No. Halaman
1. Hasil inventarisasi tegakan sebelum penebangan ... 65 2. Persentase limbah berdasarkan volume pohon yang ditebang ... 69 3. Perhitungan volume limbah berdasarkan bagian pohon ... 72 4. Perhitungan volume limbah berdasarkan kondisinya ... 81 5. Perhitungan faktor eksploitasi dengan pendekatan persen limbah ... 86 6. Perhitungan faktor eksploitasi berdasarkan It, Is, dan Ia ... 91 7. Kerapatan kayu pada jenis kayu yang ditebang ... 96 8. Perhitungan kadar zat terbang, kadar abu, dan kadar karbon pada jenis
yang ditebang ... 98 9. Petak kerja penelitian ... 100 10. Peta areal IUPHHK-HA PT. Indexim Utama ... 101
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Perubahan iklim global pada dekade terakhir ini terjadi karena terganggunya keseimbangan energi antara bumi dan atmosfir akibat meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca (GRK), yaitu: karbondiokida (CO2), metana (CH4) dan nitrogen oksida (N2O) yang dipicu oleh kegiatan manusia terutama yang berkaitan dengan penggunaan bahan bakar fosil dan kegiatan alih guna lahan. Salah satu cara yang paling efektif dalam penurunan emisi gas rumah kaca dengan memanfaatkan sifat alami pohon penyerap CO2.
Hutan merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui dan sangat penting bagi kehidupan manusia. Salah satu sumberdaya yang banyak dimanfaatkan adalah kayu, untuk mengubahnya bernilai ekonomi diperlukan kegiatan mengeluarkan kayu dari hutan yang disebut dengan pemanenan kayu. Selain itu manfaat hutan yang lainnya yaitu sebagai penyimpan karbon. Hutan alami merupakan penyimpan karbon (C) tertinggi bila dibandingkan dengan sistem penggunaan lahan pertanian. Oleh karena itu, hutan alam dengan keragaman jenis pepohonan berumur panjang dan serasah yang banyak merupakan gudang penyimpan C tertinggi (Hairiah & Rahayu 2007).
Pemanenan hasil hutan merupakan bagian dari pengelolaan hutan. Kegiatan yang dilakukan dalam pemanenan hutan antara lain penebangan, penyaradan, muat-bongkar dan pengangkutan. Sebagai akibat dari adanya kegiatan pemanenan hasil hutan, timbul beberapa masalah diantaranya ialah terjadinya limbah pemanenan kayu. Limbah tersebut dapat berbentuk tunggak, batang, cabang dan potongan pendek yang dapat terjadi di petak tebang, TPn dan TPK. Menurut Lasco (2002) diacu dalam Rahayu et al. (2005) menyatakan bahwa kegiatan pemanenan kayu berperan dalam menurunkan cadangan karbon di atas permukaan tanah minimal 50 %. Di hutan tropis Asia penurunan cadangan karbon akibat aktivitas pemanenan kayu berkisar antara 22-67 %. Cadangan karbon yang hilang dapat dikurangi dengan melaksanakan teknik pemanenan berdampak rendah.
Limbah pemanenan sering timbul akibat kesalahan teknis di lapangan dan juga akibat kebijakan perencanaan pemanenan yang kurang tepat. Pemanfaatan kayu yang kurang efisien terjadi karena jumlah kayu yang dimanfaatkan pada umumnya masih rendah dibandingkan dengan volume kayu yang ditebang. Hasil penelitian Sastrodimedjo dan Simarmata (1978), limbah di petak tebang sebesar 71,5 % serta sisanya terjadi di logpond. Selanjutnya hasil penelitian Sukanda (1995) menyebutkan rata-rata limbah di petak tebang sebesar 85,84 m3 (99,28 %) dan di TPn sebesar 0,62 m3 (0,72 %). Kriteria yang berbeda dalam mendefinsikan dan mengklasifikasikan limbah pemanenan kayu dengan kondisi lokasi penelitian yang berbeda akan menghasilkan limbah yang berbeda pula.
