• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN

1.2. Tinjauan Pustaka

1.2.1. Pengertian Pariwisata

Pariwisata yang berasal dari bahasa Sansekerta, terdiri dari 2 bagian yaitu “pari” dan “wisata”. Kata “pari” memiliki pengertian bersama, atau berkeliling, sedangkan kata “wisata” memiliki pengertian perjalanan.

Bila digabungkan, pariwisata memiliki pengertian melakukan kegiatan perjalanan berkeliling meninggalkan tempat awal, menuju ke tempat yang lain.

Menurut James J. Spillane (1982), pengertian pariwisata adalah suatu kegiatan untuk melakukan perjalanan dimana tujuannya untuk memperoleh kepuasan, kenikmatan, pengetahuan, kesehatan, istirahat, menjalankan tugas, berziarah, dan tujuan lainnya. Menurut Koen Meyers (2009), definisi pariwisata adalah suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan sementara waktu dari tempat tinggal semula ke tempat lainnya dimana tujuannya bukan untuk menetap atau mencari nafkah, tapi untuk berlibur, memenuhi rasa ingin tahu, atau tujuan-tujuan lainnya. Menurut Herman V. Schulard (dalam Yoeti, 1996), pengertian pariwisata adalah

serangkaian kegiatan terutama yang berkaitan dengan perekonomian secara langsung berhubungan dengan masuknya orang-orang asing melalui jalur lalu lintas di suatu negara, kota, dan daerah tertentu.

Menurut WTO ( 1999 ), yang dimaksud dengan parawisata adalah kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah tujuan diluar lungkungan kesehariannya . Sedangkan menurut Undang - Undang RI nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan dijelaskan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam waktu tertentu. Beberapa defenisi lain juga menetapkan nilai - nilai tertentu untuk jarak tempuh dan lama perjalanan yang biasanya dikembangkan untuk memudahkan perhitungan statistik parawisata.

1.2.2. Pengembangan Pariwisata

Menurut Yoeti dalam Primadany ( 2013:22) “Pengembangan adalah usaha atau cara untuk memajukan serta mengembangkan sesuatu yang sudah ada”. Pengembangan pariwisata pada suatu daerah tujuan wisata selalu akan diperhitungkan dengan keuntungan dan manfaat bagi masyarakat yang ada disekitarnya. Pengembangan pariwisata harus sesuai dengan perencanaan yang matang sehingga bermanfaat bagi masyarakat baik secara ekonomi dan juga budaya. Perencanaan dan pengembangan pariwisata suatu daerah meliputi sebagian besar dari sumber daya fisik maupun komponen produk wisata. Aspek lingkungan ,sosial dan budaya juga merupakan hal penting dalam pengembangan pariwisata.

1.2.3. Pariwisata dan Kebudayaan

Pariwisata dan kebudayaan menurut Selo Soemarjan(dalam

berdampak terhadap bidang sosial dan budaya. Dampak yang ditimbulkan ada yang positif dan ada yang negatif. Biasanya dampak positif tidak hanya menarik perhatian banyak orang, mungkin karena dianggap sudah sewajarnya dalam usaha masyarakat untuk memperbaiki kehidupannya. Sebaliknya, akibat yang negatif dapat menimbulkan kritik bahkan lebih ekstrim dapat menimbukan reaksi dan tindak kekerasan dari berbagai golongan dalam masyarakat. Peran pariwisata dalam pembangunan negara pada garis besarnya berintikan tiga segi,yaitu: segi ekonomis, segi sosial dan segi kebudayaan (Spillane, 1989:54).

Kebudayaan sebagai bagian dari warisan sosial yang pada gilirannya bisa membentuk kebudayaan kembali dan memperkenalkan perubahan–perubahan yang kemudian menjadi bagiandari warisan generasi berikutnya. Kebudayaan adalah sistem norma dan nilai, sedangkan masyarakat adalah sekumpulan manusia yang hidup bersama-sama dan mendiami suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan yang sama,serta melakukan sebagian besar kegiatannya dalam kelompok tersebut. Masyarakat merupakan wadah atau organisasi manusia yang berhubungan satu dengan yang lainnya. Kebudayaan ialah suatu sistem norma dan nilai yang terorganisasi dan menjadi pegangan bagi masyarakat tersebut (Horton, 1984:58-59).

