• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh Teks Abstrak yang Tsu nya Tidak Koheren

Dalam dokumen DESERTASI SUKIRMIYADI T140306003 (Halaman 30-39)

FUNCTION IN ARCHITECTURE AND 21TH CENTURY

3) Contoh Teks Abstrak yang Tsu nya Tidak Koheren

TsuT-7: TsaT-7

Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta, dihadapkan pada kemacetan lalu lintas dan polusi (1).Hal ini (2a) disebabkan karena kepadatan lalu lintas dari berbagai kendaraan (2b) di jalan arteri baik primer maupun sekunder. Pertumbuhan kendaraan dan sepeda motor (3a) untuk 5 tahun terakhir, membuat jalan dipenuhi dengan berbagai macam persoalan (3b). Sekarang, Surabaya (4a) mengandalkan sektor perdagangan dan jasa 58%, sektor industri 41% dan sektor pertanian 1% telah membuat pertumbuhan kota amat cepat (4b). Sehingga penduduk (5a) dapat dengan mudah membeli mobil maupun sepeda motor guna membantu mereka melakukan aktivitas mereka (5b). Pemerintah lokal (6)dalam posisinya belum dapat mengimbangi pembangunan jalan raya baru untuk melayani kegiatan mereka dalam berkendara dengan perilaku baik.

Surabaya as the second biggest city in Indonesia after Jakarta is faced by traffic congestion and pollution . It is caused by the density from various vehicles on either primary or secondary artery road. The growth of cars and motorcycles have made the road full with various problem for the last 5 years. Now, Surabaya which relies on the trade and services sector of 58%, industry sector of 41% and agriculture sector of 1% has made the city grow very quickly. Hence, people can easily buy cars and motorcycles to help them in many activities. The Local Government in its position could not balance the building of a new road to service their activities through activities driving in good manner. The problems occur is to inform the level of services of artery road, to make a mapping the growth of artery road from year to year, to optimalize artery road basic in traffic management commit to user

Permasalahan yang timbul (7) adalah mengkaji kinerja jalan-jalan arteri di Kota Surabaya, memetakan pertumbuhan jalan arteri dari tahun ke tahun, melakukan optimalisasi jalan arteri berdasarkan sistem manajemen lalu lintas secara spasial.

Dengan menggunakan kajian evaluasi kinerja jalan dan sistem informasi geografis, serta optimalisasi manajemen lalu lintas dengan rencana spasial diharapkan dapat menjawab segala pertanyaan penelitian tersebut. HCM 2010, memberikan arahan dalam klasifikasi jalan yang membantu melihat kinerja jalan, sedangkan sistem informasi dapat membantu memvisualisasikan atribut maupun pertumbuhan jalan arteri dapat tersaji secara layer per layer dalam arti metoda tumpang susun.

Dalam analisis digunakan Pearson Correlation (SPSS 15) guna mengetahui beberapa variabel yang mempengaruhi jalan arteri.

Variabel tersebut adalah PDRB, Jumlah Penduduk dan Jumlah Kendaraan yang dikaji dengan regresi maupun korelasi, hasil diharapkan dapat menjadi suatu pemodelan. Model tersebut adalah suatu persamaan: Panjang Jalan Arteri primer = 577 + 0,00000096 PDRB – AHDK – 0,00021596 Jumlah Penduduk – 0,000003534 Jumlah Kendaraan.

Hal ini ( disimpulkan bahwa ada Sirkulasi Ekuator harus dibangun diantara jalan arteri agar supaya dapat memecahkan persoalan kemacetan dalam optimalisasi manajemen lalu lintas dengan perencanaan spasial di Surabaya.

Kata kunci: Kinerja Jalan, SIG, Optimalisasi Jalan Arteri, Sirkulasi Ekuator.

by spatial planning.

By using evaluation study of the level of services and remote sensing especially in geographical information system and also optimalizing traffic management with spatial planning, it can be hoped that there is an answer all of the research questions.

HCM 2010, gives directon in road classification to help observed level of services, by the way information system also help to visualize attribute or growth of artery road that served in layer by layer.

In this analysis is used Pearson Correlation from SPSS 15 – AMOS for knowing various variables that influence artery road. The variables is PDRB, Inhabitants, Vehicles will be observed by regression and correlation and the result can made a model. The model is a function: Length of Primary Artery = 577 + 0,00000096 PDRB – AHDK – 0,00021596 Sum of Inhabitants – 0,000003534 Sum of Vehicles.

It can be concluded that there are an Equator Circulation must be built among the artery road in order can solved the problem congestion as optimalizing traffic management with spatial planning in Surabaya.

Keyword: Level of Services, SIG, Optimalization Artery Road, Equator Sirculation.

Penjelasan / analisis data: Teks abstrak diatas tingkat koherensinya kurang baik karena beberapa hal sebagai berikut:

a) Antara frasa „berbagai macam persoalan‟ (3b) dan „Surabaya …..(4a) tidak nyambung karena penanda kohesinya tidak ada atau tidak tepat. Mestinya frasa (4a) menjelaskan persoalan apanya?

b) „Pertumbuhan kota amat cepat..‟ (4b) dan „Sehingga penduduk dapat

dengan mudah membeli mobil……‟ (5a) tidak nyambung.

Seharusnya: Pertumbuhan kota amat cepat , hal ini meningkatkan perekonomian atau pendapatan sehingga ………..

c) „Guna membantu mereka melakukan aktivitas mereka„ (5b) dan

„pemerintah lokal...„ (6) tidak nyambung.

Seharusnya: apa yang dilakukan oleh pemerintah kota dalam upayanya atau tidak berupaya dalam mengatasi kemacetantersebut?

d) Paragraf satu dan dua memiliki lebih dari satu ide pokok atau main idea. e) Poin a-b-c-d merupakan ciri teks yang tidak memiliki koherensi yang baik,

karena selain menggunakan penanda kohesi yang tidak tepat dan ketiadaan penanda kohesi, teks tersebut pada setiap paragrafnya memiliki lebih dari satu ide pokok.

Kesalahan-kesalahan seperti itu semestinya tidak perlu terjadi atau sedapat mungkin harus dihindari, apalagi di lingkungan pendidikan tinggi. Hal ini terkait dengan ilmu pengetahuan yang sudah barang tentu banyak dibaca secara meluas dari berbagai kalangan, khususnya kaum intelektual sebagai pengguna dari hasil terjemahan tersebut. Apalagi abstrak disertasi yang merupakan inti dari sebuah penelitian dijadikan sebagai tolok ukur dari kualitas kepakaran seseorang sudah barang tentu sangat diharapkan menjadi panutan dan bahan acuan bagi ilmuan maupun peneliti lain yang membacanya.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menyarankan bahwa sebelum penerjemah melakukan kegiatan penerjemahan, Tsu. sebaiknya perlu dilakukan perbaikan dan pembetulan baik dari aspek leksikal, struktur commit to user

gramatikal, maupun kohesi dan koherensi teksnya. Melihat kenyataan ini maka peneliti sependapat dengan sebagian besar pakar penerjemahan bahwa menerjemahkan memang bukanlah pekerjaan mudah. Selain butuh ketelitian dan ketajaman berpikir, pekerjaan ini juga memerlukan ketrampilan khusus, salah satunya adalah „sense of language‟ yang kuat. Selain itu juga harus didukung oleh wawasan yang sangat luas terkait dengan dua bahasa, dan bidang keilmuan yang menjadi target terjemahannya. Dengan kata lain, seorang penerjemah tidak akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik tanpa didukung oleh ketrampilan berbagai aspek kebahasaan maupun non kebahasaan terkait dengan pemahaman kedua bahasa tersebut.

