• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

4.4 Pembahasan

Manajemen fasilitas umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung, dapat dilihat dari Standar Pelayanan Minimum (SPM) dimana SPM tersebut untuk mengukur ketersediaan fasilitas umum di stasiun yang memiliki beberapa aspek yaitu :

keselamatan, keamanan, kehandalan/keteraturan, kenyamanan, kemudahan dan kesetaraan. Meskipun di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung telah banyak mengalami perubahan dan perbaikan, tetapi masih ada beberapa fasilitas umum yang perlu ditambah dan diperbaiki demi keamanan dan kenyamanan penumpang kereta api.

Dalam pembahasan ini peneliti akan membahas tentang fokus penelitian, dimana berdasarkan teori manajemen dari George R. Terry (2008: 17) ada 4 fungsi manajemen untuk menganalisis mengenai manajemen di suatu organsisai yaitu : perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengontrolan. Berikut ini peneliti akan membahas lebih lanjut terkait analisis hasil penelitian.

Pertama, segi perencanaan. Perencanaan pengadaan fasilitas umum di setiap

stasiun dilakukan oleh Petugas kereta api di Stasiun Rangkasbitung yaitu Bagian Pelayanan dan disetujui oleh Kepala Stasiun. Petugas juga telah membuat beberapa perencanaan yang akan diimplementasikan, di antaranya adalah pembuatan ruang tunggu penumpang, pengadaan tempat parkir, pengadaan ruangan untuk ibu menyusui, penambahan CCTV, pengadaan urinoir dan wastafle, pengadaan pengatur suhu, pembongkaran rel untuk adanya KRL dan pengadaan toilet untuk penumpang difable.

Peneliti menilai bahwa perencanaan yang telah dibuat oleh Petugas Stasiun Kereta Api Rangkasbitung telah dilakukan dengan baik dan berorientasi pada kenyamanan dan keamanan penumpang kereta api. Namun ada kekurangan dalam melakukan perencanaan tersebut, dimana tidak adanya target untuk melakukan perubahan karena bagian pelayanan hanya mengajukan ke pusat dan untuk pengadaan tersebut menjadi hak penuh dari pusat. Selain itu beberapa usulan dan pendapat

penumpang kereta api yang menyatakan bahwa ada beberapa fasilitas umum yang kurang mendukung kenyamanan bagi penumpang kereta api, yakni kurangnya ruang tunggu, tidak adanya lahan parkir, musholla yang kurang luas dan tidak adanya CCTV.

Ruang tunggu yang kurang memadai disebabkan karena tidak ada ruangan khusus untuk penumpang atau disebut dengan ruang tunggu yang rencananya akan dibuat seluas 200m. Faktanya di stasiun Kereta Api Rangkasbitung ada tempat duduk di peron yang saat ini sudah mengalami penambahan kursi dari 15 kursi menjadi 30 kursi yang rencananya akan disimpan di ruang tunggu jika ruang tunggu tersebut sudah dibuat, padahal peron sendiri sebenarnya difungsikan bagi penumpang yang siap naik kereta bukan untuk menunggu kedatangan kereta.

Tidak adanya lahan parkir hal ini disebabkan halaman stasiun Kereta Api Rangkasbitung terbatas dengan jalan pasar. selain itu, stasiun Rangkasbitung ini berada diruang lingkup Pasar Tradisional Rangkasbitung sehingga ramai pengunjung pasar maka dari itu untuk lahan parkir yang terbatas habis dipakai tukang ojeg dan tukang becak. Untuk pengadaan lahan parkir ini rencananya akan dikelola oleh pihak PT.KAI yang bernama PPRSK, namun belum ada kepastian untuk penyediaan lahan parkir tersebut karena pihak stasiun sedang fokus kepada pengadaan KRL.

Terakhir adalah tidak adanya CCTV, hal ini dikarenakan CCTV yang ada di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung hanya ada 1 (satu) CCTV saja yang mengarah kearah kedatangan Kereta Api sehingga difungsikan hanya untuk memantau kedatangan dan keberangkatan Kereta Api dan sebenarnya tidak berfungsi. Sedangkan untuk pengawasan penumpang di sekitar area stasiun tidak ada CCTV yang mengawasi.

