• Tidak ada hasil yang ditemukan

Adiwobowo, Soeryo, et al. 2009. Analisis Isu Permukiman di Tiga Taman

Nasional Indonesia. Bogor: SAINS Sajogyo Institute.

Afif, Suraya. A. 1992. Makalah Utama : Partisipasi Masyarakat dalam Menunjang Konservasi Biodiversity di Hutan disampaikan dalam Lokakarya Konservasi Biodiversity di Hutan Produksi. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.

Hersey, Paul dan Kenneth H. Blanchard. 1982. Manajemen Perilaku Organisasi: Pendayagunaan Sumberdaya Manusia. Jakarta:Penerbit ErlanggaMitchell, Bruce. 1997. Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Mitchell, Bruce. 1997. Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Muhtaman, Dwi. R. 1997. Akses Pemanfaatan Sumberdaya Keanekaragaman Hayati. Bogor: Laboratorioum Konservasi Tumbuhan, Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor bekerjasama dengan Lembaga Alam Tropika Indonesia (LATIN).

Parthana, I Gede Surya. 1997. Studi Peranan Ekoturisme terhadap Pendapatan Domestik Sekitar Kawasan Wisata Taman Nasional Bali Barat. Skripsi. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3S.

Sugiarti, Rara. 2000. Ekowisata, Pemberdayaan Masyarakat, dan Pelestarian Lingkungan dipresentasikan dalam Prosiding Semiloka Nasional:

Konservasi Biodiversitas untuk Perlindungan dan Penyelamatan

Plasma Nutfah di Pulau Jawa. Surakarta: Panitia Konservasi Biodiversitas Flora dan Fauna di Gunung Lawu, Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Sebelas Maret.

Sudarto, Gatot. 1999. Ekowisata: Wahana Pelestarian Alam, Pengembangan

Ekonomi Berkelanjutan, dan Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta:

Yayasan Kalpataru Bahari bekerjasama dengan Yayasan

Keanekaragaman Hayati Indonesia.

Tampubolon, Saut Hasiholan. 1997. Partisipasi Masyarakat Desa Sekitar dalam Pengelolaan Wanawisata Curug Nangka di KPH Bogor. Skripsi. Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Wulaningsih, Endah Tri. 2004. Tinjauan terhadap Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Pembangunan Pariwisata. Skripsi. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

LAMPIRAN 1

Nomor : Juni 2004

Lampiran :

Perihal : Legalisasi Pemanfaatan Tradisional di Zona Pemukiman Taman Nasional Laut. Kepada Yth.

Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan.

Di Jakarta

Dalam upaya pemantapan pelaksanaan TUPOKSI Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu (BTNKpS), dan upaya pemaduserasian pembangunan Kabupaten Kepulauan Seribu (yang masyarakat dan daerahnya sangat tergantung pada sumberdaya kelautan Kepulauan Seribu) dengan penguatan pengelolaan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, bersama ini kami (dengan pertimbangan utama pada fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan dan pengawetan keanekaragaman hayati), akan

segera melaksanakan Program Legalisasi dan Sertifikasi

Pemanfaatan Tradisional Masyarakat Kepulauan Seribu di Zona

Pemukiman Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu.

Program tersebut merupakan salah satu pokok rumusan perencanaan dan pengkajian pembangunan multistakeholder Kepulauan Seribu yang telah diselenggarakan oleh Pemda Kabupaten Kepulauan Seribu pada tahun 2003 mulai dari tingkat Kelurahan sampai dengan tingkat Kabupaten. Dengan program tersebut diharapkan (1) Masyarakat Kepulauan Seribu mendapatkan kepastian usaha dan legalitas usaha, (2) PAD dapat digali untuk sebesar-besar kesejahteraan masyarakat dan konservasi sumberdaya kelautannya, (3) korupsi/ suap jalanan dapat dihilangkan atau menghilangkan biaya siluman yang sangat tinggi, sehingga ekonomi masyarakat lebih efisien dan sumberdaya lestari, (4) Sumberdaya Kelautan (Terumbu Karang, Padang Lamun, dan Mangrove) dapat optimal fungsi dan lestari keberadaannya, (5) TNL sebagai KPA dapat optimal fungsi dan lestari keberadaannya sesuai zonasinya, dan khusus zona pemukiman akan dapat membangun citra bahwa TNL dikelola oleh, dari dan untuk Masyarakat, dan (6) Penegakan hukum dapat tegas, konsekuen dan konsisten.

