• Tidak ada hasil yang ditemukan

Padanan Gramatikal (Grammatical Equivalence)

Dalam dokumen DESERTASI SUKIRMIYADI T140306003 (Halaman 82-86)

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Penerjemahan

2) Padanan Gramatikal (Grammatical Equivalence)

Selain padanan leksikal, kesulitan lain dalam hal pencarian padanan juga terjadi pada pencarian padanan gramatikal atau sintaksis. Hal ini disebabkan banyaknya perbedaan antara struktur kalimat dalam bahasa Indonesia dengan aturan atau kaidah kalimat dalam bahasa Inggris. Seperti dikatakan oleh Baker (1992: 180) berikut ini: „Each language has

its own patterns to convey the interrelationships of persons and events, in no language may these patterns be ignored, if the translation is to be

understood by its readers‟.

Kesulitan-kesulitan dalam hal mencarikan padanan gramatikal tersebut diantaranya dalam hal pembentukan infleksi, dan derivasi.

Misalnya kata „buku-buku‟ (dalam bahasa Indonesia) yang hanya

menambahkan huruf „s‟ di akhir kata „book‟ (dalam bahasa Inggris). Namun demikian penambahan „s‟ sebagai penanda bahwa jumlah benda lebih dari satu juga sangat beragam, yaitu ada yang ditambah „es‟, seperti dalam kata: watch menjadi watches, mango menjadi mangoes; „y‟ berubah jadi „i + es., seperti lady menjadi ladies, „f‟ berubah menjadi „v + es‟, seperti dalam kata knife – knives, dsb. Selain itu penggunaan „tenses‟, yaitu kalimat yang bentuk verbanya dipengaruhi oleh waktu yang dibedakan dengan „Verb I (simple present), Verb II (simple past), and

Verb III (past participle / perfect)‟ juga memiliki variasi yang beragam.Misalnya: Kata kerja „pergi‟ dalam kalimat-kalimat „Ayahku segera pergi ke masjid; Tahun lalu ayahku pergi ke London; dan Ayahku telah pergi bekerja‟. Dalam bahasa Indonesia kata „pergi‟ dalam ketiga kalimat tersebut tidak mengalami perubahan meskipun waktu kejadiannya tidak sama. Sementara dalam bahasa Inggris verba tersebut mengalami perubahan, sehingga kata kerja „pergi‟ (Ind), yang padanannya „go‟ (Eng) dalam kalimat-kalimat tersebut menjadi: „My father is going to the Mosque soon; My father went to London last year; My father has gone to work already‟. Contoh kesulitan lain adalah bentuk pasif dalam Bsu (Indonesia) dapat berubah menjadi verba aktif dalam Bsa (Inggris). Misalnya: Lagu ini enak dinikmati sebelum tidur (Bsu) : „This song is nice

to enjoy before sleeping)‟; Tembok rumah ini perlu dicat : „The wall of this house needs painting‟; dan masih banyak lagi. Begitu pula halnya dalam pembentukan derivasi juga tidak kalah rumitnya. Seperti dalam pembentukan kata-kata yang berasal dari akar kata beauty (nomina) yang dapat berubah menjadi beautify (verba), beautiful (adjektiva), beautifully (adverbia); large (adjektiva), largely (adverbia), enlarge (verba), enlargement (nomina); dsb.

Aspek gramatikal dapat dibagi menjadi dua (2) unsur utama, yaitu aspek morfologi dan sintaksis, seperti dikemukakan oleh Mona Baker (1991: 83): ‟Grammar is orcommit to user ganized along two main dimensions:

morphology and syntax‟. Selanjutnya dari ke dua aspek tersebut masing-masing memiliki sejumlah sub-sub aspek dengan rincian sebagai berikut:

