lingkungan yang berupa tumbuhan, satwa, geomorfologi, tanah, air, udara dan lain sebagainya serta suatu atribut dari lingkungan yang menurut anggapan manusia memiliki nilai tertentu, seperti keindahan, keunikan, kelangkaan, kekhasan, keragaman, bentang alam, dan keutuhan merupakan potensi obyek wisata alam.
2.11.
B
UDAYA DAN
W
ISATA
Penduduk yang bertempat tinggal di wilayah Kabupaten Bogor, Cianjur dan Sukabumi merupakan wilayah dimana Cagar Biosfer Cibodas berlokasi, mayoritas berasal dari Suku Bangsa Sunda. Agama yang dipeluk oleh sebagian besar penduduk setempat adalah agama Islam. Upacara-upacara adat yang dahulu sering dilaksanakan oleh masyarakat semakin lama semakin jarang dijumpai, terkadang hanya dilaksanakan dalam upacara perkawinan.
Cagar Biosfer Cibodas memiliki lokasi yang strategis, yaitu di jalur wisata Ciawi-Sukabumi-Cianjur-Puncak-Ciawi yang diapit oleh kedua kota besar, Jakarta dan Bandung. Terkait dengan hal tersebut, penduduk kota dapat dengan mudah mencapai lokasi ini untuk memmenuhi kebutuhan rekreasi mereka. Aktifitas wisata yang dilakukan di Cagar Biosfer Cibodas saat ini bersifat minat khusus terhadap alam pegunungan, dengan didukung aktivitas lainnya seperti penelitian, pendidikan dan pelatihan.
Cagar Biosfer Cibodas pada dasarnya ditunjuk untuk memenuhi fungsi konservasi dan pembangunan berkelanjutan, sehingga dapat dikatakan kegiatan pariwisata yang dilakukan di kawasan ini berkait erat dengan fungsi konservasi taman nasional. Pada hakekatnya kegiatan pariwisata merupakan hasil dari apresiasi manusia terhadap lingkungan yang nantinya akan bermuara pada upaya peningkatan kesejahteraan, kesempatan kerja, peningkatan pendapatan, perluasan pengetahuan dan sebagainya.
National Consultant Final Report Halaman - 15
Keanekaragaman potensi wisata yang dimiliki oleh Cagar Biosfer Cibodas ini meliputi keindahan alam, fenomena alam lainnya serta keragaman flora dan fauna. Kelangkapan fasilitas, aksesibilitas dan pelayanan yang ada mampu meningkatkan apresiasi dan membawa pengaruh bagi pendangan wisatawan terhadap lingkungan alam di kawasan cagar biosfer.
Beberapa potensi wisata yang dimiliki oleh Cagar Biosfer Cibodas antara lain Telaga Biru, Air Terjun Cibeureum, Air Panas, Kandang Badak, Puncak dan Kawah Gunung Gede, Alun-alun Suryakencana, Puncak Pangrango, Air Terjun Cibeureum Selabintana, Air Terjun Sawer, Air Terjun Beret Cisarua, Air Terjun Cisuren Bodogol, Air Terjun Cipadaranten Bodogol, dan fasilitas Bumi Perkemahan Pondok Halimun, Bumi Perkemahan Barubolang, Bumi Perkemahan Bobojong, Bumi Perkemahan Situ Gunung, dan Bumi Perkemahan Mandalawangi. Dengan potensi wisata yang dimiliki tersebut, maka beberapa kegiatan wisata yang dilaksanakan dan dikembangkan antara lain pendakian, perkemahan, pengamatan burung, penelitian, dan pendidikan konservasi.
2.12.
S
ARANA
P
RASARANA
Salah satu pelayanan bagi pengunjung yang datang ke TNGGP adalah dengan menyediakan fasilitas wisata alam. Penyedian fasilitas wisata alam ini akan mendukung kelancaraan, kenyamanan dan efektivitas kunjungan para pengunjung. Bentuk-bentuk sarana dan prasana yang dibangun di dalam TNGGP antara lain: pusat informasi, pintu gerbang, jalur pejalan kaki (loop trail), shelter, MCK, mushola, tempat sampah, papan informasi, papan petunjuk, jalur penelitian, jalur pendidikan lingkungan, penginapan/pemondokan, dan jembatan canopy di Bodogol.
2.13.
