• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian

4.3.1 Planning (Perencanaan)

Kegiatan awal yang dilakukan dalam manajemen fasilitas umum di stasiun kereta api rangkasbitung adalah perencanaan. Dalam merencanakan sistem manajemen fasilitas umum kita tidak boleh secara asal merencanakannya, tetapi ada prosedur yang harus kita pahami dan kita jalani. Kita harus melihat dulu kondisi yang ada di stasiun sekarang bagaimana keadaan bangunan dan ruangan-ruangan yang ada, perbandingan antara jumlah penumpang dengan keadaan tempat dan fasilitas yang ada.

Semua kegiatan dan tindakan manajerial didasarkan atau disesuaikan dengan rencana yang sudah ditetapkan. Rencana menentukan ke mana organisasi dan kegiatan- kegiatannya akan diarahkan atau direncanakan. Ini berarti atau maksud dari tiap rencana dan semua rencana adalah membantu pencapaian tujuan organisasi.perencanaan mencakup kegiatan pengambilan keputusan, karena termasuk pemilihan alternatif- alternatif keputusan. Diperlukan kemampuan untuk mengadakan visualisasi dan melihat ke depan guna merumuskan suatu pola dari himpunan tindakan untuk masa mendatang.

Dalam penelitian ini, untuk mengetahui bagaimana manajemen fasilitas umum di stasiun kereta api Rangkasbitung, peneliti harus mengetahui bagaimana mekanisme

perencanaan di stasiun Rangkasbitung. Karena peneliti menilai bahwa manajemen fasilitas umum di suatu organisai dapat dinilai dengan salah satu aspeknya adalah rencana apa saja yang sudah dibuat.

Dalam hal manajemen fasilitas umum di stasiun Rangkasbitung pihak yang merencanakan adanya pengadaan dan melakukan permeriksaan serta pemeliharaan fasilitas yaitu sub urusan pelayanan yang berkoordinasi dengan ketua kebersihan, walaupun yang sebenarnya bertanggung jawab penuh adalah kepala stasiun dan yang akan merealisasikan adalah langsung dari pihak pusat (stasiun Cikini). Sehingga menyebabkan realisasi pengadaan fasilitas umum menjadi lama.

Di stasiun Rangkasbitung kondisi ruangan-ruangan yang ada belum banyak mengalami perubahan seperti saat ini belum adanya ruang tunggu penumpang, ruang ibu menyusui, dan musholla yang masih sempit dan belum diperluas. Selain itu jika dilihat dari segi bangunannya pun tidak mengalami banyak perubahan karena stasiun Rangkasbitung merupakan cagar budaya yang bentuk bangunannya tidak bisa dirubah total hanya dapat diperindah saja seperti dicat ulang, dan memperbaiki dari segi tembok dan lantai.

Untuk melakukan perbaikan-perbaikan yang telah dipaparkan diatas, ada beberapa perencanaan yang telah dibuat untuk kemajuan fasilitas umum, dimana yaitu akan adanya ruang tunggu penumpang, bukan hanya di peron saja, rencana untuk parkir, untuk perubahan toilet dimana akan ada toilet untuk difable dan ruang ibu

menyusui. Hal ini peneliti dapatkan dari pernyataan Kepala stasiun yang berpendapat bahwa:

Perbaikan toilet, hole untuk ruang tunggu, peron, ada rencana untuk perubahan walaupun saat ini belum ada ruang khusus ibu menyusui dan untuk parkir juga akan diadakan untuk kedepannya ” ( Bapak Andri KSB Rangkasbitung pada tanggal 19 September 2016, pukul 10.30 WIB di Stasiun KA Rangkasbitung).

Selain pernyataan dari KSB, peneliti juga menilai ini dari pernyataan bagian pelayanan yang menyatakan bahwa:

“Pembongkaran rel untuk adanya KRL, kemungkinan adanya CCTV, perubahan musholla, ruang ibu menyusui, untuk toilet pria akan ada urinoir dan westafle untuk toilet perempuan, ruang tunggu penumpang, pengatur suhu, peron yang kurang tinggi akan di naikan kembali, selain itu sudah ada rencana untuk pembuatan parkiran.” (Bapak Supriyatin Kepala Sub urusan Pelayanan Stasiun Rangkasbitung pada tanggal 19 September 2016, pukul 11.17 WIB di Stasiun KA Rangkasbitung).

