SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melaksanakan Penelitian Pada Konsentrasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh:
Hesti Oktaviawati
NIM. 6661122559
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
“
Bahagia akan didapat jika kita tidak menginginkan
segala sesuatu yang berlebihan,
tetapi bersyukur dengan apa yang telah dimilik
i”
Skripsi ini saya persembahkan untuk
Mamah, papah, kakak-kakakku dan
kekasihku. Tanpa doa dan semangat
dari kalian, saya tidak dapat
menyelesaikan skripsi ini. Terima
kasih untuk segala pengorbanan
Hesti Oktaviawati. NIM. 6661122559. Skripsi 2017. Manajemen Fasilitas Umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing I Drs. Oman Supriadi, M.Si. Pembimbing II Yeni Widyastuti, M.Si.
Fokus penelitian ini adalah Manajemen Fasilitas Umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. Masalah yang diidentifikasi oleh peneliti adalah tidak adanya lahan parkir untuk pengguna jasa kereta api, tidak adanya ruang tunggu penumpang, tidak adanya ruangan ibu menyusui dan fasilitas difable, musholla yang kurang luas serta tidak adanya CCTV di area stasiun. Penelitian ini menggunakan teori fungsi-fungsi manajemen dari George R. Terry yang meliputi : perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengontrolan. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, studi pustaka dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah model Prasetya Irawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen fasilitas umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung sudah berjalan cukup baik. Hal ini dapat dilihat berdasarkan adanya perubahan keadaan lingkungan stasiun yang mengalami kemajuan. Meski masih ada beberapa fasilitas yang belum terpenuhi dan harus diperbaiki karena rencana untuk pengadaan belum direalisasikan. Saran yang dapat diberikan yaitu pihak stasiun terus melakukan koordinasi dan pelaporan,agar pengajuan pengadaan fasilitas umum segera ditindak lanjuti.
Kata Kunci : Manajemen, fasilitas umum, Stasiun
Hesti Oktaviawati. NIM. 6661122559 2017. Research. Public Facilities Management at Rangkasbitung Railway Station. Departement of Public Administration. Faculty of
Social and Political Science, University of Sultan Ageng Tirtayasa. The 1st advisor
Drs. Oman Supriadi, M.Si., 2nd advisor Yeni Widyastuti, M.Si.
Public Facilities Management at Rangkasbitung Railway Station is focused of the research. The lack of parking spaces, lobby area, nursing room, difable facilities, limited area of mosque, and CCTV control area. Identified by researcher this study used theory of management functions adapted from George R. Terry it is include of planning, organizing, actuating and controlling. Qualitative descriptive method is used by researcher. Interviews, observation, literature study, and documentation are used in data collecting techniques. Data analysis used Prasetya Irawan model. The result of this research showed the improvement of management of public facilities at Rangkasbitung railway Station. It can be claimed by some improvement of station area. Although there are still some facilities have not been repaired and realized. The reseacher suggested the station management will continue it is coordinating and reporting that the submission of procurement of public facilities be immediately followed up.
Keywords: management, public facilities, stations
Hidayah-Nya sehingga proposal skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Proposal
skripsi ini penulis buat untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa dengan judul “Manajemen Fasilitas Umum di Stasiun Kereta Api
Rangkasbitung”.
Hasil penulisan proposal skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang selalu mendukung penulis baik secara moril maupun materil. Maka dengan
ketulusan hati dan dalam kesempatan ini pula, penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan
sehingga penulisan proposal skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Ucapan dan
rasa hormat serta terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Kehadirat Allah SWT, berkat rahmatNya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
2. Kedua orang tua penulis terutama ibu yang senantiasa memberikan kasih sayang,
doa, motivasi serta semangat yang tiada terkira.
3. Prof. Dr. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Dr. Agus Sjafari, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Rahmawati, M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6. ImanMukhroman, S.Ikom., M.Ikom selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Kandung Sapto Nugroho, M.Si selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
8. Listyaningsih, M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
9. Riswanda, Ph.D selaku Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
10. Oman Supriadi, M.Siselaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya
untuk melakukan bimbingan dan memberikan masukan dalam setiap bimbingan
yang dilakukan selama ini.
11. Yeni Widyastuti, S.Sos., M.Si selaku Pembimbing II yang senantiasa memberikan
motivasi dan semangat bagi penulis dalam setiap bimbingan yang telah dilakukan
selama ini.
12. Dr. Dirlanudin, M.Si selaku ketua penguji sidang yang senantiasa memberikan
masukan dan motivasi bagi penulis dalam setiap bimbingannya yang telah dilakukan
selama ini.
13. Seluruh Dosen dan Staf Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah mendidik dan
membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.
14. Kepala beserta seluruh pegawai Stasiun Kereta Api Rangkasbitung yang telah
banyak membantu memberikan data dan saran dalam penelitian ini.
15. Keluarga penulis yang selalu memberikan kasih sayang dan dukungan serta doa
yang selalu mengiringi tiap langkah penulis.
16. Teman-teman yang penulis sayangi (Rahma, Eka, Aisyah, Putri, Widya, Mita, Tomi
Listiansah, Yeni, Mega, Dwi Vina, Wungu, Sella) serta teman-teman satu
perjuangan kelas A, B,C yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
17. Terima kasih pula kepada seseorang yang telah mendampingi penulis dalam
menyelesaikan proposal skripsi ini (Diky Rizky Fadilah). Semoga akan terus
menjadi penyemangat untuk penulis.
Akhirnya penulis tak berhenti mengucapkan syukur kepada Allah SWT, karena
atas ridho-Nya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari banyak
ditemukan kekurangan dalam penyajian materi. Oleh karen itu penulis memohon maaf
atas kekurangan tersebut. Penulis mengharapkan masukan, baik kritik maupun saran
dari pembaca yang membangun.
Semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, khususnya bagi yang
memebaca dan semoga proposal skripsi ini dapat membantu para peminat ilmu
Administrasi Negara. Penulis berharap mudah-mudahan proposal skripsi ini dapat
menjadi bahan bacaan bagi khalayak yang ingin mengetahui tentang Manajemen
Fasilitas Umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung.
