• Tidak ada hasil yang ditemukan

Adiwibowo S. 2012. Ilmu pengetahuan dan rasa ingin tahu. [lecture paper]. Bogor [ID]: Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Amin S. 2010. Mobilisasi dan perubahan sosial di wilayah konflik agraria: studi pustaka kasus paseduluran petani penggarap PT. Tratak (P4T). [Internet]. [dikutip 20 Desember 2013]. Analisis Sosial. 11(1): 94-134. Dapat diunduh dari: http://akatiga.org/index.php/jurnal-analisis-sosial/item/469-jas-vol-15-no- 1-aksi-petani-dan-gerakan-politik-pedesaan

Antoro KS. 2010. Konflik-konflik sumberdaya alam di kawasan pertambangan pasir besi: studi implikasi otonomi daerah (studi kasus Kabupaten Kulon Progo Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta). [tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor

Aprianto TC. 2013. Perampasan tanah dan konflik: kisah perlawanan Sedulur

Sikep.[Internet]. [dikutip 15 November 2013]. Bhumi. 37:142-156. Dapat

diunduh dari :http://www.stpn.ac.id/images/Data/E-

Jurnal/Jurnal%20Bhumi%20No%2037%20Tahun%2012-203.pdf

Berdikari Online. Rezim SBY dan konflik agraria. 2012 Des 28. [Internet].

[diunduh 1 Juni 2013]. Berdikari Online. Dapat diunduh dari:

http://m.berdikarionline.com/editorial/20121228/rezim-sby-dan-konflik- agraria.html

Cahyono E. 2012. Aksi petani dalam kontestasi politik penataan dan penguasaan ruang di kawasan konservasi Taman Nasional Ujung-Kulon Provinsi Banten. [tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor

Dahniar. 2005. Hukum lokal sebagai media perlawanan petani. Dalam: Tanah Masih di Langit. Jakarta[ID]: Yayasan Kemala. Hal 898

Efendi GT dan Kinseng RA. 2011. Strategi perjuangan petani dalam mendapatkan akses dan penguasaan atas lahan. Sodality. 05 (01). 15-36

Fauzi N. 1995. Modal kekuasaan dan hukum agraria. Dalam: Pluralisme Hukum Pertanahan dan Kumpulan Kasus Tanah. Jakarta [ID]: YLBHI. Hal 33

Fauzi N. 2008. Dari okupasi tanah menuju pembaruan agraria: konteks dan konsekuensi dari Serikat Tani Pasundan (SPP) di Garut-Jawa Barat.

[FKMA] Forum Komunikasi Masyarakat Agraris. 2014. Forum komunikasi masyarakat agraris: riwayat biografis [ulasan]. Buletin FKMA 1(5): 03-08

58

Hartoyo. 2010. Involusi gerakan agraria dan nasib petani: studi tentang dinamika gerakan petani di Provinsi Lampung. [disertasi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor

Hestu PW, Budhiawan H, Syaifullah A, Cahyono E, Yanuardi D, Sauki M. 2010. Konflik lahan pasir besi dan dinamika sosial ekonomi petani pesisir Kulon Progo.

Herawaty SRM. 2013. Petani melawan perkebunan: perjuangan agraria Jawa Tengah. [Internet]. [Dikutip 15 November 2013]. Bhumi. 37: 142-156. Dapat

diunduh dari : http://www.stpn.ac.id/images/Data/E-

Jurnal/Jurnal%20Bhumi%20No%2037%20Tahun%2012-203.pdf

[KPA] Konsorsium Pembaruan Agraria. Ini data konflik agraria di tanah air sepanjang tahun 2013. 2014 Februari. [Internet]. [diunduh 1 Maret 2014].

Konsorsium Pembaruan Agraria. Dapat diunduh dari:

http://www.kpa.or.id/?p=2947

Nugraha SW. 2014. PPLP Kulon Progo surati KPK terkait kejanggalan penambangan pasir besi. Tribune news.com. [Internet]. [diunduh 10 Juni 2014]. Dapat diunduh dari: https://id.berita.yahoo.com/pplp-kulonprogo-surati-kpk- terkait-kejanggalan-penambangan-pasir-094131121.html

Pandiangan S. 2006 Oktober. Bentuk-bentuk perlawanan petani terhadap dominasi negara. [Internet]. [dikutip 15 November 2013]. Pemberdayaan Komunitas 5 (03): 304-323. Dapar diunduh dari:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15689/1/pkm-sep-des2006- %20%286%29.pdf