Globalisasi budaya sudah mengikuti pola yang sama seperti globalisasi ekonomi yang telah terjadi saat ini. Budaya universal berkembang karena disebar luaskan melalui media global yang semakin maju dan canggih. Didalam menghadapi globalisasi budaya,sangat sulit bagimasyarakat untuk melestarikan budaya lokal merekadan menjadikannya keunikan wilayah. Meski demikian, globalisasi budaya merupakan komponen penting dalam pengembangan masyarakat.

Prinsip-prinsipyang ingin ditekankan adalah bahwa keanekaragaman budayaperlu dipertahankan. Olehkarena itu, budaya yang memberikan

identitas dan rasa memiliki kepada orang–orang sehingga pengembangan budaya menjadi sangat penting bagi masyarakat (Ife, 2014:447-448).

Ada beberapa benang merah pengembangan pariwisata yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.Pertama, penerapan strategi perluasan kesempatan berusaha bagi kalangan miskin disekitar kawasan pariwisata. Kedua, perluasan kesempatan kerja bagi penduduk lokal. Ketiga, pencegahan degradasi mutu lingkungan yang berdampak langsung dan lebih rentan bagi masyarakat. Keempat, penekanan pada upaya meminimalkan dampak sosial budaya pariwisata.

Kelima, pendampingan masyarakat lokal untuk pengembangan bisnis inti dan pendukung pariwisata. Keenam, promosi organisasi lokal yang dibentuk untuk kepentingan pariwisata (Damanik,2013:10-12).

Dalam konteks pengembangan masyarakat, pengembangan budaya menurut Ife (2014: 449-464 ) terdiri atas empat komponen, yaitu:

a) Melestarikan dan menghargai budaya lokal.Tradisi budaya lokalmerupakan bagian yang penting dalam menanamkan rasabermasyarakat,serta memberikan identitas kepada masyarakat.Masyarakat perlu mengidentifikasi apa komponen yang unik dariwarisan budayanya,serta menentukan komponen mana yang ingin dipertahankan.

Semua itu membutuhkan perencanaan yangtersusun,serta bagaimana mencapainya.Misalnya,membangunindustri lokalyang berbasis budaya lokal.

b) Melestarikan dan Menghargai Budaya Asli. Melestarikan dan menghargai budayaorang-orang pribumi merupakan isu sentraluntuk pengembangan masyarakat. Masyarakat pribumi atau asli yanganggotanya mendominasi dan karena itu masyarakat diidentifikasi,sertakasusorang–

beserta orang- orang yang latar belakang budayanya berbeda.

c) Multikulturalisme.Pada umumnya,multikulturalisme merujuk padakelompok etnis yang berbeda yang tinggal disuatu masyarakat tetapi mempertahankan identitas budaya yang berbeda. Isu kebijakan multikulturaldanpolitik sangatlah kompleks, akan tetapi keaneka ragamanlatarbelakang budaya merupakan realitasbagi banyak masyarakat. Oleh sebab itu, multikulturalisme merupakan aspekyang penting dari pembangunan budaya masyarakat.

d) Budaya Partisipatif.Hal ini telah menjadi fokus dari banyakprogrampengembangan budaya masyarakat.

Partisipasi budayadilihatsebagaicara penting untuk membangun modal sosial, memperkuat masyarakatdan menegaskan identitas.

