• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM DESA DAN POTENSI SITUS BUDAYA

2.2. Gambaran Umum Potensi Wisata di Desa Sianjur Mula- mula

2.2.4. Culture Attraction

Culture Attraction atau atraksi budaya adalah bentuk kegiatan yang diadakan di desa Sianjur Mulamula agar bisa diikuti wisatawan secara langsung. Bentuk kegiatan yang di laksanakan berupa kegiatan” budaya dan tradisional yang bisa diikuti oleh wisatawan secara langsung.

Kegiatan yang biasa dilaksanakan yaitu manortor, marmahan horbo (mengembala kerbau), Marsuan (menanam padi ), panen padi dan lain lain.

BAB III

POTENSI PARIWISATA DAN KEARIFAN LOKAL di DESA SIANJUR MULA- MULA

Desa Sianjur Mula- mula memiliki potensi pariwisata yang sangat besar.

Potensi wisata adalah segala sesuatu yang dimiliki oleh daerah tujuan wisata, dan merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut. Bentangan alam yang sangat indah, barisan pegunungan yang sangat gagah mengelilingi lembah Sagala yang merupakan letak desa Sianjur Mula- mula membuat desa ini sangat sejuk, indah, dan membuat siapa pun yang baru melihatnya akan nyaman.

Selain potensi alam yang telah ada terdapat juga potensi potensi lain yang sangat menarik untuk dikunjungi setiap orang yaitu situs” budaya yang memiliki cerita sejarah peradaban bangsa batak yang ada di desa Sianjur Mula- mula.

Berdasarkan observasi dari penulis, maka potensi pariwisata yang ada di desa Sianjur Mula- mula akan dijabarkan di dalam 3 kelompok, yaitu potensi alam desa Sianjur Mula- mula dan potensi objek wisata yang ada di desa Sianjur Mula- mula dan potensi kearifan lokal yang ada di desa Sianjur Mula- mula.

3.1. POTENSI ALAM

Potensi Alam desa Sianjur Mula- mula sangat melimpah dibuktikan dengan ketergantungan hidup masyarakat desa terhadap alam untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari hari. Sumber daya alam menurut KBBI adalah potensi alam yang dapat dikembangkan untuk proses produksi. Menurut Undang- undang No. 4 Tahun 1984 Pasal (5) menyebutkan bahwa sumber daya alam adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya manusia, sumber daya hayati, sumber daya non- hayati dan sumber daya buatan. Sumber daya alam bagi masyarakat desa Sianjur Mula- mula tidak hanya sebagai pemenuhan kebutuhan hidup, namun juga hubungan alam dengan masyarakat terbilang terjaga dibuktikan dengan masih ditemukannya ritual yang dahulu dilakukan nenek

3.1.1. PEMANDANGAN

Bentangan alam desa Sianjur Mula- mula yang sangat indah mambuat potensi ketertarikan pengunjung ke desa Sianjur Mula- mula sangat lah tinggi. Berbagai aktivitas wisatawan yang bisa dilakukan yaitu mendokumentasikan pemandangan yang mereka lihat. Jajaran perbukitan, pemandangan lembah Sagala, hijaunya punggung perbukitan, dan petak petak sawah yang tersusun rapi dapat nikmati dari setiap sudut di desa Sianjur Mula- mula. Mendokumentasikan pemandangan akan menjadi salah satu kegiatan utama yang dilakukan oleh wisatawan, termasuk melalui video dokumenter, dengan menggunakan drone dan kamera ponsel mereka.

Gambar 4. Pemandangan lembah Sianjur Mula- mula Sumber: Unggahan Instagram @thisissumut

Kecanggihan teknologi sekarang ini membuat pemandangan di desa Sianjur Mula- mula dengan mudah terekspose dan dilihat banyak orang

dengan ada nya beberapa platform yang sering digunakan oleh orang- orang seperti Instagram, Facebook, Twitter, Whatsapp untuk mengunggah keseruan perjalanannya baik hanya merekam singkat dan menceritakannya melalui story disetiap platform tersebut.

