• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contingent Valuation Method (CVM)

IV. METODE PENELITIAN

4.5 Metode Analisis Data

4.5.3 Contingent Valuation Method (CVM)

Contingent valuation method (CVM) merupakan perkiraan nilai ekonomi untuk hampir semua ekosistem atau jasa lingkungan. Metode CVM paling banyak digunakan untuk memperkirakan nilai non-guna (non-use value) atau nilai guna pasif (passive use value). Langsung meminta kepada individu/ masyarakat dan menyatakan kesediaan mereka untuk membayar jasa lingkungan yang spesifik berdasarkan skenario hipotetik.

Keuntungan dari CVM yaitu sangat fleksibel karena dapat digunakan untuk memperkirakan semua nilai ekonomi. Namun, yang terbaik adalah dapat memperkirakan nilai untuk barang dan jasa yang mudah diidentifikasi dan dipahami oleh pengguna dan yang dikonsumsi dalam unit diskrit (misalnya, pengguna hari rekreasi), bahkan jika tidak ada perilaku yang dapat diamati yang tersedia untuk menyimpulkan nilai-nilai lain yang berarti. CVM adalah metode

yang paling banyak diterima untuk mengestimasi nilai ekonomi total (total economic value), termasuk semua jenis nilai non-guna (non-use value) atau nilai guna pasif (passive use value). CVM juga dapat memperkirakan nilai guna (use value), serta nilai keberadaan (existence value), nilai pilihan (option value) dan nilai warisan (bequest value). Meskipun teknik ini memerlukan analisis survei yang kompeten untuk mencapai perkiraan dipertahankan, sifat studi CVM dan hasil penelitian CVM tidak sulit untuk menganalisis dan menjelaskan permasalahan. Nilai uang dapat disajikan dalam kaitannya dengan nilai rata-rata (untuk parametrik) atau median (untuk non-parametrik) per kapita atau per rumah tangga, atau sebagai nilai bersama bagi penduduk yang terkena dampak. CVM telah banyak digunakan, serta banyak penelitian yang dilakukan untuk meningkatkan metodologi, membuat hasil yang lebih valid dan dapat diandalkan.

Tahap-tahap dalam melakukan penelitian untuk menentukan willingness to pay (WTP) dengan menggunakan CVM dalam penelitian ini meliputi:

1. Membentuk Pasar Hipotetik

Dalam hal ini pasar hipotetik yang dibentuk adalah suatu pasar dengan kualitas wilayah DAS yang berbeda dengan kondisi saat ini. Responden sebelumnya telah menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai persepsi terhadap jasa lingkungan, faktor resiko serta kualitas DAS. Untuk membentuk pasar hipotetik, terlebih dahulu responden diminta untuk mendengarkan atau membaca suatu pernyataan mengenai kondisi DAS saat ini, dimana masih terdapat aktivitas-aktivitas yang menyebabkan degradasi. Dijelaskan juga bahwa kondisi ini terjadi karena kemampuan pembiayaan konservasi oleh pemerintah terbatas bahkan cenderung menurun. Responden diminta untuk membaca atau mendengar pernyataan tentang kualitas DAS yang baik. Selanjutnya, pasar hipotetik CVM yang ditawarkan, dibentuk dalam sebuah skenario sebagai berikut:

“Jika masyarakat memanfaatkan sumberdaya alam di Sub DAS Biyonga yang selama ini kehidupannya bergantung kepada kualitas Sub DAS Biyonga, menginginkan adanya suatu upaya konservasi yaitu pelestarian, pengelolaan dan pembayaran jasa lingkungan sehingga kualitas sumberdaya alam dan lingkungan tetap terjaga. Suatu saat nanti apabila kualitas sumberdaya alam dan lingkungan menurun dikarenakan berbagai penyebab antara lain, pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak ramah lingkungan dan keterbatasan dana pelestarian dari pemerintah. Penyebab-penyebab tersebut dapat berdampak pada menurunnya kualitas sumberdaya alam dan

lingkungan Sub DAS Biyonga yang merupakan penyedia sumberdaya alam untuk pertanian, perikanan, produk kehutanan dan industri, sekaligus sebagai objek wisata di daerah hilir yaitu Danau Limboto”.