(a) Aspek Sintaksis meliputi : 1) Modification (modifier), yaitu ketidaktepatan pembentukan frasa nomina yang head wordnya bisa berupa noun, verb, adjective, atau adverb; 2) Predication, yaitu kesesuaian antara Subjek dan predikat dalam suatu kalimat. Aspek ini meliputi : Tense, misalnya kesalahan dalam penggunaan verba yang semestinya simple past namun dibuat dalam simple present tense atau sebaliknya, atau dengan menggunakan tense lainnya; Aspect, yaitu pembentukan ‟ing form‟ dalam kalimat ‟progressive tense‟, dimana penerjemah tidak menambahkan morfem ‟ing‟ atau ‟be‟, atau keduanya yang semestinya harus ada; Voice, yaitu kesalahan kalimat yang semestinya dalam bentuk ‟passive construction‟ namun penerjemah menggunakan ‟active‟ atau sebaliknya. Misalnya kalimat yang semestinya ‟His research was conducted last

month‟ ditulisnya menjadi ‟His research conducted or was conduct last month‟; Status, yaitu kesalahan struktur kalimat baik dalam kalimat negatif maupun interogatif. Misalnya kalimat yang seharusnya: ‟ I didn‟t

attend the meeting yesterday‟ ditulis: ‟I am not attended the meeting yesterday or I was not attend the meeting yesterday‟.

(b) Aspek Morfologis, meliputi: 1) Inflection, yang dibagi menjadi 3 aspek, yaitu : Conjugation verbs (-ing, -ed, -s, etc); Comparison Adjective and Adverb (positive, comparative, and superlative); Declination : Nouns and Pronouns, yang meliputi : Nominative ( teacher teachers);

Possessive ( the teacher‟s method, the teachers‟ method, the design of

building);2) Derivation, yang meliputi affixation, prefix, infix, and suffix).

Berikut ini adalah beberapa hasil temuan tentang ketidak akuratan atau kesalahan dalam pencarian padanan yang terdapat dalam terjemahan abstrak disertasi oleh mahasiswa S.3:

Tsu : Salah satu penyakit penting pada bawang merah yang menimbulkan banyak kerugian di beberapa sentra produksi adalah penyakit moler yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum f.sp.sepae.

Tsa : One of the important shallot diseases is moler caused by Fusarium oxysporum f.sp cepae, causing great loss to the farmers in several main shallot fields.

(1) Lexical Equivalence:

* Kata ‟penyakit‟ dalam Tsu yang dipadankan dengan ‟disease‟ dalam Bsa kurang berterima karena istilah ‟disease‟ biasanya digunakan untuk penyakit yang diidap oleh manusia, sedangkan untuk tumbuhan digunakan

‟pest‟. Kesalahan pemilihan kata ini adalah termasuk dalam aspek ‟content word‟. Ketidaktepatan pada aspek ‟content word‟ juga ditemukan pada frasa nomina ‟sentra produksi‟ yang dipadankan dengan ‟main shallot

fields‟, dan bukan ‟production centre‟. (2) Grammatical Equivalence:

Ketidaktepatan dalam pencarian padanan juga terjadi pada aspek gramatikal dimana frasa nomina ‟Salah satu penyakit penting pada bawang merah yang menimbulkan banyak kerugian di beberapa sentra produksi‟ seharusnya diterjemahkan menjadi satu frasa, namun diterjemahkan menjadi satu kalimat dan frasa nomina. Kesalahan ini termasuk dalam klasifikasi ’modification’ dari aspek sintaksisnya.

Kesalahan dari aspek sintaksis lain juga dijumpai pada kalimat berikut ini:

Tsu: Industri gula Indonesia sudah berlangsung sejak lebih dari satu abad yang lalu.

Tsa: Sugar industry in Indonesia have existed since a century ago.

*Penjelasan: Kata ‟have‟ seharusnya ‟has‟ karena subjek dalam kalimat tersebut berbentuk tunggal (singular), sedangkan ‟have‟ seharusnya untuk

jamak / lebih dari satu (plural) atau untuk orang pertama dan kedua tunggal (I,You).

Dalam dokumen DESERTASI SUKIRMIYADI T140306003 (Halaman 82-86)