3.1.2. AKTIVITAS PERTANIAN

◼ Aktivitas Pertanian

Gambar 5. Petani sedang 16marsuan

Sumber: Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan Februari 2020

Mata pencaharian utama masyarakat desa Sianjur Mula-mula adalah dari persawahan. Luas persawahan yang ada di desa Sianjur Mula- mula menurut informasi dari desa kurang lebih 100 Ha. Luasnya lahan

tersebut di kelola masyarakat secara tradisional. Pada umumnya masyarakat desa mengolah lahannya untuk menanam padi, cabe, jagung, dan sebagian dijadikan kolam ikan. Lokasi desa yang dikelilingi perbukitan membuat pertanian sangat hidup di desa ini. Saluran irigasi yang sangat mendukung yang dapat menjangkau setiap sudut lahan persawahan masyarakat memudahkan masyarakat didalam proses pengelolaan lahan mereka. Pola bertani masyarakat adalah pola musiman. Usia dari padi yang ditanam masyarakat rata- rata 4 bulan mulai dari di tanam sampai dengan dipanen. Proses nya pun dilakukan secara tradisional namun sudah ada beberapa proses pengolahan lahan yang menggunakan teknologi pertanian terapan seperti jetor/ traktor pembajak lahan. komben (alat untuk merontokkan padi dari batangnya, rambas masin/ babat mesin, semprot elektrik dan lain lain. Beberapa pengolahan yang dilakukan secara tradisional juga berupa marsillok (menanam padi), manggalungi (membuat benteng terasering sawah),marbabo ( mencabuti rumput liar yang tumbuh diantara padi) dan lain lainnya.

Potensi ini dapat di manfaatkan melalui ikut serta nya wisatawan didalam aktivitas pertanian seperti menanam, atau proses perawatan tanaman persawahan dan pengolahan hasil tanam. 17Pada desember 2019 telah di laksanakan kunjungan dari SurabayaIntercultural School untuk melakukan Atraction to Planting Rice In Hutabalian Sianjur Mula- mula. Kegiatan ini melibatkan secara langsung mahasiswa dan dosen dari SurabayaIntercultural School untuk mengetahui bagaimana masyarakat desa menanam padi dengan metode tradisional dan menceritakan bagaimana proses pertanian padi yang kerjakan secara tradisional.

17Wawancara dengan Halomoan Sagala ketua pokdarwis sianjur Mula- mula

Selain memiliki potensi sawah, desa Sianjur Mula- mula juga berpotensi untuk sektor pertanian juga memiliki lahan 20 Ha yang digunakan masyarakat untuk berkebun. Komoditi unggulan dari perkebunan di desa ini adalah kopi robusta karena daerah ini terletak diketinggian kurang lebih 700 Mdpl. Pengolahan hasil perkebunan oleh masyarakat desa masih menggunakan metode sederhana yaitu dengan alat penggiling kopi manual dan kemudian dijual ke tengkulak. Potensi dari pengembangan kopi seharusnya dapat di lakukan dengan mengubah sistem pengolahan hasil kopi yang pada saat ini hanya menjual gabah atau green bean menjadi pengolahan nya sampai biji kopi itu di roasting dengan beragam proses pengolahan nya ( natural wash, semi wash, full wash, honey prosess, wine ) dll sehingga harga jual kopi masyarakat semakin meningkat.

3.2. POTENSI OBJEK WISATA DAN KEARIFAN LOKAL 3.2.1. AEK BINTATAR

Aek Bintatar adalah penyebutan terhadap salah satu sumber mata air yang ada di desa Sianjur Mula- mula. Aek Bintatar secara harafiah bisa diartikan berasal dari kata aek yang artinya adalah air dan bintatar yang merupakan nama salah satu jenis pohon yang dikenal didaerah Samosir pada umumnya. Berdasarkan wawancara dengan 18amangboru Halomoan Sagala di desa Sianjur Mula- mula, Aek Bintatar ini merupakan tempat mandi Si Raja Batak zaman dahulu. Secara letak memang berdekatan dengan pemukiman Si Raja Batak.

“Aek bintatar on I ma aek ianan ni raja si raja batak maridi dohot 19maranggir, mual na tio jala boi do inumon langsung , sering do ro jolma tu aek bintatar lao

maranggir asa palao hon akka panahit”

18Panggilan kekerabatan orang Batak.

“Air bintatar ini adalah tempat raja batak mandi dan maranggir, air yang jernih dan bisa di minum langsung, sering orang datang ke air bintatar untuk maranggir

agar menjauh kan berbagai macam penyakit”

Ditempat ini biasanya pengunjung mengadakan aktivitas maranggir/

mandi atau minum air dengan campuran air dari tempat itu. Pada umumnya pengunjung memiliki keyakinan bahwa air dari Aek Bintatar tersebut memiliki kemampuan untuk menyembuhkan penyakit, membersihkan diri.