Dari pernyataan beberapa informan yang telah peneliti wawancarai, akan ada rencana perbaikan dan penambahan fasilitas umum di stasiun Rangkasbitung dimana salah satunya adalah akan adanya hole atau tempat terpisah untuk ruang tunggu penumpang, dan akan adanya lahan parkir. Namun ada perbedaan pendapat dari waktu yang dibutuhkan untuk merealisasikan hal-hal yang sudah direncanakan seperti untuk pembuatan ruang tunggu, ruang ibu menyusui, perluasan musholla dan pemasangan CCTV yang telah diajukan sejak lama dan terus diusahan sampai 1 tahun terakhir.

Hal ini peneliti dapatkan dari hasil wawancara KSB berpendapat bahwa waktu yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan rencana yang telah dibuat yaitu : “1 semester (6 bulan).” (wawancara dengan Bapak Andri KSB Rangkasbitung pada tanggal 19 September 2016, pukul 10.30 WIB di Stasiun KA Rangkasbitung).

Berbeda dengan pernyataan kepala sub urusan pelayanan yang menyebutkan waktu untuk mengimplementasikan rencana-rencana perbaikan fasilitas umum di stasiun bahwa :

“Rencana sudah ada dari tahun kemarin dan sudah diajukan tetapi untuk waktunya saya tidak tahu karena itu kewenangan pusat.” (wawancara dengan Bapak Supriyatin Kepala Sub urusan Pelayanan, pada tanggal 19 September 2016 pukul 11.17 WIB di Stasiun KA Rangkasbitung).

Berdasarkan wawancara diatas menunjukkan bahwa perencanaan fasilitas umum di stasiun Rangkasbitung belum optimal karena masih ada beberapa fasilitas yang belum terpenuhi dan belum memadai walaupun menurut kepala sub urusan pelayanan sudah mengajukan rencana yang telah dibuat tetapi kepala stasiun sendiri tidak mengatakan hal yang sama padahal menurutnya waktu yang dibutuhkan untuk mengimplementaasikan rencana tersebut hanya butuh 6 bulan tetapi nyatanya belum terlaksana.

Belum terealisasikannya beberapa pengadaan fasilitas di stasiun Rangkasbitung dikarenakan kewenangan pengadaan fasilitas umum ada di pusat (stasiun Cikini) dan pihak stasiun Rangkasbitung hanya mencatat fasilitas apa saja yang harus diperbaiki dan diadakan, selain itu tidak adanya penanggung jawab khusus yang menangani masalah fasilitas umum seperti bagian umum. Dimana mekanisme untuk melakukan pengadaan fasilitas bagi penumpang dimulai dari bagian pelayanan melakukan pencatatan laporan fasilitas apa saja yang belum ada dan dibutuhkan, kemudian dikoordinasikan dengan kepala dan wakil stasiun yang kemudian diajukan ke pusat (stasiun Cikini) setelah itu tindakan pengadaan dilakukan langsung oleh pusat dan jika belum terealisasi, pihak

stasiun Rangkasbitung hanya bisa terus melakukan koordinasi dan menanyakan kapan pengadaan fasilitas tersebut akan diberikan. Maka seharusnya perencanaan untuk fasilitas umum di stasiun Rangkasbitung dibuat dengan matang dengan adanya kewenangan sendiri untuk melakukan pengadaan fasilitas sehingga dapat cepat terlaksana karena stasiun Rangkasbitung merupakan stasiun kelas besar yang seharusnya memiliki fasilitas yang cukup lengkap dan memadai sesuai dengan standar pelayanan minimum yang ada.

Pada dasarnya, perubahan diperlukan dalam suatu organisasi terutama perubahan fasilitas umum dimana organisasi yang menyediakan pelayanan bagi masyarakat maka semua yang dibutuhkan oleh masayarakat dapat terpenuhi. Dalam hal ini pelayanan yang dilakukan oleh stasiun kepada penumpang, dimana kenyamanan penumpang menjadi prioritas dan kenyamanan tersebut bisa didapatkan salah satunya dengan pemenuhan kebutuhan fasilitas umum di stasiun. Ada beberapa fasilitas yang dibutuhkan oleh penumpang yang saat ini masih kurang baik . Hal tersebut peneliti dapatkan dari hasil wawancara penumpang yang berpendapat bahwa :

“Tidak disediakan ruang tunggu setelah membeli tiket, hanya ada ruang tunggu peron untuk hari-hari tertentu yang penumpangnya banyak kekurangan tempat duduk, kadang tidak nyaman karena panas,selain itu untuk parkiran tidak tersedia parkir.”( Wawancara dengan penumpang Wahyu, tanggal 19 September 2016 pukul 14.40 WIB di stasiun Rangkasbitung).

