• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai faktor-faktor apa saja yang menjadikan suatu strategi perlawanan dapat muncul. Dalam bagian ini juga akan diuraikan bagaimana strategi perlawanan dapat berubah karena situasi (faktor) yang memunculkan perlawanan tersebut berubah.

Faktor yang Mempengaruhi Strategi Perlawanan Periode I

Gambar 9 Timeline strategi perlawanan 2006 - 2007

Tahun 2006 merupakan awal dimana perjuangan penolakan kolektif pertama dilakukan. Pada tahun ini Paguyuban Petani Lahan Pantai dibentuk sebagai respon dari munculnya isu-isu penambangan. Isu-isu ini pada awalnya diobrolkan terbatas hanya pada kelompok-kelompok kecil di tiap desa pesisir. Sampai akhirnya, ketua gapoktan di wilayah pesisir berinisiatif untuk mengumpulkan keseluruhan kelompok tani pada tanggal 1 April 2006 malam. Pertemuan ini menghasilkan paguyuban sebagai wadah petani lahan pantai dalam melakukan perlawanan. Aksi perlawanan pertama yang dilakukan atas nama PPLP berupa demonstrasi yang dilakukan di depan Balai Desa Garongan.

Gambar 10 Timeline strategi perlawanan 2007 - 2008

Kontra Pertambangan Pro Pertambangan Kontra Pertambangan Pro Pertambangan

50

Pertengahan tahun 2007, Bung Aka terlibat dalam perjuangan PPLP. Ia berlaku sebagai konsultan bagi strategi-strategi perlawanan yang dilakukan oleh PPLP. Perjuangan PPLP pun kian berubah.

Faktor yang muncul pada periode ini adalah kesadaran kolektif dan keterlibatan pihak luar. Pembentukan serikat, atau dalam hal ini pembentukan Paguyuban Petani Lahan Pantai Kulon Progo, dapat terbentuk karena kesadaran kolektif warga telah muncul. Pembentukan guyub ini mengisyaratkan bahwa mereka mempunyai kepentingan yang sama, yaitu menolak proyek pertambangan. Keterlibatan pihak luar mempengaruhi jalan PPLP dalam melakukan perjuangan. Atas saran yang disampaikan Bung Aka, perlawanan pada periode ini membuat PPLP berjuang melalui jalur legal formal.

Faktor yang Mempengaruhi Strategi Perlawanan Periode II

Strategi perlawanan pada masa ini dipengaruhi oleh dua hal; terbitnya kontrak karya dan adanya keterlibatan pihak luar. Dikeluarkannya kontrak karya oleh pemerintah pusat membuat kepercayaan petani terhadap pemerintah luntur. Usaha-usaha mereka selama ini dengan mendemo pemerintah, berdiskusi dengan pihak DPR, sama sekali tidak menjadikan proyek pertambangan batal dilaksanakan. Kenyataan tersebut memicu PPLP untuk melakukan evaluasi. Pada proses evaluasi ini, kesadaran kolektif untuk menempuh strategi baru muncul.

Pengurus PPLP mulai memperhatikan kondisi internal PPLP. Perjuangan dilakukan di dalam keanggotaan, yaitu dengan melakukan pengajian, merayakan syukuran ulang tahun dan panen raya, serta melakukan kegiatan kenduri. Selain itu PPLP juga menyadari, bahwa menanam adalah salah satu bentuk penolakan. Karena dengan menanam, petani telah mempertahankan lahannya.

Pada masa ini, terdapat dua pihak dengan latar belakang yang berbeda terlibat dalam perjuangan perlawanan yang dilakukan oleh PPLP. Keduanya memberikan pengaruh yang berbeda terhadap strategi perlawanan petani. Pihak pertama adalah mereka yang berasal dari kalangan seniman panggung. Pihak kedua adalah aktivis yang peduli terhadap perjuangan perlawanan petani. Keterlibatan seniman membuat petani mengenal dunia panggung teater dan Gambar 11 Timeline strategi perlawanan 2008 - 2011

Pro Pertam bangan Kontra Pertam bangan

51 menyebarkan isu-isu melalui pementasan teater. Keterlibatan aktivis membuat petani dikenal oleh banyak pihak dari berbagai latar belakang dan dari berbagai tempat. Sejak keterlibatan kedua pihak ini, perjuangan perlawanan PPLP meluas. Tidak hanya di lokal, tetapi juga nasional, bahkan internasional.

Faktor yang Mempengaruhi Strategi Perlawanan Periode III

Pada masa ini tidak ada bentrok sama sekali. PPLP pun tidak melakukan aksi massa pada tiga tahun belakangan ini. Hal ini karena adanya pergantian bupati yang terjadi pada tahun 2012. Bupati baru ini tidak mengurusi masalah . proyek pertambangan. Oleh karena itu usaha-usaha perebutan lahan yang dilakukan oleh pemerintah sebelumnya tidak terjadi pada masa ini. Kondisi pemerintah yang seperti ini ternyata berpengaruh pada strategi perlawanan petani. PPLP lebih banyak melakukan aksi-aksi kampanye. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kesempatan politik dalam hal ini diartikan sebagai kondisi pemerintahan, mempengaruhi bagaimana petani melakukan perlawanan.

Faktor yang Mempengaruhi Strategi Perlawanan Tertutup Petani Lahan Pantai Kulon Progo

Aksi-aksi perlawanan yang termasuk pada strategi perlawanan tertutup terjadi di sepanjang konflik antara petani, pemerintah, dan perusahaan terjadi. Penyebab utama masing-masing petani melakukan perusakan barang, tidak mentaati peraturan, berpura-pura, bergosip, dan memberikan julukan yang buruk kepada pihak lawan, adalah karena tindakan represif16 yang dirasakan oleh petani. Adanya isu proyek rencana pertambangan di wilayah mereka memberikan ketakutan kepada para petani lahan pantai. Karena dengan adanya pertambangan tersebut secara otomatis akan menghilangkan wilayah pertanian yang menjadi sumber hidup mereka.

16

Tindakan represif yang dimaksud disini adalah represif yang menekan psikis petani, bukan fisik.

Gambar 12 Timeline strategi perlawanan 2012 - 2014

Pro

Pertambangan Kontra Pertambangan

52

Analisis Perbandingan Strategi dan Faktor pada Ketiga Periode

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, perubahan faktor berpengaruh pada perubahan strategi yang dipilih petani dalam melakukan perlawanan. Penjelasan mengenai hal tersebut akan dijelaskan melalui tabel delapan dibawah ini.

Tabel 10 Perbandingan aksi perlawanan dan faktor pada ketiga periode

Periode I (2006 – 2008) II (2009 – 2011) III (2012 – 2014) Strategi Perlawanan Pembentukan serikat Aksi demonstrasi Audiensi Okupasi lahan Kerja sama Pengaduan - Aksi demonstrasi II - Okupasi lahan - Pengaduan Kampanye - - - - Pengaduan Kampanye Faktor Internal Kesadaran

kolektif I Kesadaran kolektif II - Eksternal Keterlibatan pihak luar I Keterlibatan pihak luar II Keterlibatan pihak luar II Kesempatan politik Dalam tabel terlihat bahwa setiap periode memiliki strategi perlawanan yang berbeda-beda. Terdapat strategi yang hanya dilakukan pada periode pertama (pembentukan serikat, kerja sama dan audiensi). Terdapat juga strategi yang dilakukan pada periode pertama dan kedua, namun tidak dilakukan pada periode ketiga (aksi demonstrasi dan okupasi lahan). Namun ada juga strategi yang baru muncul pada periode kedua (kampanye).

Pada bagian faktor, kesadaran kolektif dan keterlibatan pihak luar muncul beberapa kali dalam setiap periode. Kedua faktor tersebut merupakan faktor yang berperan pada periode yang sama (pertama dan kedua). Namun, ternyata strategi perlawanan yang dilakukan pada kedua periode tersebut berbeda. Pada periode pertama, petani membentuk serikat dan melakukan audiensi. Pada periode kedua, kedua strategi tersebut tidak dilakukan. Namun muncul strategi baru, yaitu kampanye. Hal ini mengindikasikan bahwa faktor yang sama dapat memberikan pengaruh yang berbeda.

Pada kasus ini, kesadaran kolektif yang terjadi pada periode kedua (kesadaran kolektif II), berbeda dengan kesadaran kolektif yang terjadi pada periode pertama (kesadaran kolektif I). Kesadaran kolektif I merupakan kesadaran awal yang membuat warga membentuk serikat sebagai wadah untuk melakukan perlawanan. Pada periode kedua, kesadaran kolektif II berperan dalam mengubah strategi perlawanan. Warga mengevaluasi aksi-aksi perlawanan yang dilakukan

53 selama periode pertama. Aksi-aksi yang ada tidak memberikan perubahan terhadap rencana proyek pertambangan pasir besi. Akhirnya warga pun memutuskan untuk tidak melakukan aksi-aksi sebelumnya.

Begitu juga pada faktor keterlibatan pihak luar. Pada periode pertama (keterlibatan pihak I) pihak yang terlibat dalam perjuangan warga membuat mereka melakukan perlawanan melalui jalur legal formal. Pada periode kedua, (keterlibatan pihak II) pihak luar yang terlibat membuat warga melakukan perlawanan dengan cara melakukan penyebaran informasi. Jika dilihat lebih jauh, pihak luar yang terlibat pada periode kedua lebih banyak dan juga memiliki latar belakang yang lebih beragam. Hal ini dibuktikan bahwa bentuk penyebaran informasi yang dilakukan beragam (teater dan internet).

Pada periode ketiga, faktor yang berperan adalah kesempatan politik dan keterlibatan pihak luar II. Kesempatan politik yang berupa pergantian bupati membuat semua aksi yang frontal (aksi demonstrasi dan okupasi lahan) tidak lagi dilakukan. Strategi perlawanan yang masih dilakukan, yaitu pengaduan dan kampanye (khususnya kampanye ke luar), masih dilakukan karena keterlibatan pihak luar II masih ada.

Ikhtisar

Dari tujuh faktor yang ditanyakan, hanya empat faktor yang muncul sebagai penyebab dari aksi-aksi perlawanan yang dilakukan oleh petani Satu faktor internal yang muncul adalah kesadaran kolektif, sedangkan dua faktor eksternal yang muncul adalah keterlibatan pihak luar, dan kesempatan politik.

Masing-masing faktor tersebut memunculkan aksi (=strategi) yang berbeda dalam melakukan perlawanan. Perubahan besar pada strategi perlawanan terjadi ketika usaha mereka gagal dalam meminta tolong pemerintah untuk membatalkan proyek pertambangan besi. Kejadian ini merupakan proses kesadaran kolektif, karena mereka mengevaluasi, dan mengubahstrategi perlawanan.

Kemunculan faktor yang sama pada periode yang berbeda tidak berarti memunculkan strategi perlawanan yang sama. Bagaimana faktor dapat muncul, pihak mana yang terlibat disitu, dan dalam situasi seperti apa ia (faktor) muncul menentukan bagaimana strategi perlawanan petani dipilih.

55