Padahal dalam SPM atau Standar Pelayanan Minimal CCTV termasuk fasilitas Keamanan untuk keamanan penumpang. Jika tidak ada CCTV yang mengawasi keadaan penumpang di area stasiun, ketika ada kejadian yang tidak inginkan atau tindakan kriminal maka tidak ada rekaman yang memudahkan untuk penyelesaian kasus. Karena itulah tingkat keamanan penumpang masih rendah. Untuk pengadaan CCTV tersebut rencananya sudah diajukan ke pusat dan untuk jumlah dan area mana saja yang akan dipasang menjadi kewenangan pusat, pihak stasiun Rangkasbitung hanya memberikan laporan dan pengajuan saja bahwa di stasiun Rangkasbitung perlu segera di pasang CCTV.

Untuk merealisasikan perencanaan yang telah dibuat, maka harus ada implementasi yang jelas dari petugas stasiun kereta api Rangkasbitung mengenai target dan waktu pelaksanaannya. Namun, berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan petugas stasiun, ada perbedaan pendapat antara Kepala Stasiun dengan Kepala Sub Urusan Pelayanan. menurut Kepala Stasiun, waktu yang dibutuhkan untuk merealisasikan rencana yang telah dibuat adalah satu semester atau enam bulan. Tetapi Kepala Sub Urusan Pelayanan menyatakan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk merealisasikan rencana yang telah dibuat tergantung kepada Stasiun Pusat, karena kewenangannya adalah kewenangan Stasiun Pusat, sehingga Kepala Sub Urusan Pelayanan belum mengetahui secara pasti waktu untuk merealisasikan rencana yang telah dibuat dan target untuk merealisasikan rencana-rencana tersebut dan jikalau rencana-rencana pengadaan seperti CCTV, ruang tunggu, ruang ibu menyusui dan perluasan musholla belum dapat terealisasikan, tidak mendapat sanksi dari pusat karena

Standar Pelayanan Minimum dibuat oleh pusat dan pengadaan pun menjadi kewenangan pusat. Dengan segala sesuatu menjadi kewenangan pusat membuat rencana-rencana yang telah dibuat oleh pihak stasiun Rangkasbitung tidak berjalan sesuai harapan yang menginginkan bahwa stasiun Rangkasbitung sebagai stasiun kelas besar seharusnya sudah memiliki fasilitas sesuai standar yang ada yaitu SPM (Standar Pelayanan Minimum).

Berdasarkan pemaparan peneliti mengenai perencanaan dalam bidang fasilitas umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung, peneliti menilai bahwa perencanaan yang telah dibuat sudah baik, namun perlu adanya kepastian waktu dan target dalam merealisasikan rencana yang telah dibuat selain itu perlu adanya pelimpahan wewenang untuk pengadaan dari pusat ke stasiun Rangkasbitung sehingga perencanaan dalam bidang fasilitas umum dapat terealisasikan dengan cepat dan tepat demi kenyamanan dan keamanan penumpang kereta api.

Kedua, segi pengorganisasian. Peneliti berasumsi bahwa petugas stasiun kereta

api Rangkasbitung telah mengelompokkan kegiatan-kegiatan pengelolaan fasilitas umum dengan baik. Ada tiga kegiatan utama dalam bidang pengorganisasian, yakni pembagian komponen kegiatan ke dalam kelompok atau unit, kemudian pembagian tugas manajer, dan penetapan wewenang kelompok atau unit.

Dalam pembagian komponen kegiatan, ada beberapa kegiatan yang telah dikelompokan dengan baik. Yang pertama, pengamanan stasiun kereta api di hari raya diperketat. Peneliti menilai hal itu dilakukan karena resiko kejahatan kriminal di stasiun

kereta api di hari raya akan meningkat dari pada hari biasa, sehingga kegiatan tersebut dilakukan agar dapat mengantisipasi resiko kejahatan yang muncul.

Kegiatan yang kedua adalah penyuluhan keamanan bagi penduduk di sekitar rel kereta api stasiun Rangkasbitung. Menurut peneliti, kegiatan tersebut sangat baik dilakukan, mengingat lingkungan di sekitar stasiun rangkasbitung merupakan lingkungan yang padat penduduk. Peneliti pun melihat bahwa masih banyak rumah- rumah penduduk yang berdekatan dengan rel kereta api dengan jarak kurang dari lima meter, sehingga resiko kecelakaan yang terjadi sangat tinggi. Oleh karena itu peneliti menilai bahwa kegiatan penyuluhan tersebut sangat baik dan perlu untuk dilakukan demi keamanan bersama.

