• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Nama : Burhan

Usia : 54 tahun

Pekerjaan : Nelayan Pukat

Alamat : Desa Percut Dusun Bagan

2. Nama : Baharuddin

Usia : 55 tahun

Pekerjaan : Nelayan tradisional (jaring insang)

Alamat : Desa Percut Dusun Bagan

3. Nama : Mariani

Usia : 55 tahun

Pekerjaan : Guru SD 105296

Alamat : Desa Percut Dusun Bagan

4. Nama : Roby

Usia : 22 tahun

Pekerjaan : Anak seorang nelayan

5. Nama : Purek/Ucok

Usia : 47 tahun

Pekerjaan : Penjual Ikan

Alamat : Desa Percut Dusun Bagan

6. Nama : Misno

Usia : 52 tahun

Pekerjaan : Pencari kerang

Alamat : Desa Percut Dusun Bagan

7. Nama : Siti

Usia : 50 tahun

Pekerjaan : Isteri Nelayan

Alamat : Desa Percut Dusun Bagan

8. Nama : Abdul Rahman

Usia : 50 tahun

Pekerjaan : Nelayan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1980

TENTANG

PENGHAPUSAN JARING TRAWL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :

bahwa dalam pelaksanaan pembinaan kelestarian sumber perikanan dasar dan dalam rangka mendorong peningkatan produksi yang dihasilkan oleh para nelayan tradisional serta untuk menghindarkan terjadinya ketegangan-ketegangan sosial, maka perlu dilakukan penghapusan kegiatan penangkapan ikan yang menggunakan jaring trawl.

Mengingat :

1. Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945;

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/MPR/1978; 3. Ordonansi Perikanan Pantai (Staatsblad Nomor 144 Tahun 1927);

4. Undang-undang Nomor 4 Prp Tahun 1960 tentang Perairan Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1942);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 1957 tentang Penyerahan sebagian dari Urusan Pemerintah Pusat di Lapangan Perikanan Laut, Kehutanan dan Karet Rakyat kepada Daerah-daerah Swatantra Tingkat I (Lembaran Negara Tahun 1957 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1490);

6. Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 1979 tentang Rencana Pembangunan Lima Tahun Ketiga (REPELITA III) 1979-1980 sampai 1983/1984;

MEMUTUSKAN :

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGHAPUSAN JARING TRAWL.

Pasal 1

(1) Menghapuskan kegiatan penangkapan ikan yang menggunakan jaring trawl secara bertahap.

(2) Dalam pengertian jaring trawl termasuk pula alat penangkap ikan yang dipersamakan, yang perinciannya akan ditetapkan lebih lanjut.

Pasal 2

Terhitung mulai tanggal 1 Juli 1980 sampai dengan tanggal 1 Juli 1981 kapal perikanan yang menggunakan jaring trawl di kurangi jumlahnya, sehingga seluruhnya tinggal menjadi 1000 (seribu) buah.

Pasal 3

Pengurangan jumlah termaksud pada Pasal 2 dilakukan sebagai berikut : A. Tahap Pertama :

a. Terhitung mulai tanggal berlakunya Keputusan Presiden ini sampai dengan tanggal 30 September 1980 dilaksanakan penghapusan secara bertahap terhadap seluruh kapal perikanan yang menggunakan jaring trawl yang berdomisili dan beroperasi disekitar Jawa dan Bali;

b. Pada tanggal 1 Oktober 1980 melarang semua kegiatan penangkapan ikan yang menggunakan jaring trawl di perairan laut yang mengelilingi pulau-pulau Jawa dan Bali.

c. Untuk kapal perikanan yang menggunakan jaring trawl yang berdomisili dan beroperasi disekitar Pulau Sumatera, larangan tersebut selambat-lambatnya berlaku mulai tanggal 1 Januari 1981.

B. Tahap Kedua :

Terhitung mulai tanggal 1 Oktober 1980 di Perairan laut diluar yang tersebut pada Tahap Pertama diatas, jumlah kapal perikanan yang menggunakan jaring trawl dikurangi sehingga sampai dengan tanggal 1 Juli 1981 jumlahnya menjadi 1000 (seribu) buah.