Serang, Januari 2017
Penulis
Hesti Oktaviawati
NIM. 6661122559
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK ... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... .... 15
1.3 Pembatasan Masalah... 16
1.4 Rumusan Masalah... 17
1.5 Tujuan Penelitian ... 17
1.6 Manfaat Penelitian ... 17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI
DASAR PENELITIAN
2.1 Landasan Teori ... 18
2.1.1 Pengertian Administrasi ... 18
2.1.2 Fungsi-fungsi Administrasi ... 20
2.1.3 Pengertian Tata Kelola ... 21
2.1.4 Pengertian Fasilitas Umum ... 21
2.1.5 Konsep Manajemen... 22
2.1.5.1 Fungsi-fungsi Manajemen... 24
2.2 Penelitian Terdahulu... 37
2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 43
2.4 Asumsi Dasar Penelitian... 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ... 49
3.2 Fokus Penelitian... 50
3.3 Lokasi Penelitian ... 50
3.4 Fenomena yang Diamati ... 51
3.4.1 Definisi Konsep ... 51
3.4.2 Definisi Operasional... 51
3.5 Instrumen Penelitian ... 54
3.6 Informan Penelitian ... 55
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 57
3.8 Pengujian Keabsahan Data ... 63
3.9 Jadual Penelitian ... 64
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 66
4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Lebak ... 66
4.1.2 Gambaran Umum PT.Perkeretapian Indonesia ... 67
4.1.3 Gambaran Umum Stasiun Kereta Api Rangkasbitung... 69
4.2 Deskripsi Data ... 78
4.2.1 Deskripsi Data Penelitian ... 78
4.2.2 Deskripsi Informan Penelitian... 81
4.2.3 Analisis Data ... 83
4.2.3.1 Pengumpulan Data Mentah ... 83
4.2.3.2Transkip Data ... 83
4.2.3.3 Koding Data ... 83
4.2.3.4 Kategorisasi Data ... 84
4.2.3.5 Triangulasi... 88
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian ... 89
4.3.1 Planning (Perencanaan) ... 89
4.3.2 Organizing (Pengorganisasian) ... 96
4.3.3 Actuating (Pengarahan) ... 102
4.3.4 Controlling (Pengontrolan) ... 104
4.4 Pembahasan ... 109
BAB VPENUTUP
5.1 Kesimpulan... 120
5.2 Saran ... 121
DAFTAR PUSTAKA ... 122
LAMPIRAN ... 124
DAFTAR TABEL
Halaman
TABEL 1 Jumlah Penumpang Kereta Api Tahun 2015 ... 5
TABEL 2 Fungsi-fungsi Manajemen Menurut Para Ahli ... 30
TABEL 3 Informan Penelitian ... 56
TABEL 4 Pedoman Wawancara... 59
TABEL 5 Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 65
TABEL 6 Daftar Inforrman ... 82
TABEL 7 Kategorisasi Data ... 85
DAFTAR GAMBAR
Halaman
GAMBAR 1 Ruangan atau ring 3 untuk penumpang yang akan naik kereta...7
GAMBAR 2 PKD menjaga penumpang yang akan naik dan turun dari kereta ...9
GAMBAR 3 Halaman jalan di depan Stasiun Rangkasbitung ...10
GAMBAR 4 Ruang loket dan ruang tunggu ...11
GAMBAR 5 Gambar ruang loket dan ruang tunggu...13
GAMBAR 6 Kerangka Berfikir ...47
GAMBAR 7 Komponen-komponen Analisis Data Model Prastya Irawan...63
GAMBAR 8 Struktur Organisasi Stasiun Kereta Api Rangkasbitung ...70
GAMBAR 9 Laporan Daftar Kelengkapan Standar Pelayanan Minimum Stasiun Besar Tipe C Rangkasbitung ...114
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Surat Izin Penelitian
LAMPIRAN 2 Pedoman Wawancara
LAMPIRAN 3 Transkip Data Penelitian
LAMPIRAN 4 Koding Data Penelitian
LAMPIRAN 5 Member Check
LAMPIRAN 6 Dokumentasi Penelitian
LAMPIRAN 7 Catatan Lapangan
LAMPIRAN 8 Catatan Bimbingan
LAMPIRAN 9 Struktur Organisasi Stasiun Kereta Api Rangkasbitung
LAMPIRAN 10 SPM (Standar Pelayanan Minimum)
LAMPIRAN 11 Buku Peraturan Stasiun 2016
LAMPIRAN 12 Data Volume dan Pendapatan Stasiun Rangkasbitung 2016
LAMPIRAN 13 Daftar Riwayat Hidup
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang, dimana
dengan berkembangnya pula ilmu pengetahuan dan teknologi serta arus
globalisasi, masyarakat melakukan mobilisasi secara cepat dan efisien. Dalam hal
ini, transportasi mempunyai peranan penting dalam mendukung pertumbuhan
ekonomi. Transportasi merupakan sarana perkembangan yang penting dan
strategis dalam melancarkan roda perekonomian dan mempengaruhi aspek
kehidupan.
Saat ini impian akan transportasi publik yang nyaman, yang dapat
diandalkan di tengah padatnya kemancetan lalu lintas dengan biaya yang
terjangkau yang dapat digunakan sejumlah orang untuk melakukan mobilisasi
masih sulit untuk diraih oleh masyarakat. Kebutuhan akan transportasi semakin
meningkat, salah satu alat transportasi. Ada berbagai macam alat transportasi,
seperti transportasi darat, laut dan udara. Transportasi darat kini semakin padat
dengan bertambahnya jumlah kendaraan yang beredar sehingga rentan macet,
transportasi laut tidak terlalu banyak tujuan yang dapat dituju dengan minimnya
jumlah dermaga, transportasi udara tidak semua orang dapat menikmati karena
biaya yang relatif mahal.
Maka dari itu, dengan perekonomian yang tidak stabil, masyarakat harus
pintar memilih alat transportasi yang tidak terlalu mahal dan bisa menghemat
keuangan karena meningkatnya sejumlah kebutuhan hidup. Untuk menghemat
pengeluaran dan waktu, masyarakat mulai beralih ke transportasi publik yang
telah dicanangkan oleh pemerintah daerah agar bisa mengurai kemacetan. Akan
tetapi, seringkali transportasi publik yang telah disediakan oleh pemerintah kurang
nyaman karena fasilitas yang kurang memadai. Fasilitas buruk, kotor dan tidak
rapi begitulah kira-kira gambaran umum dari fasilitas dalam transportasi publik.
Salah satu alternatif transportasi yang tidak begitu mahal namun tidak
terkendala oleh kemacetan adalah kereta api. Setidaknya kereta api dalam
melakukan perjalanan diperlukan waktu yang tidak terlalu lama, dibandingkan
dengan angkutan perkotaan ataupun bis umum. Kereta api mampu mengangkut
penumpang dan barang dalam jumlah besar dan tarif yang murah.
Alternatif ini dikemukakan oleh pemerintah yang telah dikembangkan dari
zaman penjajahan Belanda. Pelayanan yang terus ditingkatkan, fasilitas yang terus
diperbaiki membuat perkeretaapian kini menjadi primadona bagi sebagian orang
pengguna jasa transportasi publik. Hal ini telah diatur dalam UU No. 23 tahun
2007 tentang Perkeretaapian dijelaskan bahwa :
“Perkeretaapian sebagai salah satu modal transportasi dalam sistem transportasi nasional yang mempunyai karakteristik pengangkutan secara massal dan keunggulan tersendiri, yang tidak dapat dipisahkan daripada transportasi lain, perlu dikembangkan potensinya, dan ditingkatkan peranannya sebagai penghubung wilayah, baik nasional maupun internasional, untuk menunjang, mendorong, dan menggerakkan pembangunan nasional guna meningkatkan kesejahteraan rakyat.”
Sebagaimana yang dijelaskan dalam UU No. 23 tahun 2007 tersebut,
kereta api sebagai modal angkutan umum yang diminati masyarakat diharapkan
oleh masyarakat. Selain itu, dengan adanya angkutan umum seperti kereta api
diharapkan dapat meningkatkan mobilitas penumpang antar kota dan mengurangi
polusi udara yang diakibatkan oleh kendaraan bermotor.
Namun, hingga kini kualitas layanan kereta api bagi pengguna jasa kereta
api menjadi sorotan publik. Terdapat beberapa kekurangan yang ada pada
transportasi perkeretaapian, di antaranya adalah kurangnya pemeliharaan sarana
dan prasarana fasilitas umum, terbatasnya gerbong dan infrastruktur stasiun,
masalah kecelakaan kereta api, serta permasalahan lainnya. Fasilitas yang ada di
stasiun kereta api juga menjadi tolok ukur kenyamanan pengguna jasa kereta api
dalam menggunakan kereta api. Dan ini juga menjadi salah satu faktor pendukung
banyaknya penumpang yang menggunakan jasa kereta api.
Manajemen sarana dan prasarana perkeretaapian yang kurang optimal
salah satunya dijadikan alasan penyebab faktor teknis kecelakaan kereta api di
Indonesia. Manajemen merupakan suatu usaha proses yang dilakukan dengan
menggunakan sumber daya organisasi yang dimiliki oleh suatu organisasi, dimulai
dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan. Selain itu
banyak kekurangan dalam hal fasilitas umum di stasiun yang seharusnya
menunjang bagi kenyamanan para pengguna kereta.
Menurut KBBI fasilitas adalah sarana untuk melancarkan pelaksanaan
fungsi, fasilitas umum adalah fasilitas yang disediakan untuk kepentingan umum,
seperti jalan dan alat penerangan umum (http://kbbi.web.id/fasilitas). Sedangkan
disediakan oleh pengelola stasiun untuk menunjang pelayanan umum kepada
penumpang agar penumpang merasa nyaman.