Kegiatan yang ketiga adalah pencatatan laporan mengenai kondisi fasilitas umum di stasiun kereta api Rangkasbitung untuk diserahkan ke kantor pusat. Kegiatan tersebut merupakan langkah awal untuk merealisasikan rencana pengadaan dan perbaikan fasilitas umum yang ada di stasiun kereta api Rangkasbitung. Kegiatan tersebut dilakukan oleh kepala sub urusan pelayanan stasiun Rangkasbitung, dimana kepala sub urusan pelayanan melihat kondisi fasilitas apa saja yang belum ada dan yang harus diperbaiki yang dibutuhkan demi kenyamanan penumpang seperti untuk fasilitas toilet pria belum adanya urinoir, perluasan musholla, pembuatan ruang tunggu, ruang ibu menyusui, pengadaan CCTV, dll. Setelah dilakukan pendataan dan bukti seperti foto keadaan di stasiun lalu di koordinasikan dengan kepala stasiun kemudian diajukan ke puisat. Untuk menindak lanjuti pengajuan tersebut, kepala sub urusan pelayanan terus melakukan konfirmasi ke pusat kapan pengadaan tersebut dapat direalisasikan, selain itu

jika ada pemantauan langsung dari pusat ke stasiun kepala sub urusan pun memberikan laporan apa saja yang kurang dan dibutuhkan serta meminta tindak lanjut dari pusat agar pengajuan segera dapat direalisasikan. Pihak stasiun Rangkasbitung hanya dapat mendesak dan terus menghubungi pusat untuk melakukan perubahan dan pengadaan karena hal tersebut menjadi wewenang pusat dan pihak stasiun Rangkasbitung hanya dapat memberikan laporan dan pengajuan saja akan tetapi untuk tindak lanjut pengadaan dilakukan langsung oleh pusat.

Daftar Kelengkapan Standar Pelayanan Minimum Stasiun Besar Tipe C Rangkasbitung

Gambar 4.2

Laporan Daftar Kelengkapan Standar Pelayanan Minimum Stasiun Besar Tipe C Rangkasbitung

Sumber : Stasiun Kereta Api Rangkasbitung Rangkasbitung, 2016

Dalam bidang pengorganisasian, pengelompokan tugas atau pembagian tugas manajer merupakan hal yang penting agar pengelolaan fasilitas umum dapat dilakukan dengan efektif. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti, ada empat Kepala Sub Urusan yang membantu Kepala Stasiun dalam mengatur jalannya roda perkeretaapian di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. Yaitu:

Kepala sub urusan perjalanan kereta api dan administasi berkewajiban dan mempunyai tanggung jawab melaksanakan administasi perjalanan kereta api (perka), administrasi stasiun, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan standar operasi prosedur di stasiun, melaksanakan pembinaan terhadap petugas PPKA Pap, PJL, JLR, JRS, petugas pengawas emplasemen stasiun serta petugas yang melaksanakan administasi perjalanan kereta api di bawah tanggung jawabnya.

b) Kepala Sub urusan Pelayanan Stasiun

Kepala sub urusan pelayanan di stasiun dan di kereta api berkewajiban dan bertanggung jawab melaksanakan kegiatan dan pengendalian terhadap kebersihan stasiun dan kebersihan rangkaian kereta api di stasiun yang menjadi tanggung jawabnya.

c) Kepala Sub urusan Keamanan dan Ketertiban

Kepala sub urusan keamanan dan ketertiban stasiun berkewajiban dan mempunyai tanggung jawab melaksanakan kegiatan dan pengendalian terhadap keamanan dan ketertiban penumpang, barang dan aset perusahaan di lingkungan stasiun di bawah tanggung jawabnya.

d) Kepala Sub urusan Komersil

Kepala sub urusan pelayanan komersil stasiun berkewajiban dan mempunyai tanggung jawab melaksanakan dan mengendalikan kegiatan pelayanan terhadap announcemen porter, pergudangan, angkutan

Menurut peneliti, tugas dan wewenang masing-masing Kepala Sub Urusan mempunyai orientasi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, sehingga banyaknya tugas dan tanggung jawab dari Kepala Stasiun telah dibagikan dengan fokus dan efektif.