Sehubungan dengan sejumlah hasil temuan sebagaimana dijelaskan di atas, dan mengingat pentingnya kedudukan teks abstrak dalam sebuah hasil penelitian ilmiah, kajian tentang kualitas hasil terjemahan teks abstrak disertasi dan tingkat koherensi teksnya perlu dilakukan. Koherensi merupakan aspek penting dalam penulisan sebuah teks atau wacana karena keterbacaan teks sangat ditentukan oleh koheren tidaknya teks tersebut (Kumar, 2003). Sementara itu, koherensi teks ditentukan oleh kesesuaian atau tepat tidaknya penulis dalam menggunakan penanda kohesi dalam menghubungkan antara kalimat yang satu dengan kalimat lainnya, dan antara paragraf satu dengan lainnya. Sebagaimana diketahui bahwa sebagian relasi kohesi dinyatakan dalam bentuk tata bahasa atau kohesi gramatikal, dan sebagian lainnya dalam bentuk kosa kata atau kohesi leksikal. Oleh karena itu, aspek-aspek kebahasaan yang berfungsi untuk menghubungkan antara sub bagian teks yang satu dengan lainnya sehingga teks tersebut menjadi kohesif dan pada akhirnya suatu teks dikatakan koheren dikenal sebagai penanda kohesi. Sehubungan dengan adanya kohesi gramatikal dan kohesi leksiakal, maka penanda kohesi juga dibedakan menjadi penanda kohesi gramatikal, dan penanda kohesi leksikal, (Halliday dan Hasan: 1980), dan Cutting, (2002).

Penelitian tentang terjemahan abstrak dan koherensi teks sebenarnya telah dilakukan oleh sejumlah peneliti sebelumnya, akan tetapi mereka hanya commit to user

mengkaji sebagian kecil saja. Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh Junining (2003) yang mengangkat tentang „The Translation of Theses Abstracts in the Accounting Department of Brawijaya University‟. Penelitian ini hanya mengkaji tentang satu aspek saja, yaitu keterbacaan dan kesalahan-kesalahan linguistik dalam terjemahan abstrak tesis. Hasilnya diketahui bahwa kesalahan-kesalan tersebut ternyata tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat keterbacaan teks abstrak meskipun jumlah kesalahannya mencapai lebih dari 75%.

Sementara Kumar, G.K (2003) dalam artikelnya yang berjudul

„Improving Coherence in Technical Writing‟ hanya memfokuskan pada aspek kohesi/koherensi yang dapat berpengaruh terhadap meningkatnya pemahaman suatu teks, dan memperlancar komunikasi secara signifikan. Sedangkan Heuboeck (2009) yang menulis tentang „Some Aspects of Coherence, Genre,

and Rhetorical Structure and their Integration in a General Model of Text‟

juga hanya memfokuskan pada satu aspek kecil saja, yaitu: pentingnya konsep koherensi dalam menganalisis teks sehubungan dengan keutuhan teks. Selanjutnya, Supana (2012) dalam penelitiannya yang berjudul „Kajian Terjemahan Penanda Kohesi pada Novel “Wings” juga tidak membahas tentang pengaruh kohesi/koherensi terhadap keterbacaan teks.

Berpedoman pada penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini mengkaji lebih luas yang mencakup banyak hal. Diantaranya sejumlah aspek sehubungan dengan format penulisan abstrak disertasi baik dalam bahasa Indonesia maupun hasil terjemahannya dalam bahasa Inggris. Oleh karena itu, selain mengkaji kualitas terjemahan abstrak disertasi yang meliputi aspek keakuratatan, keberterimaan, dan keterbacaannya, penelitian ini juga mengkaji tentang format penulisan, jumlah paragraf dan struktur abstraknya, serta tingkat koherensi teks nya baik Tsu maupun Tsa nya.

Adapun teks yang dikaji berjumlah 15 (limabelas) teks abstrak disertasi dalam bahasa Indonesia dan hasil terjemahannya dalam bahasa commit to user

Inggris yang ditulis oleh mahasiswa yang telah menyelesaikan studi S.3 nya. Dari limabelas teks abstrak tersebut, 7 (tujuh) diantaranya diambil dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, dan 8 (delapan) lainnya dari Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS Surabaya. Teks-teks abstrak tersebut telah mendapat pengesahan dan didokumentasikan di Perpustakaan kedua perguruan tinggi masing-masing. Peneliti mengambil sampel di dua perguruan tinggi tersebut karena selain merupakan perguruan tinggi besar dan tua di Indonesia, lokasinya juga berdekatan dengan tempat tinggal peneliti. Sedangkan dalam hal jumlah dan pengambilan sampel, secara umum teks-teks abstrak yang ditulis oleh mahasiswa S.3 Universitas Airlangga lebih panjang, dan rata-rata setiap teks abstrak telah tersusun atas 5 (lima) paragraf dan lima struktur abstrak. Sementra teks-teks abstrak disertasi yang ditulis oleh para mahasiswa S.3 ITS lebih pendek, dan rata-rata setiap teks abstrak hanya memiliki 3 (tiga) atau 4 (empat) paragraf dan tiga atau empat struktur abstrak saja.

