• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh Format Penulisan Struktur Abstrak dan Terjemahannya oleh Penulis Indonesia

Dalam dokumen DESERTASI SUKIRMIYADI T140306003 (Halaman 115-119)

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Penerjemahan

14. Contoh Format Penulisan Struktur Abstrak dan Terjemahannya oleh Penulis Indonesia

Contoh 1:

Penggalan teks abstrak ini ditulis oleh Mr. SH alumni Universitas Airlangga Surabaya tahun 2007 dengan bidang studi Ekonomi Manajemen. Peneliti hanya mengambil satu paragraf dari lima paragraf yang ada, yaitu pada bagian pendahuluan.

Tsu: Abstrak

’Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Ekspor dan Impor Non -Migas Serta Kesejahteraan Masyarakat di Provinsi Jawaa Timur’

Indonesia dalam proses pembangunannya dihadapkan pada suatu kondisi perekonomian dunia yang semakin global dan terintegrasi sedemikian kuatnya dengan negara di dunia, sehingga dengan kondisi global itu telah menciptakan commit to user

berbagai kecenderungan berupa regionalisasi ekonomi dan perdagangan bebas dibarengi dengan arus informasi dan teknologi yang telah berubah dari teknologi sederhana menjadi teknologi canggih.

Tsa: Abstract:

’An Effect of Economic Growth on Non-Migas Export and Import, and

on Social Welfare in East Java Province’

Indonesia in the course of its continual development processes is confronted with the world economy which is increasingly globalized and strongly integrated with many other economies in the world. This global condition brings about some tendencies toward economic regionalization and free trade accompanied by a flow of various information and the state-of the-art technology

1) Komentar tentang Tsu:

Pada paragraf ini penulis merangkaikan sebanyak 51 kata hanya menjadi satu kalimat saja. Secara teoritis sebagaimana yang dikemukakan oleh Flesch dalam Sakri dalam Nababan, (1997: 53) maka dari segi tingkat keterbacaan, teks tersebut termasuk sangat sulit. Paragraf diatas hanya terdiri satu kalimat dan memiliki lebih dari 29 kata atau bahkan hampir dua kali lipatnya, yaitu 51 kata. Bagi para pembaca yang penutur aslinya bahasa Indonesia mungkin kalimat sepanjang itu tidak begitu menjadi masalah. Akan tetapi apabila pembacanya bukan dari Indonesia hal tersebut kemungkinan besar akan sangat menyulitkan untuk bisa memahami teks tersebut secara keseluruhan. Jadi kesalahan pertama dari Tsu. nya adalah karena kalimat yang digunakan terlalu panjang serta mengulangi sejumlah kata yang tidak perlu. Sebenarnya kalimat diatas dapat dipecah menjadi dua atau bahkan tiga kalimat dengan menyisipkan sejumlah kata dan atau melesapkan sejumlah kata yang tidak perlu (karena sudah jelas), seperti pembetulan yang disarankan peneliti berikut ini:

Pembetulan pertama: ‟Indonesia dalam proses pembangunannya dihadapkan pada suatu kondisi perekonomian dunia yang semakin global dan terintegrasi. (Pengaruh ini) sedemikian kuatnya dengan negara di dunia, sehingga dengan kondisi global itu telah menciptakan berbagai kecenderungan berupa regionalisasi ekonomi dan perdagangan bebas. (Kemajuan pembangunan ini juga ) dibarengi dengan arus informasi dan teknologi yang telah berubah dari teknologi sederhana menjadi teknologi canggih‟.

Pembetulan ke dua: Menurut pengamatan penulis, kalimat tersebut terlalu banyak menggunakan kata yang semestinya tidak perlu. Selain itu pemilihan kata maupun struktur gramatikalnya juga kurang tepat. Oleh karena itu peneliti menyarankan agar kalimat tersebut diubah menjadi:

‟Indonesia dalam proses pembangunannya dihadapkan pada suatu kondisi

perekonomian dunia yang semakin global dan terintegrasi sedemikian kuatnya. dengan negara di dunia sehingga dengan Kondisi global itu telah menciptakan berbagai kecenderungan berupa regionalisasi ekonomi dan perdagangan bebas. (Kemajuan pembangunan ini juga) dibarengi dengan (semakin gencarnya) arus informasi dan teknologi yang telah berubah (mengubah) dari teknologi sederhana menjadi teknologi canggih‟.

Keterangan: Menurut peneliti, kata-kata yang digaris bawahi tidak perlu digunakan. Dengan demikian ada 11 (sebelas) kata yang semestinya tidak diperlukan dalam konteks kalimat tersebut. Oleh karena itu pada pembetulan ke dua ini hanya diperlukan dua kalimat saja karena adanya pengurangan kata-kata tersebut. Sedangkan kata-kata yang ada dalam kurung adalah kata-kata yang disarankan untuk ditambahkan sehingga terbentuk koherensi antara kalimat satu dengan lainnya.

Kesimpulan sementara: Menurut peneliti Tsu yang ditulis oleh penulis teks asli (mahasiswa S.3) tersebut secara keseluruhan (dilihat dari padanan sintaksis, struktur gramatikal, leksikal, kohesi, maupun commit to user

koherensinya masih kurang atau bahkan tidak memenuhi persyaratan teks yang baik. Oleh karena itu sebelum teks abstrak asli diterjemahkan ada baiknya direvisi bersama antara penulis teks asli dan penerjemah sehingga tidak terjadi ‟misinformation‟.

2) Komentar tentang Tsa: Berdasarkan Tsa (teks abstrak hasil terjemahan) sebagaimana yang tertulis di atas, penerjemah telah menambahkan kata sekitar 12 atau 13 kata (sebagaimana kata-kata yang digaris bawahi) dan melesapkan atau mengurangi sejumlah kata serta mengubah struktur kalimat dari teks aslinya. Hal ini dilakukan oleh penerjemah (kemungkinan) agar apa yang ingin disampaikan oleh penulis teks asli dapat dipahami oleh pembaca Teks sasaran (Tsa). Selain itu penerjemah juga telah membagi paragraf yang semula hanya terdiri atas satu kalimat saja menjadi dua kalimat dengan maksud untuk mempermudah pemahaman pembacanya. Meskipun metode penerjemahan seperti ini sering kali dikatakan tidak setia dengan teks aslinya namun hal ini lebih baik dari pada teks hasil terjemahannya tidak dapat dipahami sama sekali oleh pembaca sasaran.

Selanjutnya penggunaan kata-kata seperti: ‟in the course of‟‟ yang dipadankan dengan ‟dalam‟; ‟increasingly globalized‟ = semakin global;

‟many other economies‟ = dengan negara (lain) di dunia; ‟a flow of various information‟= arus informasi; ‟the state-of the-art technology‟ = teknologi yang telah berubah dari teknologi sederhana menjadi teknologi canggih. Padanan-padanan yang digunakan oleh penerjemah tersebut menurut peneliti sebenarnya kurang tepat pada konteks tersebut sehingga hal ini dikhawatirkan dapat mengubah makna kalimat sebagaimana pesan yang ingin disampaikan oleh penulis teks asli.

3) Saran-saran: Untuk meminimalisasi kesalahan dan menghindari adanya salah interpretasi antara penulis teks asli dengan penerjemah, ada baiknya teks abstrak bahasa Indonesia direvisi terlebih dahulu oleh penerjemah commit to user

(terutama abstrak hasil penelitian S.3) dengan persetujuan penulis sebelum diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Hal ini perlu dilakukan untuk menyamakan persepsi antara penulis teks asli dan penerjemah, dengan pertimbangan bahwa abstrak ini merupakan ringkasan hasil penelitian yang ditulis oleh seorang doktor yang tentu saja kapabilitas keilmuan maupun kepakarannya diharapkan mendekati sempurna.

Dalam dokumen DESERTASI SUKIRMIYADI T140306003 (Halaman 115-119)