• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT NELAYAN DUSUN BAGAN DESA PERCUT SEBELUM PENGGUNAAN KAPAL KEPRES 39 TAHUN 1980

3.2. Kebutuhan Keluarga Nelayan

3.2.2. Peran Istri dan Anak Nelayan Dalam Memenuhi Kebutuhan Hidup

Pada saat musim paceklik nelayan tidak setiap hari pergi ke laut, karena percuma juga

nelayan pergi ke laut kalau tidak ada hasil yang diperoleh. Pada saat nelayan tidak pergi ke laut

maka nelayan ini akan memperbaiki kapal dan jaring mereka yang rusak, atau sekedar

Isteri nelayan juga memiliki pendidikan sama seperti nelayan yaitu pendidikan yang

rendah. Dengan pendidikan yang rendah maka lapangan kerja yang terbuka juga akan semakin

sedikit, yang akhirnya pekerjaan isteri nelayan ini juga tidak terlepas dari laut. Sebagian istri

nelayan ikut dalam pekerjaan mencari kerang di laut, pencarian kerang dimulai dari pukul 17.00

WIB sampai pukul 01.00 WIB. Biasanya dilakukan dalam bentuk kelompok, yaitu satu sampan

yang terdiri dari 15 orang. 40

Jika diperhatikan serentetan rumah-rumah di pinggir jalan dusun Bagan ini maka akan

ditemukan barisan warung-warung sampah, warung kopi, jajanan bahkan kedai nasi. Ternyata

sebagian besar pemilik warung di pinggir jalan tersebut sebagian besar adalah para isteri nelayan.

Walaupun begitu banyak usaha jualan di dusun Bagan ini tetapi tidak mengurangi motivasi para

isteri nelayan untuk membuka usaha yang sama, karena banyaknya jumlah warung-warung

sangat didukung oleh banyaknya pembeli. Warung-warung tersebut selalu ramai karena banyak

Selain mencari kerang, adapun strategi lainnya yang dilakukan isteri nelayan dalam

pemenuhan kebutuhan hidup adalah dengan membuat ikan asin. Hasil yang diperoleh suami

sedikit disisakan sebelum dijual untuk dibuat menjadi ikan asin, sedikit-sedikit ikan asin ini yang

dikumpulkan dan ketika sudah banyak maka ikan asin ini akan dijual kepada tengkulak dengan

harga berkisar dari Rp. 8.000 per kg sampai dengan harga yang paling mahal yaitu Rp. 18.000.

Adapun jenis ikan yang dijadikan sebagai ikan asin adalah ikan gelama batu, ikan lidah yang

kecil-kecil. Uang hasil penjualan ini sangat membantu untuk memenuhi kebutuhan hidup

anggota keluarga nelayan.

40

Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan pada tanggal 12 Oktober 2012 hari jumat. Banyak sekali tantangan yang harus dihadapi dalam mencari kerang ini. Karena mencari kerang di dasar laut atau di bawah air, tepatnya di dalam lumpur, maka ketika mereka menunduk ke bawah untuk mengambil kerang tersebut maka ketika ada sampan atau boat yang lewat tidak jarang pencari kerang ini akn tersenggol oleh sampan tersebut. Selain itu, ketika cuaca sedang hujan maka tantangan yang harus dihadapi juga semakin berat, yaitu ketika adanya cahaya petir para pencari kerang ini akan segera memasukan ke dalam air yang tujuannya agar tidak tersambar oleh petir.

penduduk luar yang datang ke Bagan ini dengan tujuan ke tempat pelelangan ikan (TPI) atau

hanya sekedar bermain41

Terlepas dari tugas isteri untuk membantu suami dalam pemenuhan kebutuhan hidup.

Aktifitas isteri sebagai seorang ibu rumah tangga juga tidak dilupakan oleh isteri-isteri nelayan

Bagan ini yaitu untuk mengurus keluarga, memasak, dan kebutuhan lainnya(memberi kasih saja ke dusun Bagan ini. Selain itu biasanya di tengah malam

warung-warung ini akan dikerumuni oleh para nelayan, anak-anak atau ibu-ibu yang hendak mencari atau

pulang dari mencari kerang. Penghasilan dari usaha jualan ini tidak begitu banyak, namun sangat

membantu untuk tambahan uang belanja dapur dan jajan anak-anak.

Apabila isteri nelayan tidak berjualan/tidak membuka warung, maka sebagian isteri

nelayan memanfaatkan waktu mereka di rumah untuk membuat anyaman tikar dan membuat atap

dari rumbia. Bahan dasar tikar ini adalah pandan berduri yang diambil dari hutan yang berada di

tengah laut, biasanya sang suami yang akan mengambilkan pandan ini saat mereka hendak ke

laut. Bahan dasar dari atap rumbia adalah daun panjang yang berbentuk segitiga yang juga

diambil dari hutan laut. Anyaman ini dilakukan secara pribadi, harga tikar berkisar Rp.50.000,

harga atap rumbia Rp. 1.500 per keping. Tikar atau atap ini tidak perlu dipasarkan keluar Dusun

Bagan karena nantinya akan ada konsumen yang datang sendiri untuk membeli ini. Atap rumbia

dan tikar masih bayak dibutuhkan di Dusun Bagan karena lantai rumah yang mayoritas masih

papan akan membutuhkan tikar dan sebagian atap yang masih menggunakan rumbia membuat

anyaman tikar dan atap rumbia masih diminati. Hasil dari penjualan ini akan menambah

pemasukan bagi rumah tangga nelayan dan membantu pemenuhan kebutuhan hidup keluarga

nelayan.

41

Sekedar bermain disini maksudnya adalah biasanya di Bagan ini akan ramai orang yang berlalu lalang baik itu sekedar untuk mencuci mata di tepi laut, melihat hasil ikan ataupun sekedar jalan-jalan saja.

sayang dan perhatian pada anggota keluarga). Dan disini yang paling penting adalah isteri

dituntut untuk berpikir lebih jelih guna memenuhi kebutuhan hidup yang kian hari harga

kebutuhan pokok semakin mahal dengan penghasilan yang serba pas-pasan bahkan dapat

dikatakan kurang.

Selain peran isteri dalam membantu untuk pemenuhan kebutuhan hidup, anak juga ikut

membantu sang ayah dengan cara ikut turun ke laut untuk mencari ikan. Sebelum tahun 80-an

anak yang ikut ke laut ini biasanya mulai umur 8 tahun yang mayoritas tidak tamat sekolah

dasar, sedangkan saat sekarang ini mayoritas anak yang ikut ke laut adalah mereka yang tamat

dari SMP yang tidak mau atau tidak sanggup melanjutkan ke SMA. Selain ikut ayahnya ke laut

mencari ikan, anak nelayan juga ikut mencari kerang dan bekerja menjadi buruh pabrik.

Biasanya anak-anak nelayan ini kerja dipabrik yang tidak jauh dari daerah Percut yaitu di

Saenties atau Sampali baik itu pabrik mebel, roti ataupun pabrik udang yang upahnya dihitung

harian. Di saat sekarang ini upah yang diperoleh buruh pabrik tersebut berkisar mulai dari Rp.

25.000.42

Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina

kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Secara umum

pendidikan merupakan upaya terus menerus untuk memajukan budi pekerti (karakter,

kekuatan batin), pikiran dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya. Adapun

Dokumen terkait