Kearifan lokal dan keunggulan lokal menurut Suryono (2010:14) ialah kebijaksanaan manusia yang berdasarkan filosofi nilai–nilai, etika, cara–cara dan perilaku yang telah berlaku sejak dahulu. Bentuk–bentuk kearifan lokal yang ada didalam masyarakat ialah nilai, norma, etika, kepercayaan, adat istiadat, hukum, adat, serta aturan–aturan khusus yang berlaku di masyarakat dengan fungsi yang bermacam pula. Beberapa fungsi kearifan lokal, antara lain:Sebagai bentuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam, pengembangan sumberdaya manusia, digunakan untuk mengembangkan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan, mempunyai makna sosial, contohnya upacara yang dilaksanakan pada tahap menanam padi, mempunyai makna etika dan moral, serta, bermaknapolitik atau hubungan kekuasaan.

Daya tarik wisata budaya merupakan salah satu nilai unggul yang dapat dikembangkan oleh pemerintah daerah. Menurut Sunaryo (2013:26), daya tarik wisata budaya ialah daya tarik wisata yang pengembangannya berdasarkan pada hasil karya dan hasil cipta manusia,baik itu berupa peninggalan budaya maupun nilai budaya yang masih hidup dalam kehidupan suatu masyarakat. Contoh daya tarik wisata budaya ialah upacara atau ritual, adat istiadat, seni pertunjukan dan lain sebagainya. Karakteristik wisata budaya dari suatu daerah memiliki peranyang sangat menentukan dalam menyerap dampak dari destinasi pariwisata suatu daerah. Wisata budaya yang memiliki karakteristik yang lain daripada yang lain merupakan nilai unggul yang dapat dijadikan kekuatan dalam menarik wisatawan lebih banyak lagi.

Pariwisata budaya sebagai sebuah daya tarik wisata menurut Damanik (2013:109) harus mempunyai keunikan tempat atau lokasi yang dapat memberikan sebuah pengalaman yang berbeda, serta terciptanya citra menarik bagi tradisi, latar belakang etnik dan lanskap destinasi.

Setiap produk budaya mempunyai potensi untuk dikemas sesuai kebutuhan pengembangan pariwisata budaya dan juga memiliki nilai keunggulan kompetitif dan berkelanjutan.Pembangunan pariwisata berkelanjutan tidak hanya mengedepankan pertumbuhan ekonomi semata tetapi yang paling penting ialah terjaganya kelestarian lingkungan, keberlanjutan pembangunan, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat disekitar destinasi.

Penelitian terdahulu:

1. “Budaya,Pariwisata DanEthno-Ecotourism:Kajian Antropologi Pariwisata di Provinsi Lampung”.

2Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji pariwisata dalam perspektif antropologi( hubungan kebudayaan, manusia dan pariwisata) dan bagaimana membangun sebuah model ethni- ecotourism berbasis kearifan lokal untuk pengembangan pariwisata di Provinsi Lampung. Provinsi Lampung memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah untuk pengembangan pariwisata. Pada penelitian- penelitian pariwisata sebelumnya lebih memfokuskan pada perspektif fisik dan ekonomi saja sedangkan penyebab kurang berkembangnya potensi pariwisata selama ini adalah karena kurangnya kajian sosial- budaya serta kolaborasi dengan aspek SDM dalam pengembangan pariwisata.

Strategi pembangunan dan pengembangan pariwisata yang di lakukan pemerintah yaitu hanya memprioritaskan infrastruktur, mengandalkan potensi sumber daya alam tanpa berkolaborasi dengan sumber daya manusia yang dimiliki. Metode penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan etnografi. Hasil penelitian yang di dapatkan yaitu bahwa besarnya potensi daya jual sumber daya alam terhadap pariwisata tidak akan mendapatkan hasil yang memuaskan jika pembenahan perilaku manusia tidak di tingkatkan.

Oleh karena itu model pembangunan pariwisata yang cocok di terapkan di Provinsi Lampung adalah model ethno- ecotourism yang berbasis kearifan lokal yang belum terlaksana sampai saat ini dengan maksimal. Selain itu perkembangan pariwisata juga di pengaruhi oleh kebijakan stakeholder pariwisata di Provinsi Lampung.