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Oya Santika selaku wakil
kepala stasiun (pada tanggal 12 Februari 2016 pukul 10.00 WIB) menjelaskan
bahwa penanggung jawab fasilitas umum di Stasiun Rangkasbitung berada di
bagian junior supervisor pelayanan stasiun, tetapi sampai saat ini jabatannya
masih kosong. Maka sementara, dipegang oleh kepala stasiun beserta wakil
kepala stasiun.
Stasiun adalah tempat dimana orang akan berpergian menggunakan jasa
angkutan darat berbentuk kereta api. Dalam stasiun terdapat pembagian kelas,
yaitu stasiun besar, kecil, dan sedang. Pembagian kelas tersebut dilihat dari
keadaan wilayah stasiun dan pendapatan stasiun tersebut. Stasiun Rangkasbitung
termasuk kedalam stasiun besar, karena terletak di Kelurahan Muara Ciujung
Timur, Kecamatan Rangkasbitung Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, dan
menurut wakil kepala stasiun dimana penumpang stasiun saat ini sudah mencapai
6000 penumpang, maka dapat dipastikan pendapatannya pun cukup besar. Hal ini
Tabel 1.1
Jumlah Penumpang Kereta Api Tahun 2015 (Ribu Orang)
Bulan
Jawa
Sumatera Total Jabotabek Non
Jabotabek
Jabotabek + Non Jabotabek 2015
Januari 19244 5010 24254 422 24676
Februari 17640 4754 22394 396 22790
Maret 21290 5551 26841 426 27267
April 21171 4979 26150 415 26565
Mei 22177 5273 27450 460 27910
Juni 22207 4911 27118 444 27562
Juli 21171 5906 27077 535 27612
Agustus 22295 5056 27351 445 27796
September 22021 5104 27125 424 27549
Oktober 22964 5316 28280 438 28718
November 22355 4898 27253 416 27669
Desember 22996 6332 29328 503 29831
Sumber : PT Kereta Api Indonesia
Dari data diatas menunjukkan secara umum bahwa besar kecilnya
pendapatan stasiun kereta api berdasarkan dari banyaknya jumlah penumpang
yang menggunakan jasa kareta api. Pada tahun 2015 di Jabodetabek sendiri
penumpang kereta api terus mengalami kenaikan setiap harinya, sehingga
pendapatan tidak bisa diprediksi berapa perhari uang yang didapat dari hasil
penjualan tiket. Untuk stasiun Rangkasbitung yang menargetkan 6000 orang
perhari mendapatkan pendapatan tiap hari kurang lebih Rp. 60.000.000,- perhari (
berdasarkan rata-rata tiket Rp. 10.000,- dari harga tiket Ekonomi : Rp. 8.000,- ;
VIP: Rp. 15.000,- ; VVIP: 30.000 ). Namun realisasinya ternyata jika hari biasa
atau bukan saat hari raya dan libur nasional, penumpang yang memesan tiket di
sampai 6152 orang penumpang dan pendapatannya sekitar Rp. 22.376.000 sampai
Rp. 43.409.000 perharinya. Lain halnya ketika hari raya dan libur nasional dimana
jumlah penumpang semakin meningkat sebanyak 6316 orang sampai 9530 orang
penumpang dengan pendapatan sebanyak Rp. 44.168.000 sampai Rp. 69.203.000
perharinya. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa jika dilihat dari rata-
rata jumlah penumpang dan pendapatan perharinya target stasiun tidak tercapai.
Stasiun besar biasanya diberi perlengkapan yang lebih banyak dari pada
stasiun kecil untuk menunjang kenyamanan penumpang maupun calon
penumpang kereta api, seperti ruang tunggu (VIP ber AC), restoran, toilet,
mushola, area parkir, sarana keamanan (Polsuska dan PKD), sarana komunikasi,
dipo-lokomotif, dan sarana pengisian bahan bakar. Hal tersebut diatas dinamakan
dengan fasilitas umum stasiun.
Pengelolaan fasilitas umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung dibagi
menjadi 2 (dua), yang pertama dikelola oleh pihak PT KAI dan yang kedua
dikelola oleh pihak ketiga (Out Sourching). Dari dua pengelola yang berbeda ini
tentu saja terdapat perbedaan dalam pengelolaannya, dan hal ini juga dapat dilihat
dan dirasakan oleh pengguna jasa kereta api. Dan setelah peneliti melakukan
observasi awal, peneliti melihat bahwa fasilitas umum yang dikelola oleh pihak
Stasiun Kereta Api Rangkasbitung dinilai belum cukup baik, sebagai salah satu
contoh dimana tidak adanya lahan parkir untuk pengguna jasa transportasi kereta
api, dimana masalah tersebut masih belum terselesaikan dari stasiun dibangun
pada abad 19 sampai saat ini. Namun seiring berjalannya waktu pihak stasiun
berada sebelah stasiun sebagai lahan parkir, akan tetapi dikarenakan lahan
parkirnya hanya memuat beberapa kendaraan saja maka lahan parkir ini
diperuntukkan hanya untuk pegawai saja. seperti yang dipaparkan oleh Bagian
pelayanan Bapak Supriatin (pada tanggal 02 Agustus 2016 pukul 11.17 WIB di
Stasiun Rangkasbitung ) bahwa sampai saat ini belum ada parkiran untuk
pengguna jasa stasiun kereta api rangkasbitung, hanya ada parkir khusus pegawai
dan untuk kedepannya sepertinya akan dikelola oleh pihak ketiga. Selain itu tidak
adanya pemisahan ruangan tunggu untuk yang sesudah memilki tiket dan yang
akan langsung menaiki kereta, hal ini menyebabkan penumpang sampai duduk di
tangga untuk naik kereta, di lantai bahkan musholla untuk tempat istirahat.
Gambar 1.1
Ruangan atau ring 3 untuk penumpang yang akan naik kereta Sumber : Peneliti, 2016
Disisi lain dari segi keamanan yang dikelola oleh pihak stasiun yaitu dari
polsuska (polisi khusus kereta api) sudah cukup baik walaupun dengan jumlahnya
lancar. Selain itu demi kenyamanan penumpang pihak stasiun membagi tugas
kerja polsuska dan hal ini dipaparkan oleh bagian Junior keamanan Bapak
Dulfatah (pada tanggal 02 Agustus 2016 pukul 09.30 WIB) bahwa untuk
meningkatkan keamanan,dimana polsuska menjaga pengaman peron saat kereta
datang maupun berangkat serta memastikan pintu kereta tertutup saat berangkat.
Hanya saja berdasarkan pengamatan peneliti, keamanan di stasiun ini belum
sepenuhnya terjaga, hal ini dikarenakan pihak PT. KAI tidak memasang CCTV
untuk memantau semua kejadian di stasiun dan sebagai bukti saat terjadi tindak
kejahatan karena penjagaan manusia yang memiliki banyak hajat tidak stand bye
ditempat dan perlu ada alat pendukung keamanan seperti CCTV. Dan dari segi
keamanan pkd (petugas keamanan dalam) yang berjumlah 24 orang, sehingga
keamanan penumpang di stasiun saat naik kereta dapat terjaga. Seperti yang
dipaparkan oleh Bagian Junior Keamanan Bapak Dulfatah (pada tanggal 01
Agustus 2016 pukul 09.30 WIB di stasiun) bahwa untuk pengamanan penumpang,
pkd selalu ada didekat pintu untuk membantu penumpang baik saat naik ataupun
turun kereta. Dari situ dapat terlihat bahwa fasilitas yang dikelola oleh pihak
ketiga lebih banyak kemajuan dan terkelola lebih baik dibanding PT KAI.
Selain yang dikelola oleh pihak PT KAI, fasilitas umum yang dikelola
oleh pihak ketiga (Out Sourching) lebih baik dibandingkan yang dkelola oleh PT
KAI. Salah satu contohnya adalah dari segi kebersihan yang dikelola oleh PT
Spectra Solusindo yang sudah ada kemajuan dari dulu sampai saat ini dimana
musholla dan toilet yang sudah bersh dan tidak ada sampah, seperti yang
pukul 13.00 WIB di stasiun) bahwa Sudah ada kemajuan, dari kebersihan sudah
ada petugas kebersihannya. Dan menurut ibu Asni (pada tanggal 16 Februari 2016
pukul 13.50 di Stasiun rangkasbitung) bahwa saat ini sudah baik dibanding dulu,
seperti toilet sudah bersih.
Gambar 1.2
PKD menjaga penumpang yang akan turun dan naik kereta Sumber : Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil fokus penelitian mengenai
manajemen fasilitas umum di stasiun kereta api. Dan peneliti mengambil lokus
penelitian di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. Ada beberapa hal yang menjadi
latar belakang peneliti mengambil lokus penelitian di stasiun kereta api
Rangkasbitung. Peneliti tertarik mengambil lokus penelitian di stasiun kereta api
Rangkasbitung karena di stasiun tersebut manajemen fasilitas umumnya masih
belum maksimal.
Berdasarkan beberapa hal tersebut diatas terlihat ada beberapa masalah
mengambil lokus di Stasiun Rangkasbitung. Berdasarkan hasil observasi awal,
peneliti melihat beberapa masalah yang ada di stasiun kereta api Rangkasbitung.
Pertama, tidak adanya lahan parkir di stasiun tersebut, sehingga
menyebabkan kemacetan di sekitar area stasiun karena para pengendara motor
menggunakan tempat yang apa adanya bahkan jalanan pasar untuk parkir
kendaraannya. Hal ini dikarenakan stasiun berada ditengah-tengah pasar
Rangkasbitung yang menjadi pusat perbelanjaan tradisional masyarakat, sehingga
halaman stasiun habis dipakai oleh pengendara motor yang lewat, ojeg, tukang
becak dan pertokoan. Hal tersebut dipaparkan oleh salah seorang penumpang yang
bernama Asnawi (pada tanggal 12 Februari 2016 pukul 13.00 WIB), selain itu
dapat dilihat pada gambar dibawah ini .
Gambar 1.3
Penjelasan dan gambar diatas menunjukkan bahwa halaman stasiun tidak
memungkinkan untuk dijadikan lahan parkir sehingga perlu dibuatkan tempat
khusus untuk parkir sekitar stasiun untuk pengguna jasa kereta api. Untuk stasiun
se- Jabodetabok, PT. KAI bekerjasama dengan PT Reska Multi Usaha (RMU)
dipercaya mengelola parkir seluruh stasiun di Jabodetabek, namun untuk Stasiun
Rangkasbitung sendiri belum mengadakan kerjasama dengan pihak manapun
untuk mengelola parkir. Masalah ini merupakan salah satu masalah yang penting,
karena tempat parkir merupakan fasilitas umum yang berpengaruh bagi ketertiban
lingkungan sekitar dan kenyamanan bagi orang yang menggunakan kendaraan
untuk sampai ke stasiun karena mereka harus memarkirkan kendaraannya dengan
baik.
Kedua, tidak adanya ruang tunggu kereta yaitu ruang tunggu untuk
penumpang yang sudah atau belum memiliki tiket kereta api. Ruangan yang ada
hanya ruangan untuk penumpang yang siap naik kereta, itupun tidak memadai
karena kurang luasnya tempat yang ada dengan jumlah penumpang, selain itu
kursi yang ada juga sedikit yang menyebabkan penumpang duduk dilantai bahkan
berdiri sampai kereta datang . Hal tersebut menyebabkan tidak adanya perbedaan
penumpang yang sedang menunggu kereta dan yang akan langsung naik kereta
sehingga membuat banyak penumpang yang berdiri karena kekurangan tempat
duduk dan jika ada penumpang yang turun dari kereta maka akan terjadi
Gambar 1.4
Ruang loket dan ruang tunggu Sumber : Peneliti 2016
Ketiga, tidak adanya ruangan untuk ibu menyusui dan bayi serta fasilitas
untuk penyandang difable. Tidak adanya ruang untuk ibu menyusui dan bayi,
dikarenakan tidak adanya lahan untuk ruangan tersebut atau bisa dibilang
keterbatasan lahan. Seharusnya ada ruangan tersebut untuk kenyamanan ibu yang
mempunyai bayi saat bayi menangis dan saat ibu akan menyusui anaknya.
Contohnya di Stasiun Senen, di stasiun tersebut terdapat ruangan tersendiri khusus
untuk ibu menyusui. Kemudian fasilitas untuk penyandang difable, harusnya ada
jalan atau akses jalan agar mempermudah penumpang difable di stasiun.
Contohnya di stasiun serang saja yang termasuk kelas stasiun kecil, mempunyai
fasilitas untuk penumpang penyandang difable berupa akses jalan untuk masuk ke
stasiun.
Keempat, mushola yang kurang luas atau sempit, hal ini karena kurangnya
yang ada saja, tanpa adanya pemisahan antara laki-laki dan perempuan.
Disamping Stasiun Rangkasbitung merupakan stasiun yang cukup besar, bisa
dipastikan banyak pengguna jasa kereta yang menggunakan fasilitas mushola
untuk menunaikan ibadah sholat ditengah-tengah menunggu kereta api yang akan
mereka gunakan. Tidak seperti di stasiun Jakarta Kota, seperti yang yang dilansir
dari http://www.kompasiana.com/empuratu/mushola-di-stasiun-kota-tidak-
memadai (diakses pada tanggal 10 Maret 2016 Pukul 15.00) bahwa di stasiun
tersebut memiliki mushola yang sudah disekat antara laki-laki dan perempuan
walaupun belum tersmasuk ideal dimana tidak adanya pendingin ruangan dan
ruangannya pun masih sempit, tetapi untuk stasiun yang sudah dapat dikatakan
ideal yaitu stasiun Juanda dan stasiun Palmerah, karena dua stasiun tersebut sudah
direnovasi dan terlihat bagus serta nyaman dengan adanya pendingin dan
pemisahan antara tempat laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu, pembenahan
manajemen fasilitas umum di stasiun kereta api Rangkasbitung sangat di perlukan
demi kenyamanan pengguna jasa kereta api.
Gambar 1.6 Ruang Mushola Stasiun
Kelima, tidak adanya CCTV untuk memantau keadaan sekitar stasiun.
Sedangkan dari segi keamanan, harus ada CCTV yang merekam kejadian yang
ada di stasiun. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya tindakan kriminal,
walaupun sudah ada penjagaan tetapi CCTV dibutuhkan untuk mencegah tindakan
kriminal tersebut, sehingga semua kejadian di stasiun dapat diketahui dan
terpantau kapanpun. Contohnya Seperti di Stasiun Daop 6 Yogyakarta, sejak
tahun 2014 sudah memasang CCTV demi pengguna jasa kereta api agar merasa
nyaman, dikutip dari (http://www.dephub.go.id/berita/baca/sebanyak-212-cctv-
dipasang-di-45-stasiun-ka).
Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa permasalahan yang ada
disebabkan karena belum maksimalnya sistem manajemen fasilitas umum di
stasiun Rangkasbitung. Oleh karena itu, Stasiun Kereta Api Rangkasbitung
sebagai instansi terkait perlu meningkatkan kemampuannya dalam manajemen
fasilitas umum stasiun demi kenyamanan pengguna kereta api.