S
UMBER AIR DAN
S
ISTEM
S
UNGAI
Kawasan Cagar Biosfer Cibodas berperan penting dalam penyediaan air permukaan maupun air bawah tanah karena di dalam kawasan ini terdapat + 50 sungai dan anak sungai. Pada umumnya sungai-sungai tersebut mengalir sepanjang tahun dengan debit yang relative tetap dengan fluktuasi yang tidak tinggi (Kamiharja, 2001).
Sungai-sungai yang berhulu di area inti kawasan Cagar Biosfer Cibodas ini antara lain Sungai Cimandiri yang mengalir ke arah selatan dan bermuara di Pelabuhan Ratu, Sungai Cisarua dan Cinagara mengalir kea rah barat dan menyatu dengan Sungai Ciliwung dan Kali Angke yang bermuara di Laut Jawa. Sungai Cikundul dan Cijeruk Leutik mengalir ke arah timur dan menyatu dengan Sungai Citarum. Sungai-sungai tersebut merupakan sumber pasokan air bersih dan pengairaan untuk pertanian di Kabupaten Sukabumi, Bogor dan Cianjur.
National Consultant Final Report Halaman - 16
III.
M
ETODOLOGI
K
ERJA
P
ENYUSUNAN
S
TRATEGI
DAN
R
ENCANA
A
KSI
P
ENGELOLAAN
C
AGAR
B
IOSFER
C
IBODAS
B
ERBASIS
P
ARA
P
IHAK DI
K
ABUPATEN
B
OGOR,
C
IANJUR DAN
S
UKABUMI
3.1.
M
ETODE
K
EGIATAN
Proses penyusunan strategi dan rencana aksi pengelolaan cagar biosfer cibodas berbasis para pihak ini dilakukan dalam 8 (delapan) langkah tahapan kegiatan, antara lain :
3.1.1. TAHAPAN PERTAMA : PERSIAPAN
Proses penyusunan strategi dan rencana aksi pengelolaaan Cagar Biosfer Cibodas mengacu kepada kerangka perencanaan “adaptive management planning”, yang digunakan untuk penyusunan Rencana Aksi. Penggunaan kerangka ini difasilitasi oleh team fasilitator yang terdiri dari berbagai latar belakang baik pemerintah, LSM, perguruan tinggi dan independen konsultan agar peserta dapat secara mudah mengikuti proses diskusi yang baik yang baik dan partisipatif.
Penyusunan strategi dan rencana aksi dimulai dari: 1) Workshop, Pelatihan, Rakor, Lokalatih, dan FGD parapihak untuk melakukan sosialisasi gagasan dan hasil kajian lingkungan di tiga desa percontohan pada tiga kabupaten dalam hal pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas dan membentuk tim kerja, 2) Identifikasi isu-isu dan mengumpulkan data-data seperti strategi & rencana aksi dan rencana tata ruang wilayah masing-masing kabupaten, 3) Identifikasi dan penguatan komunikasi antar simpul.
3.1.2. TAHAP KEDUA: PEMILIHAN PERWAKILAN PARA PIHAK
Dokumen MAB-UNESCO menyediakan petunjuk bagaimana memilih para pihak yang terlibat dalam proses perencanaan. Pihak yang terlibat harus mempunyai hubungan langsung dan tidak langsung dengan pengelolaan cagar biosfer dan harus terlibat dalam proses perencanaan pengelolaan dan implementasi kegiatan aksi. Namun demikian, ketika pemilihan para pihak tidak semua bisa hadir dalam workshop, rakor, lokalatih dan FGD penyusunan strategi dan rencana aksi. Untuk menjaga kelompok para pihak tidak lebih dari 30 orang agar efektif.
Desa-desa sudah diidentifikasi berdasarkan kriteria ekologi dan sosial, seperti keterkaitan fisik dalam satu aliran sungai atau satu sub-sub das, kemiripan tipe pemanfaatan lahan, pola pertanian, keterpaduan topografi, budaya dan sejarah. Wakil dari intansi/lembaga tersebut akan ditambah dengan para pihak dari pemerintah daerah, lembaga konservasi biodiversiti, sektor swasta dan lain-lain yang berkegiatan di tingkat Cagar Biosfer Cibodas.
National Consultant Final Report Halaman - 17
Pada tahap pengembangan proses pemilihan para pihak untuk menyusun strategi dan rencana aksi pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas berbasis para pihak di tingkat kabupaten seluruh perwakilan dari jaringan-jaringan terlibat seperti halnya para pihak lain yang juga mempunyai kepentingan terkait dengan pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas.