Namun pada saat ini sudah jarang pengunjung datang ke tempat ini.

Kondisi lokasi Aek bintatar ini tampak kurang medapatkan perhatian lebih dari pemerintah didalam pengelolaan nya sehingga lokasi tidak tertata, sampah berserakan disembarang tempat dan tidak dijaga atau dikelola oleh masyarakat. Kondisi Aek Bintatar saat ini sangat membutuhkan pengelolaan objek wisata karena kebersihan yang penulis lihat dilokasi objek sangat tidak terurus, sampah bekas maranggir dibuang sembarangan ke selokan, tempat berteduh bagi wisatawan belum tersedia, promosi objek ini juga belum dilakukan agar memicu kedatangan wisatawan.

3.2.2. PERKAMPUNGAN SI RAJA BATAK

Gambar 6. Tampak depan 20Pangulubalang dipintu masuk perkampungan Si Raja Batak Sumber: dokumentasi pribadi, 2020

20 Pangulubalang: Pengawal kerajaan

Perkampungan Siraja Batak adalah peninggalan sejarah batak sebagai perkampungan Siraja Batak. Ditempat ini telah dilakukan pemugaran peninggalan sejarah pada tahun 2004 oleh pemkab Toba Samosir. Pada saat itu Samosir termasuk Sianjur Mula- mula masih menjadi bagian kabupaten Toba Samosir sebelum mekar menjadi kabupaten Samosir.

Pemukiman Siraja Batak ini terletak di dusun 1 Huta Urat tepat disamping jalan. Pertanda yang bisa dilihat yaitu adanya Harbangan ( Gerbang) dan Ulubalang ( penjaga kerajaan) dipintu masuk pemukiman.

Menurut cerita masyarakat sekitar, ini merupakan pemukiman pertama yang dibuat oleh Siraja Batak, namun karena semakin termakan usia kondisi tempat semakin tidak terurus dan hampir tidak mendapat perhatian dari pemerintah.

3.2.3. AIR TERJUN NAI SOGOP

Gambar 7. Air Terjun Nai Sogop Sumber: Dokumentasi pribadi, 2020

Air terjun Hadabuan Nai Sogop adalah air terjun yang terletak di desa Sianjur Mula- mula. Air Terjun ini memiliki tinggi kurang lebih 7 meter di tebing yang mengelilingi desa Sianjur Mula- mula. Objek wisata ini termasuk salah satu objek yang sangat terkenal dikalangan traveler dan memiliki

popularitas dikalangan wisatawan karena selain keindahan Sianjur Mula- mula, air terjun ini juga sangan cantik diphoto, dan wisatawan bisa mandi disekitar pinggiran jatuhan air terjun tersebut.

21Air terjun Hadabuan Nai Sogop memiliki cerita yang beredar dikalangan masyarakat desa Sianjur Mula- mula. Pada saat melaksanakan wawancara dengan bapak Sidebang yang merupakan pengelola objek wisata air terjun Hadabuan Nai Sogop menjelasakan bahwa penamaan air terjun tersebut berasal dari kata hadabuan (jatuh), nai (penyebutan panggilan terhadap ibu) dan sogop ( penyebutan nama) atau secara harafiah diartikan sebagai air tempat jatuhnya Nai Sogop. Menurut keterangan dari bapak Sidebang cerita mengapa penamaan tersebut diberikan yaitu dulu ada seorang putri yang sangat cantik dari desa tersebut menikah dengan laki- laki, tidak lama kemudian setelah melakukan pernikahan suami dari Nai Sogop pun pergi merantau. Karena minimnya penghidupan yang ada di desa Sianjur Mula- mula memaksa penduduk desa untuk merantau. Pada saat suami Nai Sogop merantau Nai Sogop sendiri tinggal dikampung di desa Sianjur Mula- mula. Setelah sekian lama merantau, suami Nai Sogop tidak kunjung pulang menemui nya. Ditahun pertama saat suami Nai Sogop pergi merantau, Nai Sogop bertanya kepada saudara sekampung yang tempat perantauannya sama dengan suaminya dan ketika ditanya mengapa suaminya tidak kembali ke kampung ia menjawab bahwa suami Nai Sogop masih memiliki pekerjaan yang harus diselesaikan dan akan segera kembali, namun setelah ditunggu tidak juga kembali. Satu tahun berlalu namun suami Nai Sogop pun belum kembali juga ke kampung. Nai Sogop pun mulai risau dan memutuskan untuk kembali kepada teman seperantauan suaminya dan jawabannya tetap sama bahwa suami Nai Sogop masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan nya.