2 Bartoven Vivit Nurdin, Budaya, “Pariwisata DanEthno-Ecotourism:Kajian Antropologi Pariwisata di Provinsi Lampung”, Jurnal Sosiologi,Universitas Lampung, Vol. 18, No. 1, hal:

13- 19

2. “Ekonomi Kreatif sebagai Poros Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Kledung dan Bansari, Kabupaten Temanggung”.

3Latar belakang dilakukannya penelitian ini adalah karena potensi wisata dan ekonomi kreatif yang beragam di Kledung dan Bansari, Temanggung. Namun pengelolaan yang di lakykan sampai saat ini belum maksimal dan terkesan tanpa konsep, arah dan strategi pengelolaan dan pengembangan yang kurang jelas. Pada penelitian ini di tujukan untuk mensinergikan pengelolaan ekonomi kreatif dan berbagai potensi yang ada agar lebih cepat berdampak positif terhadap perekonomian masyarakat sekitar. Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik untuk memperoleh data di lakukan dengan survey, wawancara mendalam ( depth interview) dan FGD ( foccus group discussion).

kemudian informasi yang di peroleh di analisis menggunakan pola logika tertentu kemudian di kaitkan dengan gambaran pengembangan ekonomi kreatif sebagai penggerak pariwisata di Kledung dan Bansari, Kabupaten Temanggung.

Hasil dari penelitian ini adalah; 1) kopi Kledung dan keseinan Bansari adalah klaster ekonomi kreatif dengan pengelolaan yang cukup baik di antara klaster lain; 2) orientasi pengembangan pariwisata didasarkan pada penguatan sektor ekonomi kreatif sebagai titik tumpunya; 3) rendahnya kompetensi SDM menjadi fokus utama dalam pengembangan pariwisata berbasis ekonomi kreatif. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa pegelolaan pariwisata dan ekonomi kreatif belum tersinergikan dengan optimal.

3Esti Cemporaningsih dkk. “Ekonomi Kreatif sebagai Poros Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Kledung dan Bansari, Kabupaten Temanggung”. Jurnal Nasional Pariwisata,Vol.

12, No. 2, September 2020

Keadaan tersebut berdampak pada formulasi konsep, arah dan strategi yang ada untuk mengelola dan melakukan oengembangan pariwisata berbasis ekonomi kreatif. Yang akan menjadi dasar para pelaku pariwisata dalam melakukan pengembangan pariwisata berbasis ekonomi kreatif agar memberikan kesejahteraan terhadap masyarakat di daerah sekitar.

3. “ Implementasi Kebijakan Pariwisata Berbasis Kearifan Lokal ( Studi Kasus di Kabupaten Manggarai Barat )”.

4Pengaruh pasca reormasi 1998 memberikan dampak terhadap setiap daerah untuk melakukan pembangunan dengan segala potensi yang dimiliki. Desentralisasi yang memberikan kewenangan terhadap setiap daerah untuk membuat dan menghasilkan kebijakan- kebijakan yang sesuai dengan kebutuhannya termasuk pada bidang pariwisata. Sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, Kabupaten Manggarai Barat memiliki kewenangan untuk membuat produk kebijakan pembangunan termasuk pada sektor pariwisata. Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat telah menetapkan pariwisata sebagai leading sector pembangunan dan membuat Kebijakan Pariwisata Berbasis Kearifan Lokal untuk mendukung pengembangan pariwisata

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi untuk menggambarkan, menganalisis dan menginterpretasikan sisi-sisi implementasi seperti Partisipasi, Jejaring, Struktur Keorganisasian, aktor, finansial, fasilitas, kondisi sosial, budaya, ekonomi dan politik serta kepentingan stakeholder.