Manajemen dibutuhkan untuk mengatur, mengelola, dan mengkoordinir
sumber daya manusia dan material dalam suatu organisasi sehingga suatu si stem
dapat bekerja dengan baik. Dibutuhkan adanya perencanaan dan pengorganisasian
yang baik dan teratur. Semua manusia yang terlibat didalamnya harus
terorganisasi melalui perencanaan terlebih dahulu sehingga mereka mempunyai
tanggung jawab dan wewenang serta hak dan kewajiban, sesuai dengan
kedudukan dan fungsinya masing-masing. Dalam kegiatan manajemen juga
Dari beberapa permasalahan yang ada, dan telah peneliti paparkan dalam
latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai “MANAJEMEN FASILITAS UMUM DI STASIUN KERETA API
RANGKASBITUNG”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah peneliti paparkan dalam latar belakang
masalah, peneliti dapat mengidentifikasikan beberapa masalah yang terkait
dengan Manajemen fasilitas umum Stasiun Kereta Api Rangkasbitung, yaitu:
1. Tidak adanya lahan parkir untuk pengguna jasa kereta api sejak dulu
sampai saat ini, baik untuk motor maupun mobil. Hal tersebut
menunjukkan bahwa perencanaan dalam bidang fasilitas umum masih
kurang baik. Tidak adanya lahan parkir di stasiun kereta api
Rangkasbitung karena letak stasiun yang ada di sekitar pasar dan dengan
keadaan tersebut menyebabkan tidak adanya lahan untuk parkir di stasiun
tersebut sehingga menimbulkan kemacetan di sekitar area stasiun.
2. Tidak adanya permisahan ruangan, yaitu ruang tunggu kereta untuk
penumpang yang sudah memiliki tiket atau belum dan penumpang yang
akan naik kereta. Seharusnya ada pemisahan ruangan sehingga tertata
dengan baik dan tidak membuat penumpang yang menunggu kereta tiba
harus berdiri. Masalah tersebut terjadi karena kegiatan pengorganisasian
3. Tidak adanya ruangan untuk ibu menyusui dan bayi serta fasilitas untuk
penyandang difable. Masalah tersebut sudah ada sejak tahun 1900 dan
sampai sekarang masih belum ada perubahan, yang menunjukkan
perencanaan fasilitas umum belum berjalan dengan baik.
4. Mushola yang kurang bersih dan kurang luas atau sempit, hal ini karena
kurangnya tempat atau lahan yang dapat dijadikan untuk mushola sehingga
memaksimalkan yang ada saja, tanpa adanya pemisahan antara laki-laki
dan perempuan. Berdasarkan masalah tersebut, dapat diketahui bahwa
kegiatan pengorganisasian untuk fasilitas umum belum baik.
5. Tidak adanya pengontrolan di area stasiun, berupa CCTV untuk memantau
keadaan sekitar stasiun., agar dapat mengetahui atau merekam kejadian
yang ada di stasiun. Hal ini menunjukkan bahwa dari segi pengontrolan
belum cukup menjamin kenyamanan dan keamanan di stasiun tersebut.
1.3 Pembatasan Masalah
Setelah mengidentifikasikan beberapa masalah yang telah peneliti
paparkan, maka peneliti membatasi ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti
yaitu terkait dengan Manajemen fasilitas umum Stasiun Kereta Api
Rangkasbitung. Dan fasilitas umum yang dimaksud adalah fasilitas umum bagi
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah serta pembatasan masalah yang telah
peneliti buat, maka rumusan masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Bagaimanakah Manajemen fasilitas umum di Stasiun Kereta Api
Rangkasbitung?”
1.5 Tujuan Penelitian
Peneliti dalam penelitian ini mempunyai tujuan yang ingin dicapai, yakni
untuk mengetahui Bagaimana Manajemen fasilitas umum Stasiun Rangkasbitung,
sehingga peneliti dapat memberikan solusi atau alternatif dalam pemecahan
masalah yang ada.
1.6 Manfaat Penelitian
a. Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan wawasan
dan menambah kajian keilmuan di bidang administrasi negara, terutama yang
menyangkut dengan Manajemen fasilitas umum Stasiun Kereta Api
Rangkasbitung.
b. Secara praktis
1) Diharapkan hasil penelitian ini akan memberikan informasi serta
dapat dijadikan masukan bagi pihak stasiun ataupun pemerintah
dalam melakukan Manajemen fasilitas umum Stasiun Kereta Api
Rangkasbitung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
ASUMSI DASAR PENELITIAN
2.1 Landasan teori
2.1.1 Pengertian Administrasi
Menurut Siagian (2005:2) bahwa administrasi adalah:
”Administrasi berarti keseluruhan proses penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang didasarkan pada rasional tertentu oleh dua orang atau lebih dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dengan menggunakan sarana dan prasarana tertentu pula”.
Sementara The Liang Gie (dalam Syafie 2003:4) mendefinisikan
Administrasi bahwa:
”Administrasi adalah segenap rangkaian kegiatan penataan terhadap pekerjaan pokok yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam kerja sama mencapai tujuan tertentu”. Kemudian Herbert A.Simon (2003:3) mengartikan bahwa ”Administration can be defined as the activities of groups cooperating to accomplish common goals (Administrasi dapat dirumuskan sebagai kegiatan- kegiatan kelompok kerja sama untuk mencapai tujuan-tujuan bersama).”
Sedangkan Lexvord D. White (dalam Listyaningsih 2014:2) bahwa
administrasi negara yaitu:
“Administrasi negara terdiri atas semua kegiatan negara dengan maksud untuk menunaikan dan melaksanakan kebijakan negara” . Sedangkan menurut Dwight Waldo administrasi negara adalah : “Administrasi Negara mengandung dua pengertian yaitu : a) Administrasi negara yaitu organisasi dan manajemen dari manusia dan benda guna mencapai tujuan-tujuan pemerintah. b) Administrasi Negara yaitu suatu seni dari ilmu tentang manajemen yang dipergunakan untuk mengatur urusan-urusan negara”.
Menurut Atmosudirjo (2003:4) bahwa administrasi adalah :
”Administrasi merupakan suatu fenomena sosial, yaitu perwujudan tertentu di dalam masyarakat modern, eksistensi administrasi ini berkaitan
dengan organisasi. Jadi barang siapa hendak mengetahui adanya administrasi dalam masyarakat ia harus mencari terlebih dahulu suatu organisasi yang masih hidup, di situ terdapat administrasi.”
Jika kita melihat beberapa definisi tentang administrasi menurut para ahli
tersebut diatas, bahwa administrasi secara luas memiliki pengertian yang sama
yaitu antara lain :
1) Kerjasama
2) Banyak orang dan
3) Untuk mencapai tujuan bersama
Sedangkan menurut The Liang Gie (dalam Burhanudin 2000:10) ada
delapan unsur administrasi yaitu:
1. Pengorganisasian, rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan dari usaha kerjasama itu dengan jalan :
a. Membagi dan mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan.
b. Menetapkan dan menyusun jalinan hubungan kerja diantara petugas atau sub-sub organisasi (unit-unit tugas). 2. Manajemen, Kegiatan menggerakkan sekelompok hubungan kerja
diantara petugas atau sub-sub organisasi (unit-unit tugas).
3. Komunikasi, rangkaian aktivitas menyampaikan warta dan memindahkan buah pikiran kepada seseorang secara cermat, dalam usaha kerja sama yang bersangkutan.
4. Kepegawaian, rangkaian aktivitas mengatur dan mengurus penggunaan tenaga-tenaga kerja yang diperlukan dalam usaha kerjasama.
5. Keuangan, rangkaian aktivitas mengelola segi-segi pembiayaan sampai pertanggungjawaban keuangan dalam usaha kerjasama yang bersangkutan.
6. Perbekalan, aktivitas merencanakan, mengadakan, mengatur, pemakaian, penyimpanan, pengendalian, perawatan dan menyingkirkan barang-barang yang tidak dapat dipakai lagi dalam suatu usaha kerjasama.
7. Tata Usaha, meliputi kegiatan menghimpun, mencatat, mengolah, menggandakan, mengirim, menyimpan pelbagai keterangan atau data yang dibutuhkan dalam suatu organisasi.
