Pengelolaan DAS pada dasarnya bertujuan untuk pembangunan berkelanjutan (sustainability development) yaitu pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar, pemerataan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan kualitas lingkungan dengan melibatkan semua pihak terkait (stakeholders). Adapun bentuk pengelolaan yang dikembangkan yaitu dengan menjaga kelestarian hutan di daerah hulu agar sumberdaya alam tetap lestari. Ketersediaan sumberdaya alam sangat berpengaruh kepada kehidupan masyarakat sekitar DAS, misalnya untuk pertanian, perikanan, industri dan air domestik untuk konsumsi rumah tangga.
Sub DAS Biyonga yang berada dalam kawasan DAS Limboto merupakan salah satu Sub DAS yang sangat penting dan strategis bagi masyarakat Gorontalo, karena memiliki kemampuan untuk menyediakan stock air sepanjang tahun yang bermuara sampai ke Danau Limboto. Sistem pengelolaan yang dilakukan oleh pemerintah dan pihak-pihak yang terkait saat ini masih belum terkoordinasi dengan baik. Sementara itu, untuk pemanfaatan Sub DAS Biyonga yang dilakukan oleh masyarakat sekitar sangat berlebihan dan tidak terkendali, sehingga menimbulkan dampak kerusakan sumberdaya alam seperti erosi, sedimentasi, banjir dan tanah longsor.
Selain itu juga, selama ini masyarakat sekitar dan pemerintah daerah tidak mengetahui secara pasti berapa besarnya nilai ekonomi sumberdaya alam yang berada di Sub DAS Biyonga. Oleh karena itu, maka valuasi ekonomi sumberdaya alam di Sub DAS Biyonga sangat penting untuk dilakukan. Untuk mengetahui bagaimana kerangka pemikiran dari penelitian “valuasi ekonomi sumberdaya alam Sub DAS Biyonga dalam kawasan DAS Limboto di Kabupaten Gorontalo”, dapat dilihat pada Gambar 2.
Pada awal penelitian ini, dilakukan identifikasi sumberdaya alam di Sub DAS Biyonga. Proses identifikasi tersebut dilakukan untuk mengetahui kondisi aktual yang terjadi di Sub DAS Biyonga. Dalam melakukan identifikasi sumberdaya alam, metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi terhadap kondisi populasi di Sub DAS Biyonga yang berada dalam kawasan DAS Limboto.
Selanjutnya, didalam penelitian ini dilakukan valuasi ekonomi sumberdaya alam Sub DAS Biyonga. Valuasi ekonomi sumberdaya alam dilakukan untuk mengetahui berapa besar nilai sumberdaya alam untuk pertanian, perikanan, produk kehutanan dan industri, kemudian juga nilai keberadaan, nilai warisan, nilai pilihan dan nilai ekowisata, serta nilai air dan nilai karbon. Nilai guna langsung yang divaluasi dalam penelitian ini terdiri dari nilai sumberdaya alam untuk pertanian, perikanan, produk kehutanan dan industri serta nilai ekowisata. Nilai guna tak langsung yang divaluasi dalam penelitian ini terdiri dari nilai air dan nilai karbon. Nilai non-guna yang divaluasi dalam penelitian ini terdiri dari nilai keberadaan, nilai warisan dan nilai pilihan. Nilai pilihan yang divaluasi dalam penelitian ini yaitu berkaitan dengan pilihan konservasi sumberdaya alam di wilayah Sub DAS Biyonga. Oleh sebab itu, agar tidak terjadi perhitungan ganda (double counting) maka nilai pilihan didalam penelitian ini dimasukkan kedalam perhitungan nilai non-guna. Metode analisis yang digunakan dalam melakukan valuasi ekonomi sumberdaya alam yaitu productivity method (nilai sumberdaya alam untuk pertanian, perikanan, produk kehutanan dan industri),
contingent valuation method dan persamaan regresi linear berganda (nilai keberadaan, nilai warisan, nilai pilihan dan nilai ekowisata), water residual value
(nilai air) dan benefit transfer (nilai karbon).
Pada akhirnya, yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menjumlahkan nilai ekonomi total (total economic value) sumberdaya alam Sub DAS Biyonga dalam kawasan DAS Limboto. Metode analisis yang digunakan dalam menjumlahkan nilai ekonomi total sumberdaya alam yaitu total economic value. Setelah mendapatkan nilai ekonomi total sumberdaya alam Sub DAS Biyonga, maka nilai tersebut didiskon faktorkan (5%, 10% dan 15%) dengan menggunakan analisis net present value (NPV) untuk memperkirakan nilai sumberdaya alam Sub DAS Biyonga pada masa yang akan datang (15, 25 dan 50 tahun yang akan datang). Hasil penelitian ini kemudian akan menjadi rekomendasi kepada pemerintah daerah maupun pusat sebagai bahan pertimbangan kebijakan dalam melakukan konservasi, pengelolaan dan pengawasan di Sub DAS Biyonga pada khususnya serta kawasan DAS Limboto pada umumnya.
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian
Keterangan:
(---) : Lingkup Penelitian
Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam SUB DAS Biyonga Sub DAS Biyonga Kawasan DAS Limboto
Kabupaten Gorontalo
Kondisi Sub DAS Kritis Degradasi Lahan Illegal Logging Pemanfaatan DAS Berlebihan Kurangnya Pengawasan Kurangnya Kesadaran Hilangnya Nilai Sumberdaya Alam Pengetahuan Kurang Penilaian Rendah
Identifikasi Kondisi Aktual Sumberdaya Alam Sub DAS Biyonga
Analisis Deskriptif
Nilai Keberadaan, Warisan, Pilihan dan
Ekowisata
Nilai Pertanian, Perikanan, Produk Kehutanan dan Industri
Nilai Air dan Nilai Karbon
Contingent Valuation Method & Regresi
Water Residual Value & Benefit Transfer Productivity
Method
Total Economic Value Sumberdaya Alam Sub DAS Biyonga
Rekomendasi Kepada Pemerintah: Konservasi, Pengelolaan dan
Pengawasan
Net Present Value (NPV)
Sungai (DAS) di Propinsi Gorontalo
merupakan aplikasi model inventarisasi ekosistem. Untuk pengelolaan lebih terarah pada skala detail perlu dibangun suatu sistem pengelolaan terpadu dengan pemantapan zonasi kawasan sehingga pengelolaan ekosistem akan bermuara pada pengelolaan secara unik dan terintegrasi pada zonasi ekosistemnya yaitu zona hulu, zona tengah dan zona hilir.
Propinsi Gorontalo bekerjasama dengan Pusat Survei Sumberdaya Alam Darat Bakosurtanal (2005) Kajian Ekohidrologi Sebagai
Dasar Penetapan Pola Pengelolaan Danau Limboto Secara Terpadu
Sistem pengelolaan Danau Limboto harus merupakan bagian dari sistem pengelolaan lingkungan DAS disekitarnya secara terpadu. Untuk itu perlu didorong pengembangan sistem pengelolaan lingkungan daerah tangkapan air Danau Limboto dimana sistem pengelolaan lingkungan perairan Danau Limboto merupakan satu subsistem didalamnya. Analisis Kelembagaan Pusat Penelitian Limnologi LIPI bekerjasama dengan SKNVT PBPP Gorontalo (2006) Laporan Studi PES untuk
mengembangkan skema PES di DAS Deli, Sumatra Utara dan DAS Progo, Jawa Tengah
Pelaksanaan PES di Indonesia secara keseluruhan masih dalam tahap awal dan masih menunjukkan adanya keberagaman, hal ini sangat dimungkinkan karena skema PES sendiri dikembangkan dengan dasar sukarela (voluntary basis). Mekanisme penetapan harga jasa lingkungan dalam hal ini untuk setiap meter kubik air yang tersedia pada umumnya belum diketahui. Pembeli jasa lingkungan khususnya air dari kasus-kasus yang dipelajari meliputi swasta, PDAM, PLTA dan Pemerintah Kota sedangkan penyedia jasa yaitu petani yang melakukan rehabilitasi hutan dan lahan.
Analisis Ekonomi USAID (2007)
Analisis Willingness To Pay Masyarakat Terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten
Persentase responden yang bersedia untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan sebesar 52 responden (63%). Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan atau ketidaksediaan responden terhadap pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya konservasi mata air Cirahab adalah penilaian terhadap kualitas air, jarak rumah ke sumber air dan jumlah kebutuhan air.
Analisis Willingness To Pay (WTP)
IV. METODE PENELITIAN