Pada tahun tahun berikutnya masih tetap begitu hingga beberapa tahun berikutnya hingga Nai Sogop frustasi. Disaat puncak frustasi Nai Sogop, ia pun memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan berjalan menyusuri

21Wawancara dengan bapak Sigiro pengelola retribusi

tebing dengan membawa tandok ( kantongan dari anyaman bayon yang biasa digunakan tempat beras dipesta adat) dan menuju ke atas air terjun itu dan ia pun melompat sehingga pada akhir nya ia tewas. Mulai dari saat itu lah air terjun itu diberi nama air terjun Hadabuan Nai Sogop sebagai pertanda tempat itu adalah tempat Nai Sogop mengakhiri hidupnya.

Tempat ini dikelola oleh Dinas Pariwisata Samosir yang bekerja sama dengan masyarakat didalam ini bapak Sigiro sebagai pengelola retribusi.

Untuk masuk ke air terjun Nai Sogop dikenakan biaya Rp.7000/ orang dan biaya parkir Rp. 5000/ sepeda motor dan Rp. 10.000/ mobil. Kondisi lokasi menuju air terjun Nai Sogop ini harus berjalan kurang lebih 500 meter dengan jalanan tangga rabat beton, ada juga tempat persinggahan untuk wisatawan beristirahat, juga tersedia tempat sampah dibeberapa titik agar wisatawan tidak membuang sampah sembarangan.

3.2.4. AEK BULU GADING

Gambar 8. Aek Bulu Gading Sumber: dokumentasi pribadi, 2020

Aek Bulu Gading adalah mata air yang yang terletak di Hutabalian, sehari harinya dulu mata air ini digunakan oleh masyarakat untuk mandi, mencuci dan sumber air minum. Menurut cerita masyarakat , Bulu Gading ini

masyarakat sekitar. Menurut cerita leluhur masyarakat desa Hutabalian bahwa aek bulu gading memiliki cerita sakral. Siraja Batak mempunyai 2 keturunan yaitu Guru Tetea Bulan dan Raja Isumbaon. Guru tetea bulan memiliki 10 anak yaitu :

❖ Raja Uti yang lahir kembar dengan Si Boru Biding Laut

❖ Saribu Raja yang lahir kembar dengan Siboru Pareme

❖ Limbong Mulana yang lahir kembar dengan Si Pinta Haomasan

❖ Sagala Raja yang lahir kembar dengan Si Anting Sabungan

❖ Si Lau Raja / Malau raja yang lahir kembar dengan Nan Tinjo

Menurut Ramli Sagala ( Op.Sarah) yang merupakan mantan kepala desa, yang sekaligus tokoh adat Hutabalian ditahun 80- an menerangkan bahwa Sagala Raja memiliki keturunan yaitu:

❖ Tuan Muda

❖ Tuan Sapiri

❖ Appangarahap

❖ Batu anduhur

Batu anduhur memiliki anak yaitu :

❖ Gaja lumutta

Gaja lumutta memiliki keturunan

❖ Lumban tonga- tonga

❖ Lumban bulu

❖ Lumban janji

Anak ke dua dari Gaja lumutta yaitu Lumban Bulu merupakan anak kesayangan yang kesehariannya hanya berkelana sampai ke negeri orang, berbeda dengan saudara saudaranya yang giat ke sawah untuk bertani. Pada suatu waktu Lumban Bulu pulang dari perjalanan nya dan disambut hangat oleh orang tuanya karena dia merupakan anak kesayangan. Pada keesokan harinya ia pun diajak oleh abang dan adiknya kesawah untuk membajak sawah didaerah yang bernama Parhotoran. Lumban bulu pada saat membajak mengambil peran sebagai augai atau pengendali bajak yang ditempelkan dileher kerbau. Karena tidak pernah ke sawah terlebih untuk membajak sawah, pekerjaan Lumban bulu pun berantakan dan membuat saudaranya marah besar kepadanya. Lumban bulu pun ketakutan dan pergi ke hutan Bagas limbong bersama anjing kesayangannya.

Setelah 3 tahun mengembara, Lumban bulu pun kembali ke desa dengan membawa tujuh bakul yang berisi kunyit. Setelah seminggu kemudian bakul yang berisi kunyit tadi dibuka berisi emas. Orang tuanya sangat senang atas kepulangannya. Karena senangnya sampai di adakan satu pesta besar dengan alat musik gondang sabangunan dan memotong kerbau.