2.1.2 Fungsi-fungsi Administrasi
Konsep administrasi dan manajemen pada intinya mempunyai kesamaan
dari segi operasionalnya, karena fungsi-fungsi kedua bidang tersebut juga tidak
berbeda, apa yang dikatakan sebagai fungsi administrasi adalah merupakan
fungsi-fungsi manajemen. Namun meskipun istilah yang dipakai dalam
mengidentifikasikan fungsi-fungsi kedua tingkatan pengertian itu sama tetapi
dalam pelaksanaannya administrasi dan manajemen mempunyai kegiatan-kegiatan
tertentu yang harus dilaksanakan dalam tujuan organisasi, kegiatan-kegiatan
(tugas-tugas) itulah yang disebut fungsi-fungsi administrasi dan manajemen.
Ada beberapa pendapat mengenai fungsi administrasi menurut para ahli,
yaitu :
Menurut Henry Fayol (2000:31) mengemukakan bahwa fungsi- fungsi administrasi dan manajemen adalah: a). Planning (perencanaan) b)
Organizing (pengorganisasian) c) Commanding (pemberian perintah) d)
Coordinating (pengkoordinasian) e) Controlling (Pengawasan).
George R. Terry (2001:85), fungsi-fungsi administrasi dan manajemen
adalah: (a) Planning (b) Organizing (c) Actuating (d) Controlling, rangkaian
fungsi itu dibentuk dalam sebuah akronim ”POAC”. Fungsi terpenting dalam
rangka penggerakkan bawahan menurut Terry adalah ”Actuating” sebagai usaha
menggerakkan pegawai agar mau bekerja dengan penuh kesadaran dalam rangka
merealisasi rencana yang telah disusun.
Kalau dihubungkan kembali dengan hakikat administrasi dan manajemen,
yang terpenting dalam penyelenggaraan kegiatan administrasi itu adalah
individu di dalam suatu organisasi dapat bekerjasama secara produktif demi
tercapainya tujuan-tujuan organisasi.
2.1.3 Pengertian Tata Kelola
Tata Kelola jikalau dianalisis berdasarkan sudut pandang etimologinya
maka tata kelola terdiri dari dua suku kata, yakni “tata” dan “kelola”. Dalam
“Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline versi 1.3”, “tata” mempunyai arti aturan
(biasanya dipakai dalam kata majemuk); kaidah, aturan, dan susunan; cara
menyusun; sistem. Sedangkan “kelola” mempunyai arti mengendalikan;
menyelenggarakan (pemerintahanan); mengurus (perusahaan, proyek). Dari
definisi yang peneliti paparkan tersebut peneliti menyimpulkan bahwa
pengelolaan merupakan proses pengaturan atau pengurusan suatu perusahaan
yang didasarkan pada aturan. Dalam penelitian yang sedang peneliti jalani,
maksud dari pengaturan atau pengurusan suatu stasiun yang didasarkan pada
aturan tersebut merujuk pada pengaturan fasilitas umum stasiun kereta api yang
didasarkan pada aturan dari pusat. Agar dapat mempelajari tata kelola secara
spesifik maka ilmu yang sesuai dengan tata kelola adalah ilmu manajemen.
2.1.4 Pengertian Fasilitas Umum
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online, fasilitas adalah sarana
untuk melancarkan pelaksanaan kegiatan. Sedangkan fasilitas umum adalah
fasilitas yang disediakan untuk kepentingan umum seperti jalan, alat
2.1.5 Konsep Manajemen
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur.
Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-
fungsi manajemen itu. Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses untuk
mewujudkan tujuan yang diinginkan.
Pengertian manajemen menurut (Hasibuan, 20011:1): Manajemen adalah
ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-
sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Terry dan Rue menjelaskan manajemen sebagai berikut :
Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Dimana manajemen merupakan suatu kegiatan, pelaksanaannya disebut “managing”yaitu pengelolaan, sedangkan pelaksananya disebut manager atau pengelola.
Andrew F. Sikula (dalam Hasibuan, 20011:2) menjelaskan manajemen
sebagai berikut:
Manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi denga tujuan untuk mengkordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara efisien.
Menurut Manulang (2006:4) mendefinisikan manajemen adalah :
G.R. Terry (dalam Hasibuan, 20011:2) menjelaskan manajemen sebagai
berikut:
Manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran- sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dari sumber-smber lainnya.
Manajemen menurut Harold Koontz dan Cryl O’Donnel (dalam Hasibuan,
20011:3) adalah:
Manajemen adalah usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan pengendalian.
Dari beberapa teori mengenai manajemen yang telah peneliti paparkan,
peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa manajemen adalah suatu proses yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama yang terdiri
dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengontrolan. Dan dari
penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen fasilitas umum
adalah proses menata fasilitas secara keseluruhan, sehingga dapat dihindari
adanya pemborosan dan ditingkatkannya efisiensi pembangunan gedung,
pengadaan barang dan pengawasan fasilitas.
Dalam penelitian ini, teori yang peneliti gunakan sebagai dasar dalam
manajemen fasilitas umum adalah teori manajemen menurut G.R Terry. Peneliti
menggunakan teori ini karena teori G.R Terry merupakan teori yang relevan
manajemen merupakan suatu hal yang terdiri dari fungsi-fungsi planning,
organizing, actuatting, dan controlling (disingkat POAC).
2.1.5.1 Fungsi-Fungsi Manajemen
Dalam mengelola setiap kegiatan organisasi, pengelolaan harus didasarkan
pada fungsi-fungsi manajemen. Sehingga pengelolaan yang dilakukan dapat
sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan tidak akan ada masalah besar yang
dapat menghambat pengelolaan tersebut.
G.R. Terry (2008: 17) menjelaskan fungsi-fungsi manajemen sebagai
berikut:
a) Planning (perencanaan).
Perencanaan ialah menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan. Planning mencakup kegiatan pengambilan keputusan, karena termasuk pemilihan alternatif-alternatif keputusan. Diperlukan kemampuan untuk mengadakan visualisasi dan melihat ke depan guna merumuskan suatu pola dari himpunan tindakan untuk masa mendatang.
b) Organization (pengorganisasian).
Pengorganisasian mencakup (a) membagi komponen- komponen kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan ke dalam kelompok-kelompok. (b) membagi tugas kepada seorang manajer untuk mengadakan pengelompokkan tersebut.menetapkan (c) wewenang diantara kelompok atau unit-unit organisasi. Didalam setiap kejadian, pengorganisasian melahirkan peranan kerja dalam struktur formal dan dirancang untuk memungkinkan manusia bekerja sama secara efektif guna mencapai tujuan.
c) Actuating (pengarahan).
Actuating atau disebut juga “gerakan aksi” mencakup kegiatan yang dilakukan seorang manajer untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oelh unsur perencaan dan pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat tercapai. Actuating
d) controlling (pengontrolan).
Controlling mencakup kelanjutan tugas untuk melihat apakah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sesuai rencana. Pelaksanaan kegiatan dievaluasi dan penyimpangan-penyimpangan yang tidak diinginkan diperbaiki supaya tujuan-tujuan dapat tercapai dengan baik. Ada berbagai cara untuk mengadakan perbaikan, termasuk merubah rencana dan bahkan tujuannya, mengatur kembali tugas-tugas atau merubah wewenang, tetapi seluruh perubahan tersebut dilakukan melalui manusianya. Orang yang bertanggung jawab atas penyimpangan yang tidak diinginkan itu harus dicari dan mengambil langkah-langkah perbaikan terhadap hal-hal yang sudah atau akan dilaksanakan.
Dari fungsi-fungsi manajemen yang telah peneliti paparkan diatas, maka
secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa fungsi-fungsi manajemen meliputi
beberapa hal yaitu: Planning, Organizing, Actuating,dan Controlling tersebut
menjadi hal yang perlu untuk diperhatikan agar tidak ada kendala di dalam proses
manajerial yang mengakibatkan terhambatnya proses pencapaian tujuan.