Hal tersebut juga dibenarkan oleh salah seorang penumpang yang berpendapat bahwa :

Sudah cukup untuk hari-hari biasa, tetapi untuk saat mudik kekurangan, untuk parkiran tidak ada parkiran, hanya tempat tukang ojek dan becak.”

(Wawancara dengan penumpang Sri Rahayu, tanggal 21 September 2016 pukul 11.30 WIB di stasiun Rangkasbitung).

Hal tersebut senada dengan yang disebutkan oleh salah satu penumpang yang berkata bahwa:

“Tidak ada lahan parkir, hanya ada tukang ojek dan becak. Harus diadakan lahan parkir setidaknya 300meter karena jumlah kendaraan lumayan banyak kira-kira 50 kendaraan yang ada disekitar stasiun karena terbatas jadi sebagian pengguna kereta parkir ditempat lain” (wawancara dengan penumpang Syifa, tanggal 21 September 2016 pukul 13.56 WIB di Stasiun).

Namun berbeda pendapat dengan bagian pelayanan yang berpendapat bahwa :

“Untuk pengadaan dan luas parkiran itu saya tidak tahu karena tergantung dari pusat, dan untuk jumlah kendaraan yang parkir tidak bisa diprediksi mungkin disekitar stasiun 100 unit motor karena kendaraan lalu lalang dan berganti tidak terus menetap”. (Wawancara dengan Bapak Supriyatin Kepala Sub Urusan Pelayanan, tanggal 30 November 2016 di Stasiun).

Selain itu ada beberapa fasilitas yang belum ada di stasiun dan dibutuhkan oleh penumpang. Seperti tidak adanya CCTV, jalan untuk penyandang difable dan ruang khusus ibu menyusui. Hal tersebut dibenarkan oleh penumpang yang berkata bahwa :

“Penting adanya CCTV untuk merekam kejadian di stasiun. Beliau juga berpendapat bahwa : “perlu jalan khusus penyandang difable. Penting, karena sewaktu-waktu pasti ada penumpang difable. Selain itu harus ada ruang ibu menyusui, karena agar menutup aurat ibu yang sedang menyusui.” (wawancara dengan penumpang Iwan tanggal 21 September 2016 pukul 12.15 WIB di Stasiun).

Hal tersebut senada dengan yang dikatakan oleh penumpang Bapak Yani bahwa :

“Menurut saya dibutuhkan CCTV, karena takut ada kejadian-kejadian tak diduga.Beliau juga mengatakan bahwa “Ruang ibu menyusui itu perlu, karena tempat umum jadi harus ada ruang khusus ibu dan bayi.”

(wawancara dengan penumpang Yani tanggal 21 September 2016 pukul 12.50 WIB di Stasiun).

Namun disamping beberapa kekurangan fasilitas umumdi stasiun Rangkasbitung tetapi masih ada beberapa fasilitas yang sudah mengalami kemajuan dan dirasakan oleh penumpang seperti ruang boarding dan toilet yang sudah cukup nyaman. Hal tersebut disampaikan oleh penumpang yang beranggapan bahwa :“Sudah cukup baik, standar. Untuk toilet sudah cukup baik dan memadai, serta bersih.” (wawancara dengan penumpang Wulan tanggal 21 September 2016 pukul 11.52 WIB di Stasiun).

Hal tersebut juga dibenarkan oleh penumpang yang berpendapat bahwa

“Ruang boarding sudah cukup untuk masuk ke stasiun., dan untuk toilet Sudah cukup bersih.” (wawancara dengan penumpang Rahmat tanggal 21 September 2016 pukul 13.18 WIB di Stasiun).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dilihat penumpang sendiri beranggapan bahwa beberapa fasilitas yang ada belum cukup baik dan penumpang pun tidak merasa nyaman dengan keadan fasilitas yang tersedia di stasiun, dan masih ada beberapa fasilitas yang tidak ada di stasiun padahal dibutuhkan oleh penumpang. Tetapi masih ada beberapa fasilitas yang sudah mengalami perubahan menjadi lebih baik walaupun belum sepenuhnya memadai tapi sudah cukup untuk beberapa penumpang.

Dokumen terkait