Antaranews.com. Petani pesisir gelar kenduri sebelum tanam cabai. 2014 Maret. [Internet]. [diunduh 10 Juni 2014]. Antaranews.com. Dapat diunduh dari:

http://jogja.antaranews.com/print/309098/petani-pesisir-gelar-kenduri-sebelum- tanam-cabai

Rostamin. 2013. Strategi perlawanan petani lahan pantai menolak pertambangan pasir besi di Kulon Progo. [tesis]. Yogyakarta [ID]: Universitas Gajah Mada Samhadi SH, Arif A, Hartiningsih M. 2008 11 April. Petani berhadapan dengan

kekuasaan. Kompas

Santoso H. 2004. Perlawanan di simpang jalan: kontes harian di desa-desa sekitar hutan di Jawa. Jogjakarta [ID]: Damar. 420 hal.

Saturi S. 2013. Tersebar di 98 kabupaten, konflik agraria didominasi sektor perkebunan dan kehutanan.[Internet]. [dikutip 1 Juni 2013]. Dapat diunduh dari: http://www.mongabay.co.id/2013/02/16/tersebar-di-98-kabupaten- konflik-agraria-didominasi-sektor-perkebunan-dan-kehutanan/

59 Scott JC. 1981. Moral ekonomi petani: pergolakan dan subsistensi di Asia Tenggara. (Alih bahasa oleh Hasan Basri). Jakarta [ID]: LP3ES. 369 hal. [Judul asli: The moral economy of the peasant: rebellion and subsistence in Southeast Asia.]

Setiawan U. 2012. Dari konfrontasi ke kolaborasi: studi kasus peran serikat petani pasundan dalam pembaruan agraria di Desa Pasawahan, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. [tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor

Sujiwo TA. 2010. Dinamika organisasi tani pasca-1965 di Indonesia. [Internet]. [dikutip 20 Desember 2013]. Analisis Sosial. 11(1): 74-94. Dapat diunduh dari:

http://akatiga.org/index.php/jurnal-analisis-sosial/item/469-jas-vol-15-no-1- aksi-petani-dan-gerakan-politik-pedesaan

Tjondronegoro SM. 2007. Sosiologi agraria. Yogyakarta [ID]: Yayasan Obor Indonesia. 201 hal.

[UC] Unrest Collective. 2012. Bertani atau mati: perjuangan berkelanjutan petani di Indonesia melawan perusahaan pertambangan yang akan menghancurkan tanah mereka. Yogyakarta [ID]: Unrest Collective

Widodo. 2013. Menanam adalah melawan. Yogyakarta [ID]: Tanah Air Beta. Widyanta AB. 2011. Konflik mega proyek tambang pasir besi Kulon Progo

(anatomi, eskalasi, dan resolusinya). [Internet]. [dikutip 12 Juni 2014]. Dapat

diunduh dari:

http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/32161671/Konflik_Mega_ Proyek_Tambang_Pasir_Besi_Kulon_Progo-_AB._Widyanta-libre.pdf

Wiradi G. 2009a. Seluk beluk masalah agraria: reforma agraria dan penelitian agraria. Yogyakarta [ID]: STPN Press. 258 hal.

………… 2009b. Metodologi studi agraria: karya terpilih Gunawan Wiradi. Bogor [ID]: SAINS. 348 hal.

60

Lampiran 1 Peta lokasi penelitian

61 Lampiran 2 Catatan Ringkas Hasil Observasi dan Wawancara Mendalam

No. Tema

1. Kegiatan budidaya pertanian lahan pasir

Dalam sekali musim tanam, cabai bisa dipanen berkali-kali, 15-20 kali (berkali- kali petik)

Satu kali panen bisa mencapai 1 ton lebih

Hasil panen kebanyakan berlebih jarang terjadi kerugian

Kebanyakan petani tidak tahu luas tanahnya berapa, mereka ga bisa jawab, atau menjawab dengan dikira-kira

Pohon kelapa sengaja ditanamin buat kapling-kapling Lelang sebelum ada isu penambangan

Kehidupan disini hanya untuk bertani Harga 8000 ke atas udah bagus Karyawan: daerah utara

Harga rendah (cabai) 2500-3000 Batas-batas pohon kelapa Melon lebih mahal modalnya