Untuk menganalisis data, peneliti merujuk teori Baker (1991), Halliday dan Hassan (1980), dan Bassnett-Mc Guire (1988) tentang kesulitan-kesulitan dalam menerjemahkan yang meliputi padanan leksikal, gramatikal, dan tekstual yang mencakup kohesi dan koherensi. Sementara untuk menganalisis struktur abstrak dan koherensi teks merujuk pada D Williamson (2007). Sedangkan untuk penilaian kualitas terjemahan sehubungan dengan keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan, merujuk pada Machali (2000), dan Nababan dkk (2012).

Sebagaimana telah diketahui bahwa Baker (1991) dan Halliday & Hasan (1980) yang didukung oleh Bassnett-Mc Guire (1988 : 23-25) menyebutkan bahwa ada tiga (3) kendala utama atau kesulitan yang seringkali dihadapi oleh seorang penerjemah dalam menerjemahkan teks Bsu ke dalam Bsa. yaitu dalam hal mencarikan padanan leksikal (lexical equivalence) yang tepat dan berterima, padanan sintaksis (grammatical / syntactic / linguistic

equivalence), dan padanan tekstual (textual equivalence) yang meliputi kohesi dan koherensi teks (cohesion and coherence of the discourse).

Sehubungan dengan tujuan dilakukannya penelitian ini, selain ke tiga hal tersebut, prediksi terjadinya keragaman dalam penulisan teks abstrak dikarenakan belum adanya pedoman khusus atau pembakuan tentang penulisan abstrak sehubungan dengan format dan struktur abstrak itu sendiri, terutama dari aspek kohesi dan koherensi teksnya, serta sejumlah kesulitan lainnya. Sejumlah alasan mengapa peneliti merasa perlu melakukan kajian tentang aspek-aspek kebahasaan yang digunakan dalam penulisan teks abstrak disertasi diantaranya:

(1) Menerjemahkan bukanlah pekerjaan yang mudah, karena menerjemahkan merupakan kegiatan yang melibatkan dua bahasa yang berbeda (bilingual activity) yang sudah barang tentu memiliki aturan dan tataran yang berbeda antara Bsu dan Bsa. Dengan demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa penerjemah masih melakukan banyak kesalahan pada ke tiga aspek tersebut.

(2) Dalam penulisan abstrak baik itu skripsi (tugas akhir mahasiswa S1), tesis (S2), maupun disertasi (S3), demikian pula halnya dengan setiap artikel yang dimuat di dalam jurnal ilmiah pasti dilengkapi dengan abstrak yang ditulis dalam dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Sebagaimana kita ketahui bahwa di era global ini berbagai informasi dapat diakses secara bebas dan dengan mudahnya melalui internet, termasuk abstrak hasil penelitian. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa abstrak abstrak bahasa Inggris yang ditulis oleh para peneliti maupun ilmuan Indonesia juga akan diakses dan dibaca oleh pembaca lain yang penutur aslinya bukan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, sedapat mungkin terjemahan abstrak dalam bahasa Inggris yang mereka tulis harus diupayakan memiliki tingkat kesalahan serendah mungkin supaya pesan yang ingin disampaikan oleh penulis benar benar dapat tersampaikan dan dipahami oleh pembaca sasaran. commit to user