3.1.3. TAHAPAN KETIGA: FASILITASI PROSES
Sangat penting untuk membuat para pihak yang terlibat memiliki hasil-hasil dari proses perencanaan pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas ini. Fasilitator penting untuk memperhatikan cakupan yang dihadapi dan menghasilkan solusi-solusi pengelolaan yang dapat dijalankan dimasa depan. Fasilitator harus memandu secara ketat berdasarkan waktu tersedia untuk melakukan analisa ancaman, analisa sumber ancaman, analisis situasi dan menjaga hasil analisis tersebut dalam daftar singkat yang tidak lebih dari lima group target pengelolaan. Dalam workshop, fasilitator membutuhkan staff pendukung yang dapat merangkum informasi dari para pihak dan memberikan kembali informasi (feed-back) kepada para pihak.
Tujuh belas kelompok target digunakan untuk memperoleh gambaran umum dari ancaman-ancaman utama pada wilayah zonasi. Dari group target ini juga bisa untuk mengidentifikasi aks-aksi konservasi dan pengembangan ekonomi jangka panjang. Perencanaan ini dibangun dari 17 target prioritas arahan program berdasarkan zonasi yang memungkinkan untuk pengembangan kegiatan konservasi dan pembangunan ekonomi berkelanjutan dari hasil-hasil yang terdefinisikan secara jelas dengan indikator yang realistis.
Pengembangan dari skenario pengelolaan adaptif untuk tiap-tiap solusi pengelolaan yang taktis diidentifikasi oleh para pihak dalam kelompok kecil ditambah beberapa ahli sesuai isu masing-masing kelompok. Kelompok kecil menghasilkan informasi dasar untuk tiap target pengelolaan, kegiatan-kegiatan yang akan di implementasikan, hasil, hasil antara, indikator keberhasilan dan cara monitoring evaluasi. Skenario pengelolaan ini kemudian dibawa kedalam pembahasan pleno para pihak untuk mendapatkan strategi dan rencana aksi yang penting dan prioritas.
3.1.4. TAHAPAN KEEMPAT: PROSES PENYUSUNAN STRATEGI DAN
RENCANA AKSI
Proses tersebut dilaksanakan dalam dua tahapan, yaitu tahapan pertama, pemaparan persoalan yang dihadapi, membawa para pihak pada pokok permasalahan agar mempunyai kesepahaman mengenai persoalan yang dihadapi termasuk upaya mendapatkan kerjasama yang baik untuk mempermudah proses diskusi pada tahapan kedua. Tahapan kedua mendiskusikan penyusunan strategi dan rencana aksi. Para pihak sama-sama menyepakati proses penyusunan strategi dan rencana aksi pengelolaan mengikuti 8 langkah berikut:
National Consultant Final Report Halaman - 18 LEGENDA
1
Identifikasi Target2
Identifikasi Ancaman3
Identifikasi Sumber5
Pilih Solusi4
Analisa Situasi6
Analisa Para Pihak8
Implementa7
Menyusun Rencana Aksi Prioritas Indikator Sukses Hasil Base line Data M & E9
Target Perbaikan Gambar 2. Langkah penyusunan rencana aksiMenuju target utama
Arah tahapan
National Consultant Final Report Halaman - 19 Langkah 1: Mengidentifikasi target pengelolaan
Identifikasi dilakukan bersama oleh para pihak. Dari informasi yang telah tersedia, tujuan konservasi disepakati berupa species endemik, jarang atau langka, berupa Kumpulan spesies tertantu, seperti primata (owa jawa), jenis burung (elang jawa), dan mamalia (macan tutul), keunikan biodiversity di area inti seperti tipe habitat tertentu, hutan yang tumbuh tanah berbatu. Dan tetap dijaga konservasi atau pengelolaan ini dalam daftar yang tidak terlalu banyak.