Setelah pesta selesai, Lumban bulu pun mengatakan kepada saudara nya dan masyarakat bahwa dipinggiran desa mereka dekat areal persawahan terdapat satu mata air. Masyarakat dan saudara- saudaranya tidak percaya atas apa yang dikatakan Lumban bulu. Untuk membuktikan nya Lumban bulu mengajak saudara- saudaranya dan masyarakat menuju tempat yang dimaksud. Setelah sampai ditempat yang di maksud, Lumban Bulu pun meminta petunjuk dari oppu mulajadi na bolon kemudian menancapkan tongkat nya ke tanah dan seketika muncul air keluar dari lobang bekas tertancapnya tongkat itu dan itu lah yang dinamakan masyarakat sekarang dengan sebutan Aek Bulu Gading.

Lumban Bulu berpesan kepada saudara saudaranya dan masyarakat desa tersebut jika mandi ke Aek Bulu Gading harus menjaga kesopanan dan tidak

boleh memakai perhiasan emas, jika ada yang memakai perhiasan emas pada saat mandi di Aek Bulu Gading maka akan hilang. Setelah Lumban Bulu memiliki keturunan maka ia pun berpesan kepada keturunannya agar tidak memakan daging anjing, karena anjing telah berjasa menemani hidup nya selama mengembara di hutan belantara.

Aek Bulu Gading pada saat ini digunakan oleh masyarakat sebagai sumber air minum, untuk mengairi persawahan dan lahan pertanian. Aek Bulugading bisa diminum tanpa di masak. Di Aek Bulu gading masyarakat maupun pengunjung yang datang biasanya juga maranggir untuk membersihkan diri dan adanya kepercayaan bahwa air yang dimandikan memiliki kegunaan untuk mengangkat penyakit dan kesialan yang ada dalam tubuh. Pengunjung yang datang ke sini untuk menyembuhkan penyakit biasanya penyakit yang tidak terdeteksi secara medis, berdasarkan keterangan Nagoes Puratus beberapa orang yang datang ke sini untuk mandi berhasil merasakan manfaatnya.

3.2.5. Rumah Tanah Sianjur Mula- mula

Gambar 9. Tampak depan Rumah tanah Sianjur Mula- mula Sumber: Dokumentasi Pribadi

Rumah tanah ini terletak di desa Sianjur Mula- mula tepatnya di dusun Huta Urat. Setiap wisatawan yang akan menuju air terjun Nai Sogop akan melewati rumah ini karena lokasinya persis di depan tempat parkir

kendaraan yang akan menuju lokasi air terjun. Rumah tanah adalah penyebutan kepada satu bangunan rumah yang dinding dan lantainya terbuat dari tanah dan campuran ampas padi dan bagian atapnya terbuat dari genteng.

Rumah tanah ini masih aktif ditempati oleh oppung Taraman br. Sagala yang sudah berusia kurang lebih 96 tahun. Menurut wawancara yang di lakukan dengan bapak Osden Sidebang anak dari oppung Taraman br. Sagala, Opung taraman merupakan generasi ke 4 yang menempati rumah tanah ini, dan sekarang sudah memiliki cucu atau generasi ke- 6 dari awal rumah ini di buat.

Menurut bapak Osden Sidebang sejarah pendirian rumah tanah ini adalah sebagai tempat persembunyian bagi masyarakat pada masa penjajahan agar terhindar dari musuh, karena melalui rumah ini dulunya bisa terhubung ke terowongan yang tembus ke belakang perbukitan Sianjur.

3.2.6. ULOS

Ulos merupakan kain tenun khas batak yang memiliki makna yang mendalam pada kehidupan sehari hari masyarakat batak. Dulunya ulos digunakan para tetua sebagai sumber kehangatan karena selain dari matahari dan api ulos merupakan sumber kehangatan bagi tubuh baik sebagai selimut untuk melindungi dari terpaan angin. Ulos memiliki karakteristik kain yang dapat menyerap bau, tidak mudah luntur, kain tidak berbau, dan memiliki warna dasar merah putih dan hitam.

Ulos bisa dimanfaatkan didalam peningkatan pariwisata desa Sianjur Mula- mula dengan meningkatkan kreasi masyarakat melalui pemanfaatan ulos sebagai ekonomi kreatif seperti souvenir, kreasi fashion dan pusat tenun tradisional. Pada saat ini di desa Sianjur Mula- mula, ulos hanya digunakan sebagai pakaian diacara adat dan belum tersedianya sarana bagi masyarakat untuk mengembangkan ulos sebagai salah satu produk ekonomi kreatif yang di kelola oleh masyarakat.

Di desa Sianjur Mula- mula juga terdapat penenun yang terdapat di desa Bagas Limbong namun yang jumlah penenun nya pun tidak lagi banyak.

Penenun ulos yang dibagas limbong adakah inang boru Sagala yang memproduksi ulos ketika memiliki waktu senggang saja biasanya sampai 2 minggu untuk menyelesaikan 1 kain ulos.

3.2.7. RUMAH ADAT BATAK

Gambar 10. Rumah Batak Sumber: dokumentasi pribadi, 2020

Rumah adat batak atau sering disebut rumah bolon atau didalam bahasa batak disebut jabu bolon adalah sesuatu yang spesial yang ada di desa Sianjur Mula- mula. Hampir diseluruh bagian desa masih ada rumah bolon dan masih di tempati masyarakat. Tipe rumah adat yang ada di desa Sianjur Mulamula yaitu Sitolumbea, Sibabani Amporik, dan jabu angkola yang tersebar di 3 dusun. Rumah adat batak memiliki seni arsitektur yang sangat tinggi. Rumah batak dirancang oleh oppung/ kakek nenek moyangpada zaman dahulu berbentuk rumah panggung yang memiliki space kosong dibagian bawah rumah. Hal itu dilakukan untuk mencegah binatang buas masuk ke rumah dan

ketinggian rumah juga dirancang untuk mengatur kehangatan di rumah pada malam hari dan kesejukan sehingga pada siang hari tidak terasa panas.

Rumah Bolon merupakan rumah adat suku Batak. Dalam membangun rumah Batak selalu dilakukan secara kerjasama dengan warga setempat.

Setiap orang yang ingin membangun rumah akan membeli kayu secara keseluruhan atau disebut dengan lolo sumban. Untuk penghitungan kayu dilakukan dengan hitungan berapa kaleng beras. Dan kayu-kayu yang dipotong didalam hutan akan ditumpuk, warga akan bekerjasama untuk membawa kayu-kayu tersebut ketempat pembangunan rumah yang akan dilakukan. Tempat kayu yang akan diambil memiliki jarak yang sangat jauh dari tempat rumah yang akan dibangun, dikarenakan berada di bukit hutan.

Setiap kayu yang diambil memiliki waktu yang lama, dikarenakan jaraknya yang sangat jauh. Apabila sudah membawa kayu akan diletakkan dulu dan diberi tanda. Dan seminggu kemudian akan diambil kembali, dilakukan setiap minggu hingga kayu sampai ditempat yang akan dibangun. Biasanya pengambilan kayu memakan waktu sampai satu bulan.

Disetiap rumah Batak tidak memiliki paku, bangunan hanya menggunakan tali yang terbuat dari rotan atau ijuk dan pokok enau. Atap rumah menggunakan ilalang atau ri, di desa Sianjur Mulamula dilarang menggunakan ijuk untuk atap rumah. Masyarakat meyakini rumah yang memiliki atap dari ijuk ialah rumah keramat. Bentuk rumah Batak memiliki filosofi yaitu dari bagian depan tidak boleh langsung lurus ke bagian belakang, karena dipercaya apabila rejeki yang datang akan langsung lurus kebelakang atau tidak akan dapat rejeki sama sekali. Dan setiap pintu tidak boleh memiliki ukuran yan sama, karena dipercaya rejeki yang datang akan

Disetiap rumah Batak tidak memiliki paku, bangunan hanya menggunakan tali yang terbuat dari rotan atau ijuk dan pokok enau. Atap rumah menggunakan ilalang atau ri, di desa Sianjur Mulamula dilarang menggunakan ijuk untuk atap rumah. Masyarakat meyakini rumah yang memiliki atap dari ijuk ialah rumah keramat. Bentuk rumah Batak memiliki filosofi yaitu dari bagian depan tidak boleh langsung lurus ke bagian belakang, karena dipercaya apabila rejeki yang datang akan langsung lurus kebelakang atau tidak akan dapat rejeki sama sekali. Dan setiap pintu tidak boleh memiliki ukuran yan sama, karena dipercaya rejeki yang datang akan

Dokumen terkait