4 Maksimilianus Maris Jupir, “Implementasi Kebijakan Pariwisata Berbasis Kearifan Lokal (Studi Kasus di Kabupaten Manggarai Barat )” Journal of Indonesian Tourism and Development Studies, Vol.1, No.1, Januari, 2013

Teori yang di pakai dalam melakukan penelitian ini adalah teori implementasi kebijakan Edward III. Menurut teori ini, kesuksesan implementasi kebijakan di tentukan oleh 4 faktor yaitu komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi. Hasil dari penelitian ini adalah ketersediaan sumber daya pendukung implementasi belum di alokasikan dengan jelas, komunikasi dan koordinasi belum berjalan optimal, kondisi eksternal ( Sosial, ekonomi, dan politik) menghambat implementasi kebijakan pariwisata berbasis kearifan lokal di Kabupaten Manggarai Barat secara maksimal. Dampak nya adalah belum maksimalnya kontribusi ekonomi dari pariwisata berbasis kearifan lokal bagi pemerintah, swasta dan masyarakat.

4. “Implementasi Sapta Pesona Sebagai Upaya Dalam Memberikan Pelayanan Prima Pada Wisatawan Di Desa Wisata Penting Sari”.

5Implementasi sapta pesona adalah salah satu upaua dalam memberikan pelayanan maksimal terhadap wisatawan yang datang berkunjung khususnya kdesa wisata. Dalam hal implementasi sapta pesona di perlukan peran serta dari masyarakat yang tergabung dalam kelompok sadar wisata, pemilik homestay, pemerintah setempat dan seluruh stakeholder pariwisata untuk mewujudkan implementasi sapta pesona tersebut.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendekripsikan bagaimana implementasi Sapta Pesona di Desa Wisata Pentingsari dalam memberikan pelayanan maksimal terhadap wisatawan yang datang berkunjung ke desa wisata dan community based tourism.

Metode penelitian yang di gunakan adalah metode kualitatif dan

5Rahmi Setiawati Dkk, “Implementasi Sapta Pesona Sebagai Upaya Dalam Memberikan Pelayanan Prima Pada Wisatawan Di Desa Wisata Penting Sari” Jurnal Administrasi Bisnis Terapan ,Vol. 2 No. 2, Januari-Juni 2020.

menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan studi kepustakaan. Hasil dari penelitian ini adalah pelayanan prima di perlukan di Desa Wisata karena memiliki karakteristik khusus seperti kebudayaan dan keindahan alam yang di miliki desa tersebut. Bentuk pelayaan prima terhadap wisatawan yang harus di tingkatkan lagi harus mengandung unsur Aman, Tertib, Bersih, Sejuk, Indah, Ramah, dan Kenangan yang dilakukan oleh stake holder pariwisata terhadap wisatawan. Saran dari penelitian ini adalah di perlukan pedoman standard operasional procedure (SOP) kepada pelaku wisata yang mengacu pada sapta pesona sehingga menciptakan penerapan Sapta Pesona berhasil dan wisatawan merasa puas dan ingin kembali berkunjung ke desa Wisata Penting Sari.

5. “ Pembangunan Pariwisata Dalam Perspektif Kearifan Lokal”.

6Rangkaian kebijakan yang bersangkutan dengan Otonomi Daerah memiliki tujuan untuk mengimplementasikan kebijakan- kebijakan secara mandiro menjadi sangat strategis. Pola pembangunan yang dilakukan selama ini lebih banyak menggunaka pendekatan sentralistis dan beroleh kegagalan dalam meletakkan dasar pembangunan ekonomi yang kuat dan berkesinambungan.

Format pembangunan pada era Otonomi Daerah memiliki kewenangan yang lebih besar untuk menetapkan dan mengontrol strategi pembangunan yang sesuai dengan potensi daerah.

Salah satu aspek perhatian Pemerintah adalah kebijakan pengembangan dan pendayagunaan potensi pariwisata yang selalu diarahkan untuk melibatkan berbagai pihak, baik Pemerintah,

6Siti Atika Rahmi ,Pembangunan Pariwisata Dalam Perspektif Kearifan Lokal, Jurnal Unitri, Vol.

