• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai Guna Tak Langsung ( Indirect Use Value )

VII. NILAI EKONOMI TOTAL WILAYAH SUB DAS BIYONGA

7.1 Nilai Guna ( Use Value )

7.1.2 Nilai Guna Tak Langsung ( Indirect Use Value )

Nilai air merupakan nilai guna tak langsung (indirect use value) karena nilainya sering diabaikan oleh masyarakat. Air akan dianggap memiliki nilai yang sangat tinggi ketika ketersediaannya semakin langka dan terbatas. Berdasarkan hal tersebut maka penilaian terhadap nilai guna tak langsung (indirect use value) perlu dimasukkan kedalam perhitungan nilai ekonomi total (total economic value). Nilai air untuk rumah tangga di wilayah Sub DAS Biyonga (Januari 2011) dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25. Nilai Air untuk Rumah Tangga di Wilayah Sub DAS Biyonga (Januari 2011) Klasifikasi Langganan Harga Air (Rp/m3) Pemakaian Rata-rata Jumlah Pelanggan (KK) Nilai Air (Rp) Rumah Tangga 3.200,00 12 m 3 /KK/Bulan 5.283 202.867.200,00/Bulan Total 2.434.406.400,00/Tahun

Sumber : Data Primer (Diolah), 2011.

Nilai air untuk rumah tangga diperoleh dari hasil perkalian antara harga air yang dijual oleh PDAM per meter kubik, pemakaian rata-rata air oleh setiap kepala keluarga (KK) per bulan/tahun dan jumlah pelanggan PDAM. Hasil perhitungan nilai air untuk rumah tangga per bulan di wilayah Sub DAS Biyonga yaitu sebesar Rp.202.867.200,00. Berdasarkan hasil perhitungan nilai air untuk rumah tangga per bulan, maka didapatkan nilai air untuk rumah tangga per tahun di wilayah Sub DAS Biyonga yaitu sebesar Rp.2.434.406.400,00.

Nilai air untuk rumah tangga tersebut, belum mencakup nilai air secara keseluruhan karena harus dimasukkan juga nilai air untuk produksi. Nilai air untuk produksi yang dimasukkan kedalam perhitungan total nilai air yaitu nilai air untuk komoditi padi, nilai air untuk jenis perikanan budidaya, serta nilai air untuk jenis industri tempe dan tahu. Total nilai air di wilayah Sub DAS Biyonga (Januari 2011) dapat dilihat pada Tabel 26.

Tabel 26. Total Nilai Air di Wilayah Sub DAS Biyonga (Januari 2011)

Jenis Penggunaan Air Nilai Air

(Rp/Tahun) Rumah Tangga 2.434.406.400,00 Pertanian (Padi) 3.003.685.969,80 Perikanan Budidaya 1.962.000.000,00 Industri Tempe 6.562.500,00 Industri Tahu 12.937.500,00 Total 7.419.592.369,80

Sumber : Data Primer (Diolah), 2011.

Nilai air untuk produksi tersebut merupakan penggunaan air secara langsung dan terukur yang dikategorikan sebagai perhitungan nilai air untuk produksi di wilayah Sub DAS Biyonga. Total nilai air per tahun merupakan penjumlahan dari keseluruhan nilai air per tahun. Perhitungan nilai air tersebut menggunakan perhitungan water residual value. Perhitungan water residual value

merupakan cara yang paling sederhana dalam menilai air yaitu nilai produksi dikurangi dengan biaya input dan dibagi dengan jumlah air yang digunakan per periode produksi. Adapun jumlah air per periode produksi untuk masing-masing sektor yaitu komoditi padi sebesar 21,54 liter/detik/hektar, jenis perikanan budidaya sebesar 60 meter kubik/ petak, serta industri tempe dan tahu sebesar 80 liter/hari. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, maka diperoleh nilai air per tahun untuk komoditi padi sebesar Rp.3.003.685.969,80, nilai air per tahun untuk jenis perikanan budidaya sebesar Rp.1.962.000.000,00, nilai air per tahun untuk jenis industri tempe sebesar Rp.6.562.500,00 dan nilai air per tahun untuk jenis industri tahu sebesar Rp.12.937.500,00. Total nilai air per tahun di wilayah Sub DAS Biyonga yaitu sebesar Rp.7.419.592.369,80.

Jika dibandingkan dengan daerah lain, total nilai air yang ada di wilayah Sub DAS Biyonga sangat kecil. Hal ini disebabkan karena jumlah penggunaan air untuk kegiatan rumah tangga masih sangat sedikit, karena sebagian penduduk di

wilayah Sub DAS Biyonga masih menggunakan air tanah (sumur bor) dan memanfaatkan air langsung dari sungai Biyonga. Selain itu juga, nilai air untuk kegiatan produksi disektor pertanian, perikanan dan industri kecil juga tidak terlalu besar, karena volume air yang digunakan sangat kecil pada masing-masing sektor.

Nilai Karbon

Nilai karbon merupakan nilai guna tak langsung (indirect use value) karena nilainya sering diabaikan oleh masyarakat. Karbon akan dianggap memiliki nilai yang sangat tinggi ketika ketersediaannya semakin langka dan terbatas. Berdasarkan hal tersebut maka penilaian terhadap nilai guna tak langsung (indirect use value) perlu dimasukkan kedalam perhitungan nilai ekonomi total (total economic value).

Wilayah Sub DAS Biyonga tidak memiliki hutan lahan kering primer, namun hanya memiliki hutan lahan kering sekunder, pertanian lahan kering, pertanian lahan kering campur semak, semak/belukar dan belukar rawa. Kemampuan menyimpan karbon untuk hutan alam primer yaitu sebesar 283 ton per hektar, hutan alam sekunder yaitu sebesar 194 ton per hektar dan hutan tersier yaitu sebesar 100 ton per hektar. Harga karbon yang telah ditetapkan oleh Bank Dunia (World Bank) yaitu sebesar US$.10 per ton (Rp.100.000,00/ton). Nilai karbon per tahun diperoleh dari hasil perkalian antara jenis lahan per hektar, serapan karbon per hektar, harga karbon per hektar dan faktor koreksi (90%). Faktor koreksi dimasukkan agar tidak terjadi penilaian yang terlalu tinggi (over estimate). Nilai karbon di wilayah Sub DAS Biyonga (Januari 2011) dapat dilihat pada Tabel 27.

Berdasarkan hasil perhitungan nilai karbon per tahun yang terbesar adalah jenis pertanian lahan kering sebesar Rp.37.486.620.000,00. Nilai karbon per tahun yang terkecil adalah jenis belukar rawa sebesar Rp.1.296.000.000,00. Nilai karbon per tahun untuk jenis lahan lainnya yaitu jenis hutan lahan kering sekunder sebesar Rp.22.994.820.000,00, jenis pertanian lahan kering campur semak sebesar Rp.18.402.840.000,00 dan jenis semak/belukar sebesar Rp.30.942.000.000,00.

Tabel 27. Nilai Karbon di Wilayah Sub DAS Biyonga (Januari 2011) Jenis Lahan Luas Lahan (Ha) Serapan Karbon (Ton/Ha) Harga Karbon* (Rp/Ton) Faktor Koreksi Nilai Karbon (Rp/Tahun) Hutan Lahan Kering Sekunder 1.317 194 100.000,00 90% 22.994.820.000,00 Pertanian Lahan Kering 2.147 194 100.000,00 90% 37.486.620.000,00 Pertanian Lahan Kering Campur Semak 1.054 194 100.000,00 90% 18.402.840.000,00 Semak/Belukar 3.438 100 100.000,00 90% 30.942.000.000,00 Belukar Rawa 144 100 100.000,00 90% 1.296.000.000,00 Total 111.122.280.000,00

Sumber : Data Primer (Diolah), 2011.*Harga Karbon sesuai standar Bank Dunia yaitu U$.10/ton.

Berdasarkan hasil penjumlahan nilai karbon per tahun untuk seluruh jenis lahan, maka diperoleh total nilai karbon per tahun di wilayah Sub DAS Biyonga yaitu sebesar Rp.111.122.280.000,00. Jika dibandingkan dengan nilai air, maka nilai karbon yang terdapat di wilayah Sub DAS Biyonga cukup besar. Hal ini disebabkan karena jenis lahan yang memiliki serapan karbon terbesar sangat luas, kemudian juga standar harga karbon dunia yang ditetapkan oleh World Bank yang cukup besar.

Dokumen terkait