Pasal 4

Pelaksanaan penghapusan jumlah kapal perikanan yang menggunakan jaring trawl menjadi 1000 (seribu) buah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf B serta kebijaksanaan selanjutnya mengenai 1000 (seribu) trawl tersebut diatur kemudian.

Pasal 5

(1) Kapal-kapal perikanan yang menggunakan jaring trawl yang terkena penghapusan/pengurangan dalam ketentuan Keputusan Presiden ini dapat terus melakukan kegiatan penangkapan ikan setelah mengganti alat/perlengkapan penangkapannya menjadi bukan jaring trawl.

(2) Para pemilik kapal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang tidak berminat untuk meneruskan usaha penangkapan ikan dapat mengalihkan kapalnya kepada pihak lain atau Pemerintah untuk selanjutnya diusahakan sebagai bukan kapal trawl.

(3) Kepada pemilik yang kapalnya dialihkan kepada Pemerintah diberi ganti rugi seperlunya. (4) Kapal yang dialihkan kepada Pemerintah selanjutnya akan diserahkan terutama kepada

kelompok-kelompok nelayan yang tergabung dalam KUD untuk diusahakan sebagai bukan kapal trawl.

(5) Penyerahan kapal termasuk dilakukan dalam bentuk kredit dan dilengkapi dengan kredit untuk penggantian alat/perlengkapannya serta kredit modal kerja.

Pasal 6

(1) Pemerintah Daerah yang bersangkutan dalam melaksanakan ketentuan-ketentuan Keputusan Presiden ini memperhatikan ptunjuk pelaksanaan serta ketentuan-ketentuan yang akan diatur oleh Menteri Pertanian.

(2) Menteri Pertanian mengatur lebih lanjut tentang : a. perincian mengenai jaring trawl;

c. cara pembaharuan perizinan kapal-kapal trawl yang belum terkena penghapusan/pengurangan.

(3) Menteri Pertanian dengan Menteri-Menteri lain yang bersangkutan mengatur tentang : pengalihan bekas kapal-kapal trawl dari pemiliknya kepada Pemerintah, ketentuan-ketentuan tentang transaksi harga serta penyerahannya kepada kelompok-kelompok nelayan.

Pasal 7

(1) Untuk memperkecil penurunan produksi udang sebagai akibat penghapusan kapal-kapal perikanan yang menggunakan jaring trawl, maka Program Udang Nasional perlu ditingkatkan pelaksanaannya.

(2) Menteri Pertanian bersama Menteri lain yang berkepentingan mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan Program Udang Nasional dalam rangka menunjang tahap-tahap pelaksanaan penghapusan jaring trawl.

Pasal 8

Kapal perikanan yang melanggar ketentuan dalam Keputusan Presiden ini dan peraturan pelaksanaannya dianggap melakukan kegiatan penangkapan ikan tanpa izin, sehingga dapat dituntut dimuka pengadilan sesuai dengan Pasal 15 Ordinansi Perikanan Pantai Staatsblad Nomor 144 Tahun 1927.

Pasal 9

Keputusan Presiden ini dimulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 1 Juli 1980 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SOEHARTO

Lampiran 1

Bangkai Kapal Kepres 39

Ini merupakan sisa bagian dari kapal Kepres 39. Yang sebagian badannya telah habis dijadikan sebagai bahan kayu bakar bagi masyarakat sekitar.

Lampiran 2

Nelayan sedang memperbaiki kapal

Di saat tidak melaut maka nelayan akan mengisi waktu kosongnya dengan memperbaiki kapal. Biasanya kalau tidak ditemani dengan teman seprofesi, nelayan akan ditemani oleh keluarga seperti istri atau anaknya dalam memperbaiki kapal.

Sumber : koleksi foto pribadi, April 2013.

Lampiran 3

Nelayan tradisional yang hanya menggunakan sampan dan alat dayung untuk menuju ke laut, tanpa adanya mesin yang digunakan.

