• Tidak ada hasil yang ditemukan

Controlling (Pengontrolan)

BAB IV PEMBAHASAN

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian

4.3.4 Controlling (Pengontrolan)

Hal terakhir yang perlu diperhatikan juga guna menilai keberhasilan manajemen suatu organisasi dalam perspektif dari George R. Terry adalah dengan dilakukannya kegiatan pengontrolan dimana melihat apakah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sesuai rencana. Pelaksanaan kegiatan dievaluasi dan penyimpangan - penyimpangan yang tidak diinginkan diperbaiki agar tujuan-tujuan dapat tercapai dengan baik. Ada berbagai cara untuk mengadakan perbaikan, termasuk merubah rencana dan bahkan tujuannya, mengatur kembali tugas-tugas atau merubah wewenang, tetapi seluruh perubahan tersebut dilakukan melalui manusianya. Karena dengan pengontrolan pun dapat menjadi penilaian sejauh mana keberhasilan manajemen suatu organisasi.

Jika dilihat dari segi pengontrolan manajemen fasilitas umum di stasiun Rangkasbitung ini sudah dijalankan cukup baik. Dimana adanya pengontrolan dari atasan kepada bawahan yaitu bagian pelayanan yang bertanggung jawab mengurus pelayanan terutama dari segi kebersihannya dan keamanan yang menjaga lingkungan stasiun dan penumpang. Hal ini didukung oleh pemaparan dari kepala stasiun bahwa :

“Pengontrolan dilakukan setiap saat dan memberikan wewenang kepada setiap bagian-bagiannya dan setiap seminggu sekali dicek. Dari kepala sub urusan dan kepala stasiun terjun langsung ke lapangan dan ada juga absensinya.” (wawancara dengan bapak Andri KSB Rangkasbitung tanggal 19 September 2016 pukul 10.35 WIB di stasiun Rangkasbitung).

Begitu juga yang dipaparkan oleh kepala sub urusan pelayanan stasiun Rangkasbitung bahwa :

“Ada pengontrolan dari kepala stasiun memberi wewenang untuk mengontrol dari kebersihan taman sampai peron. pengontrolannya itu jadi ada buku catatan khusus. Kepala stasiun juga ikut mengontrol.” (wawancara dengan bapak Supriyatin kepala sub urusan pelayanan tanggal 19 September 2016 pukul 11.50 WIB di stasiun Rangkasbitung).

Berdasarkan wawancara diatas dapat dilihat bahwa sistem pengontrolan dilakukan oleh kepala stasiun dengan memberikan wewenang kepada setiap bagian- bagiannya dan ada pengecekan setiap petugas dengan cara ada absensi dan buku catatan khusus untuk melihat apakah setiap petugas sudah menjalankan tanggung jawabnya masing-masing sesuai dengan tugasnya.

Adanya sistem pengontrolan dari kepala stasiun langsung dan kepala sub urusan yang tidak hanya duduk diruangan tetapi berkeliling disekitar area stasiun untuk memntau kerja petugas dan keadaan stasiun membuat para petugas merasa segan dan menjadi bersemangat karena atasan mereka tidak hanya memberi tugas dan mengevaluasi tetapi ikut serta bersama mereka, selain itu karena adanya buku catatan khusus tersebut membuat para petugas merasa memiliki tanggung jawab yang harus dilaksanakan dengan baik.

Selain itu untuk pengontrolan area stasiun dan penumpang selain adanya petugas keamanan tetapi dibutuhkan CCTV untuk merekam segala kejadian. Hal tersebut dipaparkan oleh penumpang bahwa : “Dibutuhkan, walaupun tidak ada pengamen dan pedagang tetapi dikhawatirkan ada penumpang yang berniat jahat.” (wawancara dengan wulan penumpang kereta api tanggal 21 September 2016 pukul 11.52 WIB di stasiun Rangkasbitung).

Senada dengan yang dipaparkan wulan, penumpang lain pun berpendapat bahwa :

“Butuh, agar lebih aman jika ada hal-hal atau kejadian tidak diinginkan bisa direkam di CCTV.” (wawancara dengan Syifa penumpang kereta api tanggal 21 September 2016 pukul 13.56 WIB di stasiun Rangkasbitung).

Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa CCTV dibutuhkan oleh penumpang walaupun sudah tidak adanya pedagang atau pengamen di area stasiun teteapi dengan adanya CCTV sebagai fasilitas penunjang keamanan karena dapat merekan kejadian-kejadian yang tidak diingankan dan sebagai bukti jika ada pencurian.

Namun untuk keberadaan fasilitas CCTV tersebut ada perbedaan pendapat. Menurut kepala stasiun yang berpendapat bahwa sudah adanya CCTV walaupun hanya 1. Hal ini dijelaskan dalam hasil wawancara sebagai berikut : “Sudah ada CCTV tetapi hanya satu untuk diarea peron. kedepannya akan ada penambahan.” (wawancara dengan bapak Andri KSB Rangkasbitung tanggal 19 September 2016 pukul 10.35 WIB di stasiun Rangkasbitung).

Hal ini tidak sama dengan yang dipaparkan bagian pelayanan stasiun Rangkasbitung bahwa :

“Hanya belum ada, tetapi untuk kedepannya akan ada . Ya mungkin baru ada 1, tetapi untuk pelayanan penumpang di Stasiun belum ada CCTV. (wawancara dengan bapak Supriyatin kepala sub urusan pelayanan tanggal 19 September 2016 pukul 11.50 WIB di stasiun Rangkasbitung).

Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa keberadaan fasilitas CCTV di stasiun ini masih diragukan karena adanya perbedaan penadapat dari kepala stasiun dan bagian pelayanan. Dimana bagian pelayanan berpendapat bahwa CCTV yang ada 1 pun tidak berfungsi dan untuk pengadaan CCTV ini sudah diajukan dari tahun lalu ke pusat akan tetapi sampai saat ini belum ada tindak lanjutnya dari pusat padahal pihak pelayanan stasiun Rangkasbitung sudah terus mendesak agar segera ditindak lanjuti untuk pemasangan CCTV ini dan bagian pelayanan mengharapkan agar akhir tahun atau tahun depan CCTV ini sudah ada di stasiun Rangkasbitung. Karena fasilitas ini seperti disepelekan keberadaannya padahal memberikan manfaat yang cukup besar dimana keamanan stasiun dan penumpang tidak sepenuhnya dapat terus dipantau hanya oleh petugas saja tetapi dengan alat CCTV ini dapat memantau dan merekam secara terus menerus demi menjaga hal-hal yang tidak diinginkan seperti pencurian. Dengan adanya CCTV dapat diketahui orang yang melakukan tindak kejahatan dan dapat dicari.

Selain itu untuk pengontrolan juga dapat dilakukan dengan melihat sejauh mana keberhasilan manajemen fasilitas umum di stasiun Rangkabitung. Agar dapat sebagai evaluasi bagi pihak pengelola stasiun apa saja fasilitas yang masih kurang demi

kenyamanan penumpang. Hal tersebut dapat dinilai oleh penumpang stasiun yang merasakan segala fasilitas yang ada di stasiun. Jika dilihat dari perkembangan di lingkungan stasiun saat beberapa tahun yang lalu dan sekarang sudah ada perubahan. Hal tersebut didukung pemaparan dari penumpang bahwa :

“Lumayan, tetapi belum sangat baik karena belum ada parkiran, musholla, ruang tunggu dan loket walaupun sudah bersih dan nyaman tetapi masih perlu perbaikan. (wawancara dengan bapak Iwan penumpang kereta api tanggal 21 September 2016 pukul 12.15 WIB di stasiun Rangkasbitung).

Penumpang lain juga berpendapat hal yang sama berdasarkan wawancara bahwa :

“Sudah banyak perubahan, seperti sudah bersih tetpi masih ada kekurangan dari bangunan dan fasilitas seperti parkir dan musholla, tetapi untuk di stasiunnya sudah cukup aman dan nyaman.” (wawancara dengan Wulan penumpang kereta api tanggal 21 September 2016 pukul 11.52 WIB di stasiun Rangkasbitung). Berdasarkan wawancara diatas dapat dilihat bahwa sudah banyak perubahan di stasiun dari segi fasilitas umumnya walaupun masih ada beberapa kekurangan tetapi keadaan stasiun saat ini sudah cukup nyaman. Hal tersebut juga dipaparkan oleh kepala sub urusan pelayanan bahwa :

“Sudah cukup banyak perubahan, seperti ada penanggung jawab pelayanan yang dulunya tidak ada dan dari keamanan sudah cukup baik untuk memonitor penumpang. Mungkin baru 75% karena kurang sterilnya penumpang yang lalu lalang yang masuk untuk lewat ke pasar.” (wawancara dengan bapak Supriyatin kepala sub urusan pelayanan tanggal 19 September 2016 pukul 11.50 WIB di stasiun Rangkasbitung).

Berdasarkan wawancara diatas menunjukan bahwa manajemen fasilitas umum di stasiun Rangkasbitung ini sudah banyak perubahan dimana sebelumnya untuk penanggung jawab pelayanan saja tidak ada tetapi saat ini sudah ada, walaupun

keberhasilan manajemen fasilitas umum di stasiun ini baru sampai 75% . Dan dengan adanya pengukuran keberhasilan manajemen fasilitas umum tersebut dapat dijadikan sebagai pengontrolan dan bahan evaluasi bagi pihak stasiun dimana untuk pengelolaan fasilitas umum yang dilakukan sudah cukup baik. Dimana sudah adanya pengontrolan dari kepala stasiun yang ikut memantau ke lapangan, selain itu memberi wewenang kepada setiap bagian untuk melakukan pengontrolan apakah petugas sudah melaksanakan tugasnya masing-masing seperti petugas kebersihan yang selalu menjaga kebersihan area stasiun dari taman sampai peron dan bagian keamanan yang selalu menjaga area stasiun. Dan untuk melakukan pengontrolan, kepala stasiun juga memberlakukan catatan khusus harian apa saja yang sudah dilakukan setiap petugasnya agar petugas merasa mempunyai tanggung jawab dengan tugasnya masing-masing.

Namun untuk menilai dan sebagai evaluasi juga dapat dilihat dari penilaian penumpang di stasiun sendiri karena masyarakat juga sudah merasakan banyak perubahan yang ada seperti area stasiun sudah bersih, sudah adanya tempat duduk di peron dan tidak adanya pedagang serta pengamen. Tetapi meskipun begitu masih harus ada perbaikan dari fasilitas umum di stasiun, seperti dari segi bangunan, tidak adanya lahan parkir, dan perbaikan musholla.

Dokumen terkait