Sedangkan identifikasi pembangunan berkelanjutan disepakati para pihak berupa peningkatan potensi produksi dengan penglolaan yang ramah lingkungan serta menjamin terciptanya kesempatan yang merata dan adil bagi semua orang. Maka dari itu target pengelolaannya lebih menitik beratkan pada aspek: 1) upaya memenuhi kebutuhan masyarakat yang tinggal di zona penyangga yang ditompang dengan kemampuan daya dukung ekosistem, 2) upaya peningkatan mutu kehidupan masyarakat dengan cara melindungi dan memberlanjutkannya, 3) meningkatkan sumberdaya manusia dan alam yang akan dibutuhkan pada masa mendatang, dan 4) mempertemukan kebutuhan-kebutuhan manusia secara antar generasi. Mengingat sebagian besar masyarakat yang tinggal di daerah penyangga dan area transisi dan hidup dari matapencaharian yang bertumpu pada sumberdaya lokal (pertanian, perkebunan dan peternakan), maka pembangunan sumberdaya perdesaan merupakan isu utama dalam pembangunan berkelanjutan. Selain itu, pengelolaan sumberdaya secara berkelanjutan, harus: 1) menekankan pada peran aktor lokal dalam upaya pemanfaatan sumberdaya secara berkelanjutan, 2) berupaya untuk meningkatkan produktifitas dan memperbaiki kapasitas regenarasi bagi sumberdaya tersebut, 3) meningkatkan kesejahteraan rumah tangga dan keadilan sosial, dan 4) memberikan perhatian pada pencapaian perkembangan manusia (seperti peningkatan kualitas hidup dan pengetahuan lokal).
Langkah 2: Identifikasi ancaman berat
Dari beberapa literatur menyebutkan bahwa ancaman terbesar terhadap hutan dan daerah aliran sungai di Cagar Biosfer Cibodas, khususnya di area inti adalah alih fungsi lahan atau perambahan kawasan hutan eks PHBM menjadi ladang pertanian. Hutan berperan penting pengelolaan daerah aliran sungai dengan kemampuan penyerapan untuk menjaga kualitas air dan menjaga aliran air dengan menahan air hujan pada sistem pengakaran selama musim hujan dan secara perlahan melepaskan air selama musim kemarau.
Hutan juga mengurangi aliran air permukaan (run-off), mencegah erosi dan longsor. Erosi yang luas dari penggundulan hutan penyebab utama sedimentasi dibanyak sungai dan mengancam waduk pembangkit listrik tenaga air. Dampak dari penggundulan hutan sangat nyata terhadap suply air bagi masyarakat yang tinggal di bagian hilir (area transisi). Konflik pada sumber daya hutan dalam dilihat pada gambar di bawah :
National Consultant Final Report Halaman - 20 Gambar 3. Beberapa ancaman terhadap keberdaan Cagar Biosfer Cibodas
Ratusan hektar kawasan hutan eks PHBM yang mengalami deforestasi rawan terhadap longsor dan kebakaran. Kawasan ini secara hukum tidak bisa dirubah menjadi lahan milik. Berdasarkan UU Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan, hak akses masyarakat terhadap kawasan hutan negara diakui. Tapi, aturan kehutanan masyarakat belum jelas. Berdasarkan studi dilapangan menunjukkan bahwa ratusan petani di daerah penyangga kawasan Cagar Biosfer Cibodas memiliki lahan kurang dari 1 ha. Hilangnya sumberdaya hutan eks PHBM juga akibat dari ketergantungan masyarakat terhadap lahan pertanian. Apabila reforestasi tidak dilakukan segera maka kawasan area inti (eks PHBM) ini akan hancur. Penjaminan akses masyarakat untuk menanam pohon dengan pendekatan adopsi pohon atau pengembangan ekonomi berkelanjutan bisa menjadi insentif bagi ratusan petani yang tinggal di daerah penyangga. Reforestasi juga akan memperbaiki fungsi kawasan Cagar Biosfer Cibodas, khususnya area inti kritis.
Banyak daerah tangkapan air kawasan konservasi (area inti) mempunyai kandungan bahan mineral. Kegiatan pertanian yang menghilangkan tutupan hutan merupakan ancaman serius bagi hutan, biodiversitas dan DAS, rusaknya habitat fauna, aliran air berkurang. Pertambangan skala kecil juga berdampak negatif terhadap DAS dan biodiversitas. Pertambangan galian C skala kecil yang tidak memperhatikan aspek lingkungan menjadi masalah besar di daerah penyangga dan area transisi, tidak saja berdampak terhadap kesuburan lahan, tapi menghancurkan nilai ekonomi kawasan produksi pertanian dan perikanan serta penurunan keanekaragaman hayati.
National Consultant Final Report Halaman - 21 Langkah 3: Identifikasi sumber ancaman
Analisa ini dilakukan terhadap ancaman yang paling serius (misalnya enam ancaman utama). Kegiatan ini untuk mencari penyebab pokoknya/utama yang bisa/mungkin diatasi; dari ancaman-ancaman yang paling serius sehingga solusi yang bisa dikembangkan untuk mengurangi sumber ancaman.
Langkah 4: Melakukan analisa situasi
Analisa ini dilakukan untuk melihat kelayakan pelaksanaan solusi teridentifikasi untuk mengurangi sumber ancaman. Hal ini dimaksudkan untuk melihat apakah solusi ini bisa dilaksanakan karena kendala biaya, dukungan masyarakat dan para pemangku kepentingan, kemampuan mengatasi ancaman utama.
Langkah 5: Memilih solusi taktis menurunkan ancaman.
Dari langkah 4 dan langkah 5 akan jelas ancaman yang dapat dikurangi. Setelah dipilih, kemudian dijabarkan dalam formulasi perencanaan.
Langkah 6: Analisa para pihak
Langkah ini penting untuk mengidentifikasi lembaga yang dapat berpartisipasi dalam seluruh tahapan perencanaan aksi.
Langkah 7: Menyusun strategi dan rencana aksi prioritas
Setelah solusi-solusi taktis untuk mengurangi ancaman terhadap tiap target pengelolaan teridentifikasi, maka solusi-solusi ini akan terlihat dalam bentuk strategi dan rencana aksi pengelolaan. Contoh, jika masing-masing terdapat dua solusi untuk mengurangi ancaman terhadap enam target pengelolaan, maka terdapat dua belas rekomendasi rencana aksi yang akan dikembangkan. Rencana tersebut perlu distrukturkan dalam prosedur pengelolaan adaptif. Pendataan kondisi awal perlu dilakukan agar hasil dan hasil antara aksi-aksi konservasi dapat dinilai dan dimonitor dan dievaluasi kemajuannya. Prioritas diberikan bagi aksi-aksi berdampak mengurangi ancaman lebih dari satu target konservasi.
Penyusunan strategi dan rencana aksi bisa dilakukan kelompok kecil yang berpengalaman dalam pengelolaan konservasi dan pembangunan berkelanjutanm bekerjasama dengan tim kerja parapihak. Rencana ini selanjutnya dikerangkakan sebagai dokumen strategi dan rencana aksi yang disajikan kepada parapihak untuk di analisis, dirubah dan diterima.
Langkah 8: Implementasi strategi dan rencana aksi
Implementasi strategi dan rencana aksi dapat dilakukan oleh instansi dan lembaga yang mempunyai tugas dan fungsi tersebut atau forum para pihak atas dasar kesepakatan. Supervisi, monitoring, evaluasi dan mengelola keuangan serta kontrak kerja dilakukan oleh forum parapihak.
National Consultant Final Report Halaman - 22
3.2.
P
ESERTA
Penyusunan strategi dan rencana aksi pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas berbasis parapihak melibatkan perwakilan dari (1) Simpul masyarakat zona penyangga, (2) Simpul masyarakat area transisi, (3) Dinas dan Instansi Terkait, (4) Sektor Swasta, (5) LSM, (6) Media Masa, (7) Kecamatan, (8) Aparat Desa, (9) Tokoh masyarakat dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
3.3.
W
AKTU DAN
T
EMPAT
K
EGIATAN
Penyusunan strategi dan rencana aksi dilaksanakan dalam enam tahap kegiatan, yaitu Kajian Lingkungan, Workshop, Pelatihan, Rakor, Lokalatih dan FGD yang dilaksanakan secara paralel di masing-masing kabupaten darin bulan Fabruari sampai Desember 2012.
3.4.
K
ELOMPOK
T
ARGET DAN
T
ARGET
S
PESIFIK
Kelompok target konservasi dan target pembangunan berkelanjutan adalah unsur-unsur keanekaragaman hayati yang terdapat di area inti, yang menjadi fokus penyusunan perencanaan pengelolaan berikut strategi yang akan dikembangkan. Sedangkan unsur-unsur pembangunan berkelanjutan yang terdapat zona penyangga dan area transisi, yang menjadi fokus penyusunan perencanaan dan pengembangan pertanian tepadu (pertanian dan perkebunan ramah lingkungan, peternakan terpadu dengan pengembangan energy aternatif (biogas), pemukiman dan industry ramah lingkungan, ekoturisme dan turisme berbasis alam, ekonomi berkelanjutan, dan cagar budaya.
Tujuh belas target spesifik pengelolaan cagar biosfer cibodas berdasarkan arahan zonasi menjadi fokus perencanaan parapihak di Kabupaten Bogor, Cianjur dan Sukabumi, dapat dilihat pada tabel 2 berikut:
Tabel 2. Tujuh belas kelompok target spesifik
1. Area Inti 2. Zona Penyangga 3. Area Transisi:
1) Kawasan terbatas
2) Penelitian dan pemantauan keanekaragaman hayati dan fitur fisik lainnya
3) Ekoturisme, wisata budaya dan religi
4) Pendidikan konservasi 5) Pengendalian melalui
pemanfaatan HHBK IAS 6) Pemanfaatan jasa ekosistem 7) Restorasi 8) Ekowisata 9) Pendidikan konservasi/Lingkungan 10) Konservasi ex situ 11) Pertanian/Peternakan Berkelanjutan 12) Perkebunan Ramah Lingkungan 13) Ekonomi berkelanjutan 14) Cagar budaya 15) Industri ramah lingkungan 16) Pemukiman ramah lingkungan 17) Rehabilitasi daerah aliran sungai
National Consultant Final Report Halaman - 23
Selanjutnya, dilakukan analisa situasi untuk mengetahui berbagai tekanan (jenis kerusakan), analisa perbaikan kondisi yang diperlukan, analisa sumber tekanan (penyebab terjadinya jenis kerusakan) dan analisa kegiatan yang diperlukan untuk menurunkan ancaman dari sumber tekanan. Yang tidak kalah pentingnya, juga diperlukan analisa situasi untuk mengetahui faktor pendorong pemungkin terjadinya sumber tekanan (mengapa terjadi kerusakan) dan melihat upaya penurunan sumber tekanan dan penanggulangan faktor pendorong (yang memungkinan terjadinya kerusakan), sebagai bagian strategi atau rencana aksi untuk memperbaiki tekanan, sumber tekanan, dan faktor pendorong terjadinya kerusakan.
National Consultant Final Report Halaman - 24
IV.
R
ENCANA
U
MUM
P
ENGELOLAAN
K
AWASAN
C
AGAR
B
IOSFER
C
IBODAS BERBASIS
P
ARA
P
IHAK
DI TIGA KABUPATEN
4.1.
G
AMBARAN
U
MUM
Rencana pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas berbasis para pihak berisi kerangka besar pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas, termasuk kelompok target pengelolaan Cagar Biosfer tersebut. Rencana pengelolaan dibangun didasarkan atas penggalian informasi kondisi kawasan Cagar Biosfer Cibodas, khususnya di tiga zonasi (area inti, zona penyangga dan area transisi) saat ini, yang selanjutnya digunakan untuk penyusunan :
• Pembangunan Visi dan Misi Pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas.
• Identifikasi keseluruhan ancaman bagi pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas terhadap keberadaan ‘kelompok target’ utama pengelolaan. Pengumpulan informasi tersebut, termasuk juga menggali gambaran mengenai upaya konservasi dan pembangunan berkelanjutan termasuk ancaman serta pemikiran yang dapat dipertimbangkan penyusunan pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas.
• Mengidentifikasi parapihak atau mitra penting yang diharapkan akan ikut keterlibatan dalam kegiatan pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas.
Pada Bab ini berisi gambaran umum pengelolaan, yang akan dilakukan dalam jangka waktu selama sepuluh tahun, dari tahun 2013 sampai tahun 2022. Rencana aksi detail akan ditujukan pada rencana pengelolaan aksi dengan target khusus, yang akan disajikan pada Bab V dan Bab VI.
4.2.
V
ISI
P
ENGELOLAAN
Visi yang diharapkan akan dapat mengakomodasi kepentingan para pemangku kepentingan termasuk masyarakat sekitar zona/daerah penyangga dan area transisi yang disepakati yaitu untuk “Terwujudnya Kelestarian Keanekaragaman hayati
sebagai salah satu sistem penyangga kehidupan secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat generasi kini dan mendatang”. Walaupun singkat, visi tersebut diyakini
telah mencakup keseluruhan harapan pemangku kepentingan yaitu untuk mendapatkan sebuah kesinambungan pengelolaan SDA dan untuk kepentingan kehidupan masyarakat.
4.3.
M
ISI
P
ENGELOLAAN
Selama proses penyusunan perencanaan pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas, juga disusun misi pengelolaan yang dikembangkan oleh pemangku kepentingan secara sinergis, yaitu untuk “Meningkatkan pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas secara