6, No. 1, 2016.

masyarakat maupun kalangan dunia usaha. Prioritas utama dalam upaya pembangunan sektor ini selalu dihubungkan dengan objek dan daya tarik wisata. Upaya tersebut untuk menyesuaikan dengan faktor-faktor pendukung, yang antara lain sarana dan prasarana penunjang sebagai salah satu sektor unggulan.

6. “Prospek Pengembangan Pariwisata Berbasis Kearifan Lokal Di Kabupaten Kulonprogo.”

7Sektor pariwisata diperkirakan menjadi penghasil devisa terbesar dan menjadi salah satu kunci untuk melaksanakan pembangunan negara dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Sektor pariwisata memiliki potensi sebagai faktor pendapatan ekspor, ketersediaan lapangan pekerjaan, pengembangan usaha dan infrastruktur. Potensi wisata yang ada di Kabupaten Kulonprogo terdiri dari objek wisata alam, budaya, tirta( air), sejarah, religi dan edukasi dengan desa wisata pusat kerajinan tangan. Namun hingga saat ini jumlah wisatawan yang datang berkunjung belum maksimal dibandingkan dengan jumlah wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata lain di kabupaten/ kota di DIY.

7. “ Strategi Pengelolaan Kabupaten Samosir Sebagai Daya Tarik Wisata Alam di Provinsi Sumatera Utara”.

8Pulau Samosir adalah pulau terbesar di Sumatera Utara yang terletak di tengah perairan Danau Toba. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi Sumber Daya Alam di Pulau Samosir dengan menggunakan analisis SWOT. Metode penelitian

7. M. Agus Prayudi, Prospek Pengembangan Pariwisata Berbasis Kearifan Lokal Di KabupatenKulonprogo, Khasanah Ilmu : Jurnal Pariwisata Dan Budaya Volume 11 Nomor 1, Meret 2020

8Fransiska Roslila Eva Purnama Pardede dan Ida Bagus Suryana, Strategi Pengelolaan Kabupaten Samosir Sebagai Daya Tarik Wisata Alam di Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Destinasi

yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara, kemudian dianalisis dengan cara deskriptif kualitatif yang di bentuk menjadi deskripsi yang menggambarkan situasi atau peristiwa dilapangan.

Berdasarkan hasil analisis strategi, rencana strategis pengelolaan Pulau Samosir Sebagai salah satu objek wisata alam di kawasan provinsi Sumatera Utara dapat lakukan dengan : Mengadakan Diklat untuk peningkatan kualitas SDM dan pengetahuan masyarakat tentang pariwisata, promosi pariwisata ditingkatkan baik dimedia cetak maupun media online, bekerjasama dengan travel atau biro perjalanan, meningkatkan dan meningkatkan pemeliharaan sarana dan prasarana untuk mendongkrak kedatangan wisatawan.

8. “ Pariwisata dan Pengembangan SDM”.

9 Sektor pariwisata menjadi salah satu sektor prioritas pemerintah Indonesia untuk menghasilkan devisa negara oleh karena itu pemerintah, stakes holder terkait harus serius dalam melakukan pemanfaatan, pengembangan, pengelolaan dan pembiayaan kawasan wisata dalam mengambil kebijakan- kebijakan dan program pengembangan SDM yang akan dilakukan.. Dalam jurnal ini pembahasan mengenai kawasan wisata lebih difokuskan pada penguraian konsep dan praktek good governance, proses dan prosedur kelembagaan, pembiayaan pembangunan untuk pengembangan sektor pariwisata yang dikaitkan dengan pendidikan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM) di bidang kepariwisataan. Kajian terhadap pengembangan kawasan wisata di indonesia berdasarkan pada kajian pustaka yang berkaitan dengan

9 Nandi, pariwisata dan Pengembangan SDM, Jurnal GEA Jurusan Geografi Vol. 8 No. 1, April 2008.

permasalahan- permasalahan yang timbul dari pengembangan kawasan wisata merupakan materi yang di bahas di dalam jurnal ini.