Untuk pelaksanaan program legalisasi dan sertifikasi tersebut, mulai tahun 2003 telah dilakukan survey inventarisasi potensi sumberdaya kelautan Kepulauan Seribu (utamanya kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu), baik jenis potensial pasar dan non pasar, maupun kualitas dan

kuantitas tutupan dan potensinya. Survey akan diselesaikan pada tahun 2004 ini, dan data hasilnya akan dijadikan sebagai dasar utama pemberian legalisasi periijinan dan sertifikasi pemanfaatan sumberdaya alamnya termasuk pemanfaatan tradisional dalam Zona Pemukiman TNL.

Program legalisasi dan sertifikasi akan diberlakukan di seluruh Kepulauan Seribu termasuk dalam kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu kecuali Zona I nti, Zona Perlindungan dan Zona Pemanfaatan Wisata, karena sekitar 60 % Masyarakat Kepulauan Seribu tinggal di 5 Pulau Sangat Kecil yang berada di dalam Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, dan sudah sejak lama sebelum pembentukan Taman Nasional sudah bermatapencaharian pokok sebagai NELAYAN dan sangat tergantung pada sumberdaya kelautan Kepulauan Seribu.

Secara garis besar, khusus yang berkaitan dengan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, LEGALI SASI akan diarahkan pada pemberian I JI N Pemanfaatan Tradisional (Budidaya Karang, Budidaya Kelautan/ Perikanan, Penangkapan I kan Hias, Penangkapan I kan Konsumsi, Penangkapan Biota Laut) pada Zona Pemukiman TNL oleh Bupati Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu dengan rekomendasi BTNKpS, dan dengan memperhatikan daya dukung sumberdaya kelautan lestari dan pengawasan yang terstruktural baik oleh BTNKpS, Pemda Kabupaten, dan Lembaga I ndependent (Terangi, MAC, PKSPL I PB, LI PI , dll). Sedangkan SERTI FI KASI , merupakan instrumen perijinan profesional yang akan dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi (Sucofindo, SGS, MAC, dll) dengan pra kondisi kawasan/ lapangan, pembinaan masyarakat dan teknologi yang akan dilakukan secara sinergis oleh Marine Aquarium Council (MAC), BTNKpS, Pemda Kabupaten, dan Terangi.

Dengan adanya SERTI FI KASI yang tidak lain akan dijadikan sebagai instrumen profesional dalam penguatan fungsi konservasi SDA (perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan) dan TUPOKSI BTNKpS dalam pengelolaan TNL Kepulauan Seribu, utamanya akan memberikan pengaturan, pembinaan dan dampingan kepada Masyarakat Kepulauan Seribu agar dapat memanfaatkan sumberdaya alamnya secara optimal dan lestari, baik kualitas dan kuantitas pemanfaatan sumberdaya alamnya maupun memberikan jaminan keberlangsungan kegiatan pengambilan, budidaya dan perdagangan ikan dan karang hias, yang sebesar-besar kemanfaatnya bagi Masyarakat Kepulauan Seribu.

Kunci pokok laporan kami adalah (1) Masyarakat Kepulauan Seribu sangat tergantung pada pemanfaatan sumberdaya kelautan Kepulauan Seribu, yang apabila tidak diatur pemanfaatannya, SDA akan rusak dan kemanfaatannya tidak efektif dan efisien, (2) Pemanfaatan Tradisional dalam TNL sebagai KPA diperbolehkan (Penjelasan Pasal 32 UU Nomor 5 tahun 1990, dan Pasal 31 PP Nomor 68 tahun 1998), (3) Pemanfaatan

Tradisional akan dapat mendukung dan menguatkan pengelolaan TNL secara nyata, (4) Legalisasi dan sertifikasi merupakan instrumen profesional yang dapat meningkatkan efisiensi penggunaan SDