• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Pustaka dan Penelitian yang Relevan

Dalam dokumen DESERTASI SUKIRMIYADI T140306003 (Halaman 119-124)

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Penerjemahan

15. Tinjauan Pustaka dan Penelitian yang Relevan

Penelitian terdahulu dan kajian pustaka yang relevan dengan penelitian ini diantaranya dilakukan / ditulis oleh sejumlah peneliti atau penulis, diantaranya:

Yang pertama, Esti Junining dari Universitas Negeri Malang yang diselesaikan pada bulan Nopember tahun 2003. Judul penelitiannya adalah:

„The Translation of Thesis Abstracts in the Accounting Department of Brawijaya University‟. Masalah yang diangkat sehubungan dengan penerjemahan abstrak tersebut adalah tentang: 1) jenis kesalahan linguistik apa yang ditemukan pada terjemahan abstrak skripsi yang dilakukan oleh mahasiswa jurusan akuntansi Universitas Brawijaya Malang, dan 2) bagaimana tingkat keinformatifan dari abstrak yang diterjemahkan tersebut.

Berdasarkan pada rumusan masalah yang dikemkakan sebelumnya maka dapat diketahui bahwa: 1) Jenis kesalahan linguistik terbesar terjadi pada kesalahan gramatikal yang mencapai 78%. 2) Kesalahan terbesar ke dua diikuti oleh kesalahan leksikal (22%). Kesalahan paling dominan terjadi pada frasa yang hilang, frasa yang ditambahi, dan frasa yang melompat yang mencapai (26%); Kedua, kesalahan morfologis (17%). Ke tiga, kesalahan kata-kata fungsi (16%); ke empat, kesalahan pemilihan kata, kelima kesalahan pada kata-kata istilah dalam bidang ekonomi (1%), keenam, kesalahan sintaksis (7%), ke delapan, kesalahan kata-kata isi (5%), dan yang terkecil adalah kesalahan dalam penggunaan idiom.

Meskipun dari hasil penelitian tersebut ditemukan lebih dari 75% kesalahan namun terjemahan tersebut dikatakan masih cukup informatif dengan kriteria yang didukung oleh bukti-bukti empiris, tidak didukung oleh informasi secara detail, penggunaan paragraf argumentative, penggunaan bahasa formal, penggunaan bahasa yang tidak mengandalkan emosi, penggunaan style (gaya) yang tidak objektif (sedikitnya frekuensi penyederhanaan, kolektivitas, ekonomis, dan kongruitas), kata-kata sulit yang hanya sedikit, dan tidak mudah dimengerti.

Dalam thesis tersebut peneliti hanya memusatkan perhatiannya pada aspek kesalahan linguistik dan pemilihan kata serta keterbacaan teks; Sementara itu dalam penelitian ini penelitimelakukan analisis data lebih luas dan mendalam. Teks abstrak yang dianalisis terdiri atas 2 (du) bidang keilmuan yang berbeda, yaitu kedokteran dan teknik sipil dan perencanaan. Adapun aspek yang dianalisis tidak hanya struktur gramatikal atau linguistik dan keterbacaannya saja, akan tetapi lebih luas lagi, termasuk format penulisan dan keragaman struktur abstrak, struktur abstrak dan tingkat koherensi Tsu dan Tsa, keakuratan, dan keberterimaan.

Ke dua adalah Suraish Kumar, G.K pada tahun 2003 yang menulis dalam artikel jurnal „Biochemical Engineering Group, the Departmentof Chemical Engineering, Indian Institute of Technology, Bombay, India. Dia meneliti tentang „Improving Coherence In Technical Writing‟. Hasil temuan dari penelitian tersebut disebutkan bahwa „Aspek Koherensi‟ dapat meningkatkan pemahaman suatu teks dan memperlancar komunikasi secara signifikan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa ada 2 (dua) aspek penting yang dapat berpengaruh terhadap kelancaran berkomunikasi tulis (written text communication) ini, yaitu: a) adanya atau kesesuaian dalam penggunaan penanda kohesi sebagai perangkat koherensi (tools for coherence), diantaranya : commit to user repetition or synonymy, antonymy,

pronouns, parallelism, transition or conjunctive Adverbs / conjunction, yang berfungsi sebagai pengikat atau penyambung antara kalimat satu dengan yang lainnya; b) Kemampuan awal / dasar , ketrampilan, dan persiapan penulisnya sendiri, yang meliputi: pengetahuan atau wawasan dasar tentang materi yang akan ditulis, kejelasan pokok-pokoh permasalahan yang akan ditulis sebelum kegiatan menulis dilakukan, dan situasi dan kondisi yang nyaman dan releks selama proses menulis berlangsung.

Yang ke tiga, artikel sehubungan dengan koherensi teks juga ditulis oleh Heuboeck pada tahun 2009 dengan judul „Some Aspects of Coherence, Genre,

and Rhetorical Structure and their Integration in a Generic Model of Text‟. Artikel ini diterbitkan oleh University of Reading, Language Studies working Papers, Vol 1 page 35-45. Dalam artikel ini Heuboeck menulis tentang betapa pentingnya konsep koherensi dalam menganalisis teks sehubungan dengan keutuhan teks nya.

Sejumlah artikel lain terkait dengan penelitian ini juga ditulis oleh Judith Kilborn pada tahun 1998.Topik yang diangkat adalah „Writing Abstracts‟ yang diterbitkan oleh Literacy Education Online (LEO). St Cloud State University, Minnesota. Dua topik yang hampir sama juga ditulis oleh Koopman, tahun 1997 tentang „How to Write an Abstract‟, Carnegie Mellon University, dan Williamson, 2008 yang menulis artikel dengan judul „How to Write a Better Abstract‟, yang diterbitkan oleh Spine Society of Australia, Sydney.

Artikel yang ditulis oleh Kilborn, Koopman, maupun Williamson di atas ketiganya mejelaskan segala hal tentang penulisan teks abstrak dalam sebuah artikel, disertasi, dan penelitian ilmiah lainnya. Secara prinsip, ketiganya menyatakan bahwa teks abstrak harus memiliki 5 (lima) struktur abstrak, yaitu: 1) Pendahuluan atau Latar Belakang Masalah, 2) Tujuan Penelitian, 3) Metodologi, 4) Pembahasan dan Hasil, serta 5) Simpulan. Yang membedakan antara ketiganya adalah pendapat yang dikemukakan oleh D commit to user

Williamson. Dia mengatakan bahwa selain kelima struktur abstrak tersebut, yaitu: (1) Pendahuluan atau Latar Belakang Masalah, (2) Tujuan Penelitian, (3) Metodologi, (4) Pembahasan dan Hasil, (5) Simpulan, harus ditambahkan satu aspek lagi yaitu berupa (6) „Koherensi Teks„. Aspek koherensi ini merupakan halpenting yang harus diperhatikan dan dipenuhi dalam penulisan suatu teks. Baik buruknya teks sangat dipengaruhi oleh aspek koherensi ini, karena aspek koherensi dapat berpengaruh terhadap mudah tidaknya teks tersebut dipahami oleh pembacanya.

Selanjutnya adalah Cutting, tahun 2002 dalam bukunya yang berjudul

„Pragmatics and Discourse‟. A Course Book for Students. London and New York, Routledge. Taylor and Francis Group. Sealin itu Halliday & Hasan, tahun 1980 dalam bukunya yang berjudul „Cohesion in English‟. Great Britain: Longman Group Ltd. Dalam 2 (dua) buku yang ditulis oleh Cutting maupun Halliday & Hassan tersebut dijelaskan hal-hal sehubungan dengan koherensi teks. Joan Cutting, dan Halliday dan Hasan menjelaskan banyak tentang pentingnya penanda kohesi yang sangat berpengaruh terhadap koherensi suatu teks. Selain itu, berdasarkan hasil pengamatannya juga dijelaskan macam-macam kohesi, kohesi leksikal dan kohesi gramatikal, fungsi penanda kohesi, yang dilengkapi dengan contoh-contohnya.

Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa koherensi teks adalah suatu teks yang utuh dimana antara kalimat satu dengan yang lainnya saling mengikat erat dan membentuk satu kesatuan teks yang utuh sehingga tidak satupun kata, frasa, ataupun kalimat dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Sebagai pengikat kalimat satu dengan lainnya atau paragraf satu dengan paragraf lainnya biasanya digunakan konjungsi atau kata penghubung yang seringkali disebut dengan penanda kohesi, kohesi leksikal dan kohesi gramatikal.Aspek-aspek kohesi, macam-macam dan pengaruhnya dibahas secara lengkap dan tuntas di buku-buku yang ditulis oleh Cutting maupun Halliday.

Selain itu Baker tahun 1991 dalam bukunya „In Other Words‟, A Course Book on Translation‟. London, Great Britain and New York: Routledge, Linguistics / Translation Studies. Dalam buku ini juga banyak dibahas tentang hal-hal sehubungan dengan kesulitan-kesulitan dalam penerjemahan. Disebutkan bahwa ada 3 (tiga) hal pokok kesulitan dalam menerjemahkan Tsu ke dalam Tsa, yaitu dalam hal: 1) mencarikan padanan leksikal(lexical equivalence), 2) padanan gramatikal (grammatical equivalence) dan 3) padanan tekstual (textual equivalence), yang meliputi aspek kohesi dan koherensi. Kesulitan-kesulitan dalam penerjemahan Tsu ke dalam Tsa juga dikemukakan oleh Halliday & Hassan (1980). Selain itu, hal-hal lain terkait dengan kohesi dan koherensi teks juga banyak dibahas dalam buku ini.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Supana tahun 2012 dalam disertasinya yang berjudul: „Kajian Terjemahan Penanda Kohesi pada Novel “Wings‟ karya Danielle Steel ke dalam Bahasa Indonesia‟. Dalam disertasinya disebutkan bahwa hasil penelitian adalah: a) Terjemahan penanda kohesi mengalami perubahan, baik perubahan jenis penanda kohesi maupun perubahan tataran. Perubahan ini disebabkan oleh perbedaan system persona antara Bsu dan Bsa, perbedaan struktur gramatikalnya, perbedaan kelaziman penggunaan penanda kohesi, dan perbedaan konteks sosiobudayanya. Perubahan penanda kohesi dalam terjemahan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perubahan yang bersifat wajib (perubahan harus dilakukan oleh penerjemah karena adanya perbedaan struktur gramatikal dan konteks sosiobudaya), dan perubahan yang bersifat pilihan (perubahan yang dilakukan penerjemah karena alas an strategi; b) Ada 9 teknik yang digunakan dalam menerjemahkan penanda kohesi; c) Ada 6 (enam) alasan yang mendasaridalam penggunaan 9 teknik penerjemahan: mengutamakan makna, menghindari kerancuan, menghindari kemubadziran, membuat variasi, supaya mudah dipahami, dan menyesuaikan dengan sosiobudaya Bsa nya; d) Nilai

keterbacaan terjemahan penanda kohesi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kesepadanan makna dan kewajaran bahasa.

Sehubungan dengan sejumlah penelitian sebelumnya, yang membedakan dengan penelitian ini adalah bahwasanya fokus penelitian ini lebih luas daripada penelitian-penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini, data yang dianalisis adalah sehubungan dengan padanan pada tataran teks yang mencakup struktur abstrak dan koherensi Tsu, dan Tsa. Selain itu hasil terjemahan teks abstrak juga dilakukan penilaian dari aspek keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan teks nya. Dengan demikian, penilaian dilakukan per teks, yaitu per paragraf atau per teks (abstrak) yang terdiri atas sejumlah paragraf. Berdasarkan hasil temuan, dari 15 (limabelas) teks abstrak yang dianalisis, sejumlah teks abstrak tersusun atas 1 (satu) paragraf, 3 (tiga), 4 (empat), dan 5 (lima) paragraf.

Dalam dokumen DESERTASI SUKIRMIYADI T140306003 (Halaman 119-124)