2. Kondisi sebelum ditemukannya teknik budidaya pertanian lahan pasir

Tahun 80an ketemu nasi bisa dihitung = 2minggu sekali Tahun 1983 rumah banyak yang goyang, dulu disini miskin, Dulu yang punya sawah kaya

Dulu pake celana pendek siang-siang ke pantai ga berani

3. Sejarah perlawanan PPLP

Ada pengajian (mujahadah / muhajadah (?)) juga tiap minggu di tiap desa beda- beda hari, jadi ga putus-putus doanya tiap minggu

Ulang tahun, panen raya -> dikatakan merupakan bagian dari strategi perlawanan, karena dari situ mereka menjadi saling mengenal 6 mobil -> nangkep (4 tahunan yang lalu)

Pengusaha yang mau reklamasi, jangan kesini, nanti dibumi hanguskan, 8 tahun ga berani-berani masyarakat

2005 awal muncul isu, Toyo Dipo Santoso (Bupati) mantan preman pasar induk, usulan penambangan baru ada, baru merubah RTRW

Adjie Kusumo dari keraton yang mendukung, mendampingi PPLP : informasi tentang keraton; telik sandi (intel)

Perempuan lebih beringas dari laki-laki, kalau mau demo lagi ngapa2in juga udah aja ditinggalin

Pernah ada surat buat presiden -> untuk kampanye di alun-alun utara PPLP terbentuk 8 tahun - sebelumnya udah ada - dulu Cuma perwakilan sekarang semua

Perusahaan tambang sampai sekarang udah 3kali ganti

62

PPLP bikin peraturan (sejenis perjanjian dikalangan warga) sendiri tentang gimana hubungan warga sama tanahnya, isinya : (1) tidak berurusan dengan orang pro (2) tidak pernah menjual tanah

Akibat dari perjanjian tersebut, hubungan saudara pun bisa terputus, tidak terkecuali orang tua dan anak; kalo ada orang pro yang meninggal ga dilayat, yang hajatan ga didatengin, bahkan di Karang Wuni sampe ga boleh dikuburin di desa itu. Urusan ini juga sampai ke pernikahan, ada laki-laki yang orang tuanya pro, suka sama perempuan yang orangtuanya kontra, mereka sampai ga berani nikah meski mereka sama-sama suka, padahal umurnya juga udah cukup umur untuk nikah (sekitar 25)

Awalnya ga kenal, gara-gara PPLP jadi kenal

Orang-orang yang pro pun sering mengalami hal yang aneh-aneh. Menurut cerita dari banyak warga, pernah ada orang yang ngeluh gini 'ngapain sih make dilawan-lawan segala, tanah2 punya pemerintah kenapa gak dikasihin ajaa' ga lama dari itu dia jatuh terus stroke, ga lama dari itu meninggal. Pas meninggal ga ada yang ngelayat sama sekali. Anak dari orang yang baru meninggal itu, saking kagetnya ga ada yang dateng, ikut stroke juga jadinya. Ada lagi orang yang pro, meninggal seabis main layang-layang. Bukan Cuma warga, polisi-polisi yang waktu itu terlibat dipenangkapan Pak Tukijo, nasibnya juga aneh. Beberapa dari mereka meninggal dengan cara yang gak wajar. Ada yang ditabrak lari, ada yang kena sakit stroke (lagi), ada juga yang istrinya dibawa lari sama orang lain. Tidak menokohkan, tokoh semuanya, semua punya hak untuk bicara Anak-anak disana menggambar suasana demo, (bukan pemandangan gunung2an)

PPLP penting -> lemah kalo terpisah-pisah jadi mending bersatu aja Tidak merasa jenuh -> ulang tahun PPLP paling meriah

Awalnya seneng biasa aja, tapi lama kelamaan ga boleh, akhirnya gamau ditambang

Merugikan kalo ada tambang, hilang nanti mata pencahariannya Ikut demo karena keinginan sendiri

PPLP -> bagus keorganisasiannya, kalo ga ada udah rapuh kondisi masyarakat sini, yang mimpin yang ngerkeuhin perjuangan

Kalau ditambang yang tua-tua gitu mau kerja apa, kan udah tua Ikut PPLP sejak awal 2006 - udah kesepakatan kami yang menolak Kalo PPLP ga ada, ya kemungkinan udah ga ada pertanian disini

63