• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANSEKAP KORIDOR JALAN DI PERKOTAAN SEBAGAI

Dalam dokumen DESERTASI SUKIRMIYADI T140306003 (Halaman 183-187)

PEMBENTUK NILAI LINGKUNGAN‘: Kasus Kota Malang

Dalam perkembangan dan pembangunan perkotaan, menguatnya kepentingan ekonomi sering mengganggu eksistensi lansekap koridor jalan (LKJ). Kondisi ini telah menimbulkan dampak negative bagi lingkungan perkotaan. Untuk itu diperlukan pemahaman terhadap manfaat dari fungsi LKJ sebagai pembentuk nilai lingkungan, sehingga dapat tercipta lansekap kota dan system kota yang berkelanjutan.

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan konsepsi model perencanaan, perancangan dan pengembangan LKJ di perkotaan berdasarkan penilaian kognitif para pemangku kepentingan melalui analisis eksistensi, performansi, persepsi, preferensi, keragaan estetis-arsitektural; ekologis-biofisik; sosial; dan ekonomi, partisipasi, dan apresiasi tentang manfaat dari fungsi utamanya. Penelitian dilakukan di Kota Malang yang ketersediaannya direpresentasikan pada 12 LKJ. Metode penelitian yang digunakan merupakan gabungan metode kualitatif dan kuantitatif. Alat analisis yang digunakan adalah scenic beauty estimation, semantic differensial, correlation, principal component analysis, cluster analysis dan contingent evaluation methods.

Hasilnya: eksistensi LKJ bernilai cukup tinggi. Performansinya beragam dan ada yang belum optimal, persepsi dan preferensi publik tertinggi adalah LKJ berjalur pedestrian dan bermedian hijau. Kualitas estetis-arsitektural yang tinggi secara substansial diikuti oleh kualitas ekologis-biofisik yang tinggi pula, demikian sebaliknya. Secara ekologis-biofisik, kualitas LKJ masih sesuai dengan baku mutu. Potensi partisipasi publik tercermin dari nilai surplus konsumen LKJ relatif besar, dan dipengaruhi oleh taraf pendidikan dan pendapatan. Nilai lingkungan LKJ terkelompok menjadi dua, yakni gabungan estetis-arsitektural, ekologis-biofisik dan sosial, dan kelompok fungsi ekonomi, dimana fungsi ekonomi lebih rendah nilainya. Apresiasi publik terhadap nilai lingkungan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan latar belakang yang bertaut dengan bidang arsitektur dan lingkungan. Dari hasil ini diformulasikan commit to user

konsepsi model secara terpadu yang mengakomodasi keempat fungsi LKJ dan aspirasi publik.

Kata kunci : konfigurasi, kualitas estetis-ekologis, lansekap koridor jalan, nilai lingkungan, publik warga kota.

Penjelasan: Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa data atau teks abstrak ini mendapat nilai rerata „2,22„ dengan komposisi nilai: „2,33 -2,33-2,00„. Nilai ini artinya bahwa baik struktur abstrak maupun koherensi teksnya kurang baik. Hal ini dikarenakan, teks abstrak di atas hanya terdiri atas 4 (empat) struktur abstrak, yaitu latar belakang, tujuan penelitian, metodologi, dan hasil penelitian, dan tidak dilengkapi dengan simpulan pada akhir teks. Selain itu koherensi teksnya juga kurang baik, terutama bagian teks paragraf terakhir. Dengan demikian nilai yang diberikan oleh ketiga raters yaitu antara „2,00-2,33„ sudah semestinya dan sesuai.

Contoh data no. T1:

‘FUNGSI DALAM ARSITEKTUR DAN TANTANGAN ABAD XXI‘ Kasus: Jean Nouvel dan YB. Mangunwijaya

Saat ini pembahasan fungsi (1) hanya memegang peranan kecil dalam arsitektur, padahal tanpa fungsi (2b) sebuah bangunan bagaikan kehilangan fondasinya. (2a) Fungsi merupakan elemen yang tidak bisa dihilangkan dalam arsitektur (2b).Pada abad XXI ini arsitektur (3a) sudah dihadapkan pada tantangan yang harus ditanggapi yaitu: masalah humanity, nature, dan technology dalam konteks sustainable architecture (3b). Untuk menanggapinya (4a) dilakukan penelitian mengenai fungsi pada arsitektur (4b) yang mampu menghadapi tantangan yang harus dihadapi.

Penelitian ini (5a) ada dalam ranah teoritis, dan merupakan penelitian kualitatif (5b), dengan obyek studi berupa pustaka dan data tertulis yang sudah dipublikasikan. Metoda (6) yang paling sesuai untuk mendiskripsi fungsi dan membuat proposisinya adalah logical argumentation dan metode kritik. Hasil yang didapat (7a), berupa proposisi tentang fungsi yang ternyata menunjuk kepada konteks humanisme yang sesuai tantangan abad XXI (7b), dengan fungsi pelestarian alam, fungsi teknologi, dan fungsi humanity beserta masing-masing pokok pikiran fungsi di masing-masing isyu

(…8a..) .Fungsi hasil (8b)diujikan kepada pemikiran Jean Nouvel dan YB.