9. “Analisis Kebijakan Pariwisata Terhadap Pengelolaan Objek Wisata Di Kabupaten Samosir”.

10 Kebijakan pemerintah tentang program pembangunan nasional di Indonesia bahwa pengembangan pariwisata merupakan sektor unggulan dan menjadi kunci pembangunan. Pariwisata di Kabupaten Samosir juga berpedoman pada Surat Keputusan Bupati Samosir Nomor 474 Tahun 2017 tentang Penetapan Kriteria dan Klasifikasi Objek Wisata di Kabupaten Samosir, dengan adanya kebijakan ini memudahkan untuk proses pengelolaan objek wisata di Kabupaten Samosir. Pengelolaan objek wisata ini dilakukan dengan pengelompokan klasifikasi objek wisata yang telah ditetapkan oleh Surat Keputusan Bupati Samosir Nomor 474 Tahun 2017.

Proses implementasi kebijakan sangat penting didukung berbagai unsur yang dapat menjalankan organisasi/lembaga termasuk sosialisasi visi misi dan strategi yang dirumuskan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir. Kebijakan yang terkait pengelolaan obyek wisata bertujuan untuk meningkatkan pemerataan dan peningkatan pembangunan di sektor pariwisata.

Maka, Kabupaten Samosir mengimplementasikan Surat Keputusan Bupati Samosir tentang Penetapan Kriteria dan Klasifikasi Objek Wisata diKabupaten Samosir. Untuk mengimplementasikan kebijakan yang mengatur tentang pengelolaan obyek wisata sumberdaya baik fisik maupun non fisik. Implementasi kebijakan yang maksimal dan efektif serta efisien mengindikasikan bahwa perlunya sumber daya yang memadai baik sumber daya manusia

10Agung Saputra dan Khaidir Ali,Program Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Sumatera UtaraVolume 14, Nomor 4: 564-584

maupun sumber dana.Komitmenloyalitas dan profesionalisme pegawai Dinas Pariwisata serta instansi lain juga perlu ditingkatkan agar mampu mengelola obyek wisata lebih baik.

1.3. Rumusan Masalah

Melihat potensi alam,budaya,dan situs budaya yang dimiliki Desa Sianjur Mula- mula seharusnya sudah dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap perekonomian masyarakat desa Sianjur Mula- mula. Namun peneliti selama melakukan observasi tidak menemukan dampak yang di berikan dari sektor parawisata terhadap perekonomian masyarakat lokal.

Sesuai dengan latar belakang yang sudah dijelaskan diatas,maka perumusan masalah dalam penelitin ini, adalah :

1. Apa saja potensi parawisata berbasis Kearifan Lokal yang dimiliki di desa Sianjur Mula-Mula

2. Bagaimana Pengembangan pariwisata yang berbasis Kearifan Lokal sudah dilakukan di desa Sianjur Mula- mula.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Untuk mengetahui potensi pariwisata yang dimiliki desa Sianjur Mula- mula.

2. Untuk mengetahui pengembangan pariwisata yang sudah dilakukan di desa Sianjur Mula- mula.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memperkaya literatur atau menambah sumber pengetahuan bagi mahasiswa dan akademis umumnya terutama bagi mahasiswa Antopologi yang akan melakukan penelitian selanjutnya. Serta dapat

memberikan informasi dan pengetahuan bagi masyarakat yang membaca penelitian publikasi penelitain ini serta sebagai referensi bagi yang akan melakukan penelitian selanjutnya.

2. Untuk mengetahui potensi pariwisata yang dimiliki desa Sianjur Mula- mula serta mengetahui bagaimana model pengembangan pariwisata yang relevan di terapkan di desa Sianjur Mula- mula.

1.6. Metode Pengumpulan Data

Metode penelitian adalah cara- cara ilmiah untuk mendapatkan data yang

Metode penelitian adalah cara- cara ilmiah untuk mendapatkan data yang

Dokumen terkait