(3) Sebagaimana kita ketahui bahwasanya para penulis abstrak tersebut sebagian besar tidak memiliki latar belakang pendidikan maupun kemampuan bahasa Inggris yang memadai baik dari aspek leksikal, struktur gramatikal, maupun aspek kebahasaan lainnnya. Meskipun demikian, sebenarnya sejak satu dekade yang lalu para mahasiswa S.3 maupun S.2 di berbagai perguruan tinggi (terutama perguruan tinggi negeri) di Indonesia telah diwajibkan memiliki nilai setara dengan TOEFL sedikitnya 475 sampai 500, atau bahkan lebih dari itu. Oleh karena itu mereka juga diwajibkan untuk membuat abstrak sendiri dalam dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Dengan nilai TOEFL sebesar itu diasumsikan bahwa mahasiswa yang bersangkutan baik S.2 maupun S.3 tidak akan mengalami kesulitan lagi ketika harus membaca buku-buku referensi yang ditulis dalam bahasa Inggris. Selain itu mereka juga diharapkan telah memiliki kemampuan menerjemahkan abstrak mereka sendiri dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris. Namun demikian, pada kenyataannya sebagian besar dari mereka masih menyuruh orang lain untuk menerjemahkan buku-buku referensi yang diinginkan, termasuk menerjemahkan abstrak dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris. Mereka tidak mengerjakannya sendiri, melainkan menyuruh orang lain untuk menerjemahkan abstrak mereka yang kualitas hasil terjemahannyapun juga belum tentu dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi keakuratan, keberterimaan, maupun keterbacaannya.

(4) Konsentrasi bidang keilmuan yang diterjemahkan sangat beragam, sementara kebanyakan penerjemah yang ada di Indonesia belum atau tidak memiliki spesifikasi tersebut. Hal ini dapat menyebabkan terjemahan yang dihasilkan kurang optimal.

(5) Tidak semua orang memiliki kemampuan berbahasa dan rasa bahasa yang cukup baik. Hal ini memungkinkan terjadinya pergeseran makna pada teks terjemahan yang dihasilkan. Jika ini terjadi dapat menyebabkan terjemahan yang dihasilkan menjadi lebih bagus atau bahkan lebih buruk dari pada teks aslinya. commit to user

(6) Seringkali pesan yang ingin disampaikan oleh penulis asli tidak dapat terakomodasi dengan baik karena kurang atau tidak adanya komunikasi antara penulis asli dengan penerjemah.

(7) Berdasarkan pengamatan peneliti, penulisan abstrak di sejumlah perguruan tinggi negeri di Indonesia memiliki aturan penulisan yang berbeda beda, terutama pada bagian awal teks abstrak.

(8) Belum adanya keseragaman atau pembakuan dalam penulisan abstrak di Indonesia. Sebagaimana dikemukakan oleh D. Williamson (2007: 3) bahwa teks abstrak yang baik dan lengkap seharusnya terdiri atas: pendahuluan (introduction), tujuan (aims), metode (methods), hasil (results), dan kesimpulan (conclusion), serta koherensi teksnya (coherence of text). Aspek koherensi teks inilah yang seringkali dilupakan oleh para penulis abstrak maupun penerjemahnya.

Sehubungan dengan sejumlah alasan tersebut di atas, peneliti melakukan penelitian sehubungan dengan penulisan teks abstrak dalam bahasa Indonesia dan kualitas terjemahan abstrak yang ditulis oleh para mahasiswa S.3 pada umumnya, di Universitas Airlangga dan ITS Surabaya khususnya. Penilaian tentang kualitas teks hasil terjemahan yang dilakukan oleh para „raters‟ ini utamanya difokuskan pada 3 (tiga) aspek penilaian yaitu: keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaannya. Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan oleh para Raters tersebut selanjutnya peneliti mengkaji dan menganalisisnya secara cermat dan komprehensif. Hal lain yang perlu diketahui bahwasanya sebagian besar dari mereka berprofesi sebagai dosen atau tenaga pengajar dan profesional baik di perguruan tinggi negeri maupun swasta yang tersebar di sejumlah kota di Indonesia, dan satu di antaranya di Australia.

Selanjutnya untuk pembahasan dan analisis data lebih mendalam dan rinci sehubungan dengan struktur abstrak, kohesi/koherensi teks, dan kualitas terjemahan sejumlah teks abstrak disertasi dapat dilihat pada bagian analisis data dan pembahasan pada bab IV. commit to user

Dalam dokumen DESERTASI SUKIRMIYADI T140306003 (Halaman 30-39)