Mangunwijaya. (…9….) Masing-masing (10), Jean Nouvel maupun YB.

Mangunwijaya menunjukkan kemampuan di beberapa pokok pikiran fungsi yang ada namun tidak semuanya. Hasil akhir penelitian diharap mampu menambah wawasan dan alternatif acuan teori dalam arsitektur.

Kata kunci: arsitektur, fungsi, tantangan abad XXI, Jean Nouvel, YB.Mangunwijaya

Penjelasan:Berdasarkan hasil temuan, dari limabelas teks abstrak yang dianalisis, data no. T1 mendapat nilai rerata „2,00‟ dengan kategori nilai „D„ (Cukup). Dengan demikian, nilai ini diperoleh dari ketiga Raters dengan komposisi nilai: „2,00 - 2,00 – 2,00„. Nilai yang diperolehdari ketiga Raters tersebut sebenarnya berasal dari rerata penilaian 3 (tiga) aspek, yaitu struktur abstrak, ketepatan dalam penggunaan penanda kohesi, dan koherensi teks. Berikut ini adalah rincian penilaian dari tiga aspek tersebut:

Struktur Kohesi Koherensi Rerata

Rater 1 2 2 2 2,00

Rater 2 1 3 2 2,00

Rater 3 2 2 2 2,00

Rerata Rater 1-2-3: 2,00

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa teks abstrak tersebut hanya memiliki 3 (tiga) struktur abstrak, yaitu pendahuluan, metodologi, dan hasil / pembahasan, dan tidak dilengkapi dengan tujuan penelitian dan simpulan. Dengan demikian peneliti kurang setuju dengan hasil penilaian yang diberikan oleh Rater 1 dan 3 yang telah memberi nilai „2„ untuk struktur abstrak ini.Menurut peneliti, nilai „2‟ diberikan jika teks abstrak memiliki 4 (empat) struktur abstrak dari 5 (lima) struktur yang seharusnya ada.Dengan demikian menurut peneliti nilai yang tepat adalah „1„ seperti yang telah diberikan oleh Rater 2.

Sementara untuk hasil penilaian sehubungan dengan kesesuaian penanda kohesi, menurut peneliti sudah cukup baik. Akan tetapi masih ada beberapa bagian kalimat yang perlu diberikan tambahan penanda kohesi, yaitu berupa konjungsi seperti pada bagian kalimat no. (...8a...). Pada bagian ini sebaikanya ditambahkan konjungsi „Selanjutnya„ supaya kalimat setelahnya nyambung dengan paragraf sebelumnya.Selain itu pada bagian kalimat no. (9)dan (10) juga perlu ditambahankanfrasa, konjungsi dan perubahan susunan kata dan frasa supaya koheren dengan kalimat sebelum dan sesudahnya.Pada bagian kalimat no. (…9….) sebaiknya ditambahkan frasa „Setelah hasil diujikan‟, dan bagian no. (10) sebaiknya ditambahkan kata atau frasa dan dilakukan perubahan susunan kalimat menjadi „diketahui bahwa hasil pemikiran Jean Nouvel maupun YB. Mangunwijaya menunjukkan kemampuan di beberapa pokok pikiran fungsi yang ada namun tidak semuanya.

Berdasarkan hasil analisis tersebut, peneliti setuju dengan Rater 1 dan 3 yang telah memberikan penilaian „2‟ baik untuk aspek kohesi maupun koherensi teksnya karena masih terdapat sejumlah kesalahan dan ketiadaan penanda kohesi.

Selanjutnya adalah teks abstrak atau data yang mendapat penilaian terendah, yaitu data no. T5 dengan nilai rerata „1,55‟. Teks abstrak ini mendapatkan nilai terendah sehubungan dengan struktur abstrak dan koherensi teksnya. Komposisi nilai yang diperoleh data ini adalah „1,00-1,66-2,00‟. Ini artinya Rater 1 hanya memberi nilai „1,00‟, sedangkan rater 2 memberi nilai „1,66‟, dan rater 3 memberi nilai „2,00‟. Perbedaan nilai yang diberikan oleh Rater 1 dengan Rater 2 dan 3 ini cukup signifikan. Hal ini cukup menarik untuk mendapat perhatian khusus, mengapa demikian? Berikut ini adalah contoh data no. T5 yang mendapat nilai rerata terendah, yaitu „1,55„ dengan kategori teks „Kurang Baik„.

Contoh Data no. T5:

Dalam dokumen DESERTASI SUKIRMIYADI T140306003 (Halaman 183-187)