Termasuk didalam pengelolaan fasilitas umum, terlebih lagi kenyamanan dan
keamanan penumpang jasa kereta api merupakan suatu hal yang harus
diutamakan. Sehingga dengan memperhatikan fungsi-fungsi manajemen tersebut
diharapkan dapat menghasilkan suatu pengelolaan yang baik, yang nantinya
memberikan dampak positif bagi jasa transportasi kereta api.
1. Fungsi Perencanaan
Semua kegiatan dan tindakan menejerial didasarkan dan atau
disesuaikan dengan rencana yang sudah ditetapkan. Rencana menentukan ke
mana organisasi dan kegiatan-kegiatannya akan diarahkan atau
direncanakan. Ini berarti atau maksud dari tiap rencana dan semua rencana-
organisasi. Perencanaan membantu manajer dalam semua tipe organisasi
untuk mencapai kinerja lebih baik (Silalahi, 2002:160). Ada beberapa
tahapan dalam perencanaan, antara lain:
1. Formulasi tujuan (goals formulation) atau penetapan tujuan
(setting objectives): identifikasi tentang sasaran-sasaran dan strategi mutakhir (identification of current objectives and strategi).
2. Analisis lingkungan (environmental analysis): identifikasi peluang dan kendala strategis (identification of strategic opportunities and threats) lingkungan eksternal dan identifikasi kekuatan dan kelemahan (identification of strong and weakness) organisasional.
3. Pembuatan keputusan rencana strategi (strategic plan decision making): kembangkan alternative (evaluate alternatives), pilih alternative (select alternatives).
4. Kembangkan rencana operasional (develop operational plan).
5. Implementasi rencana dan evaluasi hasil (implement the plan and evaluate results)
2. Fungsi Pengorganisasian
Pengorganisasian dapat didefinisikan sebagai proses penetapan
pekerjaan-pekerjaan esensial untuk dikerjakan, pengelompokan pekerjaan,
pendistribusian otoritas dan pengintegrasian semua tugas-tugas dan
sumber-sumber untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Manajer
giat dalam pengorganisasian untuk tiga alasan. Pertama, pengorganisasian
meningkatkan efisiensi dan kualitas dari pekerjaan organisasi. Ketika
tugas-tugas organisasi dibagi, peluang untuk mencapai sinergi akan
tercipta. Kedua, pengorganisasian menetapkan akuntabilitas, sebab
partisipan dalam tiap usaha adalah lebih efektif ketika mereka memahami
komunikasi. (Silalahi 2002:197). Ada beberapa tahapan dan elemen
fundamental dalam proses pengorganisasian, antara lain:
1. Tetapkan pekerjaan-pekerjaan esensial untuk dikerjakan (pembagian kerja)
2. Kelompokan tugas-tugas individual ke dala unit-unit (deprtementasi)
3. Distribusi otoritas dalam unit-unit dan di antara individu- individu (distribusi otoritas)
4. Integrasi semua orang, tugas-tugas dan aktivitas-aktivitas (koordinasi)
3. Fungsi Pengarahan
Pengarahan adalah membuat semua anggota kelompok, agar mau
bekerja sama dan bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk mecapai
tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian.
Pengarahan dapat dilakukan dengan cara persuasive atau bujukan dan
instruktif, tergantung cara mana yang paling efektif. (Hasibuan 2011:183).
Pokok-pokok masalah yang dipelajari dalam fungsi pengarahan adalah:
1. Tingkah laku manusia 2. Hubungan manusiawi 3. Komunikasi
4. Kepemimpinan
4. Fungsi Pengendalian
Fungsi pengendalian (controlling) adalah fungsi terakhir dalam
proses manajemen. Fungsi ini sangat penting dan sangat menentukan
pelaksanaan proses manajemen, karena itu harus dilakukan dengan sebaik-
baiknya. Pengendalian ini berkaitan erat dengan fungsi perencanaan dan
2011:241). Proses pengendalian dilakukan secara bertahap melalui
langkah-langkah berikut:
1. Menentukan standar-standar yang akan digunakan dasar pengendalian.
2. Mengukur pelaksanaan atau hasil yang akan dicapai.
3. Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standard dan menentukan penyimpangan jika ada.
4. Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan agar pelaksanaan dan tujuan sesuai dengan rencana.
Fungsi – fungsi manajemen yang dikemukakan para ahli tidak sama,
tergantung pada sudut pendekatan dan pandangan mereka. Untuk bahan
perbandingan dikemukakan pembagian fungsi-fungsi manajemen, sebagaimana
Tabel 2.1
Fungsi-fungsi manajemen menurut para ahli
George R. Terry John F. Mee Louis A. Allen MC. Namara
1. Planning
Drs. P Siagian Prof. Drs.Oey Liang lee
W.H Newman Luther Gullick Lyndall
Berikut adalah pengertian fungsi-fungsi manajemen menurut para ahli:
1. Planning
Planning atau Perencanaan menurut Hasibuan (2011:91) adalah sebagai
berikut:
Perencanaan adalah fungsi dasar manajemen, kerena organizing, staffing, directing, dan controlling pun harus terlebih dahulu direncanakan. Perencanaan ini bersifat dinamis. Perencanaan ini ditujukan pada masa depan yang penuh dengan ketidakpastian, karena adanya perubahan kondisi dan situasi. Dari pandangan Hasibuan menjelaskan bahwa perencanaan hanya sebatas memilih alternatif terbaik dengan mempertimbangkan beberapa alternatif yang ada.
Sedangkan menurut Konntz dan Donel dalam Hasibuan (2011:40)
menyebutkan Perencanaan adalah fungsi dari seorang manajer yang berhubungan
dengan memilih tujuan –tujuan kebijksanaan-kebijkasanaan, prosedur-prosedur
dan program-program dari alternative-alternatif yang ada.
Dari pandangan diatas kita bisa menyimpulkan bahwa perencanaan
merupakan bagian terpenting dimana sesorang dituntut untuk berfikir cerdas
dalam melihat alternatif mana yang sesuai dengan tujuan yang dimaksud.
2.Organizing
Manullang (dalam Hasibuan 2011:119) menyebutkan bahwa.
Organisasi adalah suatu proses penentuan, pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, yang dilakukan dengan cara menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini, kemudian menyediakan alat-alat yang diperlukan, dan menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut.
Sedangkan menurut Terry (2008:17) sebagai berikut.
membagi tugas kepada seorang manajer untuk mengadakan pengelompokkan tersebut dan (c) menetapkan wewenang diantara kelompok atau unit-unit organisasi. Pengorganisasian berhubungan erat dengan manusia, sehingga pencaharian dan penugasannya kedalam unit-unit organisasi dimasukkan sebagai unsur pengorganisasian.
Dari beberapa pandangan diatas bisa disimpulkan bahwa pengorganisasian
berkaitan penuh dengan manusia dimana dilakukan penempatan seseorang pada
bidangnya masing-masing sesuai dengan keahlian yang dimilikinya.
3.Actuating
G.R Terry dalam (Hasibuan 2011:183) pengarahan adalah membuat semua anggota kelompok agar mau bekerjasama dan bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian. Dimana setelah dilakukan pengorganisasian, maka diperlukan arahan pimpinan agar pekerjaan dapat terarah dan terukur sehingga dapat mencapai tujuan.
4.Controlling
Earl p. strong dalam (Hasibuan 2011:241). Pengendalian adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu perusahaan, agar sesuai dengan ketetapan-ketetapan dalam rencana. Dimana pada suatu organisasi perlu adanya pengawasan atau pengontrolan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan organisasi yang sudah direncakan sebelumnya, agar dapat dilakukan perbaikan jika ada kesalahan.
5.Staffing atau Assembing Resources
Istilah Staffing diberikan Luther Gullick, Harold Koonz dan Cyril O’Donnel sedangkan Assembing Resources dikemukakan oleh William Hebert Newman. Kedua istilah tersebut cenderung memiliki arti yang sama. Dimana
Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan personalia pada organisasi sejak dari merekrut tenaga kerja, pengembangan sampai dengan usaha agar setiap tenaga petugas memberi daya guna maksimal kepada organisasi.
6.Motivating
sehingga mereka dapat bersemangat melaksanakan tugas-tugas dan mereka pun dapat berdaya guna dan berhasil guna.
7.Programming
Programming adalah proses penyusunan suatu program yang sifatnya dinamis, dimana menyesuaikan dengan keadaan yang ada dalam suatu organisasi untuk kemajuan organisasi tersebut.
8.Budgeting
Budgeting (anggaran) merupakan suatu rencana yang menggambarkan penerimaan dan pengeluaran yang akan dilakukan pada setiap bidang. Dalam anggaran ini hendaknya tercantum besarnya biaya dan hasil yang akan diperoleh, jadi anggaran harus rasional.
9.System
System adalah suatu kesatuan prosedur atau komponen yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya bekerja bersama sesuai dengan aturan yang ditetapkan sehingga membentuk suatu tujuan yang sama. Maksudnya, dalam sebuah sistem bila terjadi satu bagian saja yang tidak bekerja atau rusak m aka suatu tujuan bisa terjadi kesalahan pada hasilnya. (http// infoting.blogspot.com).
10. Commanding
Commanding adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan,saran, perintah-perintah atau intruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula. Commanding merupakan fungsi manajemen yang dapat berfungsi bukan saja agar pegawai dapat melaksanakan atau tidak melaksanakan suatu kegiatan, tetapi dapat berfungsi mengkoordinasikan kegiatan berbagai unsure organisasi agar efektif tertuju kepada realisasi tujuan yang telah ditetapkan.
11. Coordinating
Coordinating (koordinasi) merupakan salah satu fungsi manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, kekosongan kegiatan, dengan jalan menghubungkan, menyatukan dan menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerjasama yang terarah dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut, dengan cara member intruksi, mengadakan pertemuan untuk memberikan penjelasan, bimbingan atau nasehat dan bila perlu mmemberi teguran.
Reporting atau pelaporan dalam manajemen berupa penyampaian perkembangan atau hasil kegiatan atau pemberian keterangan mengenai segala hal yang bertalian dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi, baik secara lisan maupun tulisan sehingga daalam menerima laporan dapat memperoleh gambaran tentang pelaksanaan tugas orang yang memberi laporan.
13. Forecasting
Forecasting atau peramalan adalah kegiatan meramalkan, memproyeksi, atau mengadakan perkiraan/ taksiran terhadap berbagai kemungkinan yang akan teerjadi sebelum suatu rencana yang lebih pasti dapat dilakukan.
14. Facilitating
Facilitating atau fasilitas merupakan fungsi manajemen yang meliputi pemberian fasilitas dalam arti luaas yakni memberikan kesempatan kepada anak buah agar dapat berkembang ide-ide dari bawahan diakomodir dan kalau memungkinkan dikembangkan dan diberi ruang untuk dapat dilaksanakan.
15. Leading (kepemimpinan),
Kepemimpinan merupakan hal penting dalam organisasi dalam melakukan kerja sama antara manajer dan bawahan sehingga mencapai hasil yang diinginkan. Dengan kata lain usaha untuk mengarahkan, mempengaruhi, memotivasi dan berkomunikasi dengan bawahan agar melaksanakan tugas pokok organisasi.
Dari berbagai fungsi manajemen yang telah dipaparkan diatas, dapat
diketahui bahwa fungsi manajemen memiliki fokus yang berbeda dari berbagai
ahli. Setiap ahli memiliki background yang berbeda-beda dalam melahirkan
teorinya masing-masing, sehingga setiap teori memiliki cara kerja yang berbeda
dalam mencapai suatu tujuan. Dari beberapa teori diatas, peneliti menganalisis
bahwa teori G.R. Terry yang merupakan tokoh manajemen yang terkemuka di
dunia berfokus pada apa yang harus direncanakan dan yang akan dicapai. Jadi,
perencanaan merupakan fungsi dasar untuk melakukan penyusunan langkah-
langkah untuk mencapai tujuan organisasi. Dimana dalam perencanaan tadi
matang-matang apa saja yang menjadi kendala, dan merumuskan apa saja
kegiatan yang akan dilakukan. Hal tersebut sangat berkaitan dengan penelitian ini,
dimana manajemen fasilitas umum Stasiun Kereta Api Rangkasbitung lebih
berfokus pada perencanaan dan pengorganisasian, tanpa mengesampingkan
pengarahan dan pengontrolan. Disamping itu G.R. Terry merupakan guru besar di
Northwestern University, sangat mengenal manajemen yang merupakan bidang
keahlian dan keilmuannya.
Lain halnya dengan teori manajemen yang dikemukakan oleh Louis Allen,
dimana manajemen menurut Louis Allen lebih menekankan ke arah leading
(kepemimpinan). Karena teori manajemen Louis Allen disebut juga Management
Leading (Memimpin). Memimpin adalah pekerjaan yang di lakukan oleh seorang
manager agar orang-orang lain bertindak. Maka dari situ peneliti melihat bahwa
teori ini tidak cocok dengan permasalahan yang ada dalam penelitian manajemen
fasilitas umum Stasiun Kereta Api Rangkasbitung.
Sedangkan teori manajemen menurut Henry Fayol yang berlatarbelakang
sebagai administrator adalah planning (perencanaan), organizing
(pengorganisasian), commanding (pemberian komando), coordinating
(pengkoordinasian), dan controlling (pengawasan). Rangkaian fungsi ini dikenal
dengan akronim POCCC. fungsi utama dari kelima fungsi manajemen yang
diungkapkan Fayol adalah pada fungsi commanding. Mengingat kondisi
masyarakat Perancis yang waktu itu militeristik dan perkembangan ilmu
administrasi dan manajemen masih berkembang . Sehingga commanding menjadi
Teori Fayol ini disepakati oleh Luther Gullick yang berlatarbelakang sama
dengan Fayol yang banyak berkecimpung didunia administrasi dan pemerintahan.
Gullick sependapat dengan Fayol berkaitan dengan fungsi planning, organizing
dan controlling. Selanjutnya Gullick mengusulkan fungsi staffing (pengadaan
tenaga kerja) yang merupakan tindak lanjut dari fungsi planning dan organizing.
Kemudian fungsi staffing, planning dan organizing merupakan material organisasi
yang perlu digerakkan dalam rangka pencapaian tujuan. Oleh sebab itu
dibutuhkan fungsi directing (pemberian bimbingan), dan coordinating
(pengkoordinasian). Dari rangkaian fungsi-fungsi tersebut menurut Luther Gullick
directing memiliki fungsi yang paling penting. Directing merupakan konsep yang
lebih santun/lunak dari commanding. Sesuai dengan kondisi warga Amerika yang
saat itu telah memiliki pemahaman tentang ilmu admnistrasi dan manajemen
(Siagian, 2005:84).
Dan kedua teori ini dirasa kurang sesuai dengan permasalahan yang peneliti
angkat, meskipun kedua ahli Fayol dan Gullick memiliki background dibidang
administrasi dan pemerintahan namun keduanya menyatakan teori ini ditengah-
tengah masyarakat dalam keadaan masa otoriter, meski Gullick menyatakan lebih
lunak akan tetapi karakteristik pemerintahan di Indonesia sekarang berbeda,
sehingga tidak sesuai dengan permasalahan yang peneliti paparkan.
Maka dari itu dalam penelitian ini, teori yang peneliti gunakan sebagai
dasar dalam manajemen fasilitas umum stasiun adalah teori manajemen menurut
George R.Terry. Peneliti menggunakan teori ini karena teori George R.Terry