Sumber : koleksi foto pribadi, April 2013.

Lampiran 4

Rumah nelayan dan kapal pencari kerang

Gambar di atas merupakan rumah nelayan, yang merupakan pemukiman liar karena sebelumnya rumah-rumah yang tepat berada di pinggir sungai sudah digusur dan diganti rugi oleh pemerintah. Tapi seiring berjalannya waktu rumah-rumah ini kembali menjamur. Dengan rumah

yang sangat dekat dengan sungai ini juga memudahkan nelayan untuk mengontrol kapal/sampan miliknya. Dan di atas sampan merupakan alat pelampung yang digunakan untuk mencari kerang di saat nelayan akan masuk ke dalam air untuk mengutip kerang.

Sumber : koleksi foto pribadi, April 2013.

Lampiran 5

Sampan tradisional

Sampan-sampan/kapal tradisional yang sedang disandarkan di tepi sungai di saat nalayan telah pulang mencari ikan. Untuk mencari ikan dengan sampan ini hanya bisa untuk satu orang saja.

Sumber : koleksi foto pribadi, April 2013.

Lampiran 6

Bangkai kapal

Gambar bangkai kapal yang sudah tidak terpakai lagi yang nantinya akan dijadikan sebagai kayu bakar bagi masyarakat, atau kalau masih ada kayu yang bisa digunakan untuk menempel kapal nelayan, maka kayu tersebut akan digunakan.

Sumber : koleksi foto pribadi, April 2013.

Lampiran 7

Seorang informan

Seorang informan yang merupakan anak seorang nelayan yang sudah puluhan tahun menjadi nelayan. Sekarang dia berusia 22 tahun yang masih duduk di bangku universitas. Walaupun usianya masih muda, tetapi dia sangat banyak mengetahui tentang kehidupan nelayan. Hal ini dikarenakan dia yang pintar dan selalu ingin tahu.

Sumber : koleksi foto pribadi, April 2013.

Lampiran 8

Suasana Tempat Pelelangan Ikan

Suasana di tempat pelelangan ikan yang setiap harinya selalu ramai dikunjungi oleh pembeli, yang akan semakin ramai apabila di hari libur. Biasa pembeli akan membeli ikan dari sini untuk di bawa pulang atau langsung dimasak di restoran terapung yang ada di wilayah tempat pelelangan ikan ini.

Sumber : koleksi foto pribadi, Januari 2013.

Lampiran 9

Pukat

Ini merupakan gambar pukat yang masih dalam keadaan digulung. Yang apabila dioperasikan pukat akan akan dibentang lebar dan ditarik oleh kapal bermotor.

Sumber : koleksi foto pribadi, April 2013.

Lampiran 10

Pukat yang telah rusak dan tidak terpakai lagi

Pukat yang telah tidak terpakai basanya diletakkan di depan rumah para nelayan dibiarkan begitu saja terkena hujan ataupun panas, yang akhirnya akan berkarat.

Sumber : koleksi foto pribadi, April 2013.

Lampiran 11

Seorang informan dengan alat tangkapnya

Pak Baharuddin yang merupakan seorang nelayan tradisional yang menunjukkan alat tangkapnya yaitu jaring insang.

Sumber : koleksi foto pribadi, Juni 201

Lampiran 12

Rumah di sekitar dusun Bagan

Beginilah keadaan rumah di dusun Bagan, mayoritas menggunakan papan baik itu dinding ataupun lantainya. Bentuk ukuran rumahnya juga kecil.

Sumber : koleksi foto pribadi, Januari 2013.

Lampiran 13

Tempat persandaran kapal-kapal nelayan yang sedang tidak beroperasi

Sumber : koleksi foto pribadi, Januari 2013.

Lampiran 14

Sumber : koleksi foto pribadi, Juni 2013.

Lampiran 15

Sumber : koleksi foto pribadi, Juni 2013.

Kapal pengangkutan. Kapal ini bisa memanjakan pengunjung yang ingin melihat laut lepas dengan membayar Rp. 5.000-10.000

Dokumen terkait