Keberadaan limbah ini sering kali diabaikan, karena pemanfaatan dianggap menyulitkan dan mahal. Bagian pohon seperti tunggak, cabang dan batang yang cacat, umunya ditinggalkan begitu saja di hutan dan menjadi limbah. Perhitungan paling konservatif pada tahun 1980-an diperoleh limbah hampir 7,5 juta m3/tahun dengan nilai sebesar hampir Rp 1,2 triliun/tahun. Konversi limbah tersebut ke luas areal hutan untuk menghasilkan volume kayu sebesar itu adalah lebih dari 124.000 ha/tahun (Tinambunan 2001). Dalam praktek pengelolaan hutan lestari pemborosan seperti ini seharusnya dapat ditekan serendah mungkin. Dengan adanya hutan yang lestari maka jumlah karbon yang disimpan akan semakin banyak dan semakin lama.
Selain itu, limbah pemanenan kayu juga erat kaitannya dengan faktor eksploitasi. Makin besar limbah eksploitasi yang terjadi berarti faktor eksploitasi semakin kecil (Dulsalam 1995). Berdasarkan hal itu, besarnya faktor eksploitasi yang terjadi dalam pelaksanaan pemanenan kayu secara mekanis mutlak diperlukan untuk memberikan informasi tentang besaran faktor eksploitasi yang tepat dan membantu perusahaan pengusahaan hutan dalam perencanaan target produksi dan juga memberikan kemudahan bagi Kementerian Kehutanan Rebuplik Indonesia dalam melakukan pengawasan.
Nekromassa adalah batang pohon mati, baik yang masih tegak atau telah tumbang dan tergeletak di permukaan tanah. Menurut penelitian Widyasari (2010) menunjukan bahwa nekromassa paling besar adalah nekromassa batang sebesar 58.862,07 kg/ha. Hal tersebut diakibatkan oleh banyaknya tunggak kayu yang ada
pada areal petak penelitian, sehingga nekromassa pun semakin besar. Tunggak- tunggak kayu yang ada di areal diduga sebagai akibat kegiatan penebangan namun dibiarkan terlantar sehingga menjadi limbah pemanenan. Besarnya nekromassa tersebut mengindikasikan bahwa terjadi penurunan pada biomassa tersimpan pada tegakan di areal tersebut.
Nekromassa merupakan komponen penting dari penyimpanan karbon dan harus diukur agar diperoleh penyimpanan karbon yang akurat. Tunggul-tunggul tanaman, cabang yang masih utuh juga dimasukkan ke dalam nekromassa (Hairiah & Rahayu 2007). Besarnya nekromassa tersebut akan mempengaruhi simpanan karbon dalam hutan. Berdasarkan hal tersebut diperlukan penelitian tentang limbah pemanenan kayu, faktor eksploitasi dan karbon tersimpan pada limbah pemanenan kayu.
1.2Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menghitung volume limbah kayu yang terjadi di petak tebang, TPn, dan TPK akibat kegiatan pemanenan kayu di IUPHHK-HA (Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam) PT. Indexim Utama.
2. Menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap besarnya volume limbah akibat kegiatan penebangan kayu.
3. Menentukan faktor eksploitasi yang terjadi di IUPHHK-HA PT. Indexim Utama.
4. Mengukur besarnya karbon tersimpan pada limbah pemanenan kayu.
1.3Manfaat
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah dapat memberikan informasi secara kuantitatif mengenai volume limbah, faktor eksploitasi, dan simpanan karbon pada limbah pemanenan kayu di IUPHHK-HA PT. Indexim Utama. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukkan dalam pengelolaan hutan secara lestari. Atas dasar informasi tersebut, maka limbah kayu yang terjadi akan ditekan serendah mungkin. Sehingga pemanfaatan kayu dapat dilakukan dengan efisien dan efektif.