Dalam melakukan pengorganisasian ada tahap dimana adanya penetapan wewenang unit organisasi, dan dalam hal ini mengenai penetapan wewenang dalam mengelola failitas umum di stasiun Rangkasbitung diberikan kepada bagian pelayanan stasiun dimana yang bertanggung jawab untuk melakukan perawatan dan pemeliharaan, disamping itu kepala sub urusan pelayanan memberikan wewenang pula kepada ketua kebersihan dan anggotanya (cleaning service) untuk menjalankan perawatan dan

pemeliharaan fasilitas umum di stasiun.

Berdasarkan pemaparan peneliti mengenai pengorganisasian dalam bidang fasilitas umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung, peneliti menilai bahwa pengorganisasian yang telah dibuat cukup baik, namun perlu adanya penanggung jawab kegiatan dalam merealisasikan rencana pengadaan fasilitas umum di stasiun yang belum sesuai dengan SPM (Standar Pelayanan Minimum) yang ada seperti pengadaan lahan lahan parkir, ruang tunggu, CCTV, fasilitas difable, fasilitas urinoir, westafle, dan musholla yang kurang nyaman sehingga pengorganisasian dalam bidang fasilitas umum dapat terealisasikan dengan cepat dan tepat.

Ketiga, segi pengarahan. Di stasiun Rangkasbitung telah adanya pengarahn dari

dengan cara adanya meeting seminggu sekali dan briefing singkat setengah jam setiap

hari, namun ada perbedaan pendapat dari kepala sub urusan bahwa memang ada pengarahan tetapi untuk waktunya 1 bulan 2 kali. Selain itu kepala sub urusan pelayanan juga memberikan pengarahan kepada petugas kebersihan 2 minggu sekali. Dan dari bagian keamanan, pengarahan dilakukan dari polsuska kepada PKD setiap hari saat apel pagi dan sore karena adanya pergantian waktu petugas untuk berjaga.

Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti melihat bahwa dari segi pengarahan yang dilakukan atasan kepada bawahan sudah terlaksana dengan baik. Karena dengan adanya pengarahan tersebut berarti ada koordinasi antara atasan dan bawahan setiap melaksanakan tugas walaupun untuk waktu pengarahan berbeda-beda karena setiap bagian memilki kewenangan dan tugas yang berbeda-beda pula jadi untuk waktu pengarahan pun disesuaikan dengan bagiannya masing-masing.

Keempat, segi pengontrolan. Petugas stasiun telah melakukan pengontrolan

dengan cara pengecekan fasilitas umum selama seminggu sekali oleh kepala stasiun dan kepala sub urusan terjun langsung selain itu adanya pengontrolan dari kepala stasiun mulai dari kebersihan taman sampai peron. Pengontrolan juga dilakukan dengan cara adanya buku catatan khusus para pegawai untuk memantau apa saja yang sudah dilakukan setiap harinya dan apakah tanggung jawab petugas sudah dilaksanakan dengan baik atau ada kesalahan. Selain itu dengan adanya buku catatan tersebut membuat para petugas menjadi lebih memiliki rasa tanggung jawab.

Untuk pengontrolan di area stasiun selain dilakukan oleh petugas, dapat juga dilakukan dengan pemasangan CCTV karena penumpang pun berpendapat dengan

CCTV dapat memantau area stasiun dan merekam kejadian-kejadian di stasiun, namun ada perbedaan pendapat mengenai keberadaan CCTV di stasiun Rangkasbitung. Menurut kepala stasiun sendiri sudah ada 1 CCTV sedangkan menurut kepala sub urusan pelayanan belum ada CCTV untuk memantau seluruh area stasiun, jika ada pun seperti yang diapaparkan kepala stasiun itu hanya untuk memantau area peron saja.

Namun sejauh ini keberhasilan fasilitas umum yang ada di stasiun sudah ada perubahan seperti sudah adanya boarding pass meskipun memaksimalkan lahan yang

ada, sudah tidak adanya pengamen dan pedagang di area dalam stasiun dan lantai sudah memakai keramik yang sebelumnya hanya diplester saja. Hal tersebut juga dipaparkan bahwa manajemen fasilitas umum di stasiun Rangkasbitung sudah lumayan banyak perubahan, hanya saja masih memiliki kekurangan dan perlu adanya perbaikan karena belum adanya parkir dan musholla yang harus direnovasi.

BAB V PENUTUP

Dokumen terkait