Dengan skenario ini maka responden dapat mengetahui gambaran tentang situasi hipotetik mengenai rencana pengelolaan dan pembayaran jasa sumberdaya alam dan lingkungan sebagai upaya konservasi untuk kelestarian Sub DAS Biyonga yang berada dalam kawasan DAS Limboto. Nilai sumberdaya alam tersebut akan diberlakukan dan ditanyakan kepada responden mengenai WTP per KK per bulan untuk masyarakat sekitar Sub DAS Biyonga. Kepada setiap responden akan ditanyakan apakah mereka setuju atau menolak terhadap kesediaan membayar sebagai upaya konservasi yang akan diberlakukan oleh pemerintah daerah.

2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP

Apabila alat survei telah dibuat, maka survei tersebut dapat dilakukan dengan wawancara langsung. Teknik yang digunakan dalam mendapatkan nilai penawaran pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode referendum atau discrete choice (dichotomous choice). Responden diberi suatu nilai rupiah kemudian diberi pertanyaan setuju atau tidak. Metode ini lebih memudahkan responden dalam memahami maksud dan tujuan dari penelitian dibanding dengan metode lain. Metode ini juga memudahkan dalam mengklasifikasikan responden yang memiliki kecenderungan untuk membayar perbaikan lingkungan dengan responden yang tidak memiliki kecenderungan untuk membayar perbaikan lingkungan.

3. Memperkirakan Dugaan Rataan WTP

WTPi dapat diduga dengan menggunakan nilai tengah dari kelas atau interval kelas WTPi. Berdasarkan jawaban responden dapat diketahui bahwa WTPi yang benar berada antara jawaban yang dipilih (batas bawah kelas WTP) dengan WTP berikutnya (batas atas kelas WTP).

Dugaan rataan WTP dihitung dengan rumus:

i n i iPf W EWTP

  0 ………...……….(Persamaan 1)

Keterangan:

EWTP : Dugaan rataan WTP Wi : Nilai WTP ke-i Pfi : Frekuensi relatif n : Jumlah responden

i : Responden ke-i yang bersedia melakukan pembayaran nilai SDA 4. Penjumlahan Data

Penjumlahan data merupakan proses dimana nilai tengah penawaran dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud. Setelah menduga nilai tengah WTP maka dapat diduga nilai WTP dari rumah tangga dengan menggunakan rumus:

….………..……(Persamaan 2)

Keterangan:

TWTP : Total WTP

WTPi : WTP individu sampal ke-i

ni : Jumlah sampel ke-i yang bersedia membayar sebesar WTP N : Jumlah sampel

P : Jumlah populasi

i : Responden ke-i yang bersedia membayar jasa sumberdaya alam dan lingkungan

5. Mengevaluasi Penggunaan CVM

Merupakan penilaian sejauh mana penggunaan CVM telah berhasil dilakukan. Pada tahap ini memerlukan pendekatan seberapa besar tingkat keberhasilan dalam pengaplikasian CVM. Apakah hasil survei mengandung tingkat penawaran sanggahan yang tinggi. Apakah ada bukti bahwa responden benar- benar mengerti mengenai pasar hipotetik. Seberapa besar tingkat kesalahan responden dalam menjawab pertanyaan yang diajukan. Seberapa baik pasar hipotetik yang digunakan dapat menangkap setiap aspek dalam barang lingkungan. Seberapa baik permasalahan yang terjadi diasosiasikan dengan CVM. Untuk mengevaluasi pelaksanaan model CVM dapat dilihat tingkat keandalan (reliability) fungsi willingness to pay (WTP). Uji yang dapat

P N ni P WT TWTP i n i       

1

dilakukan dengan uji keandalan yang melihat nilai R2 dari metode Ordinary Least Square (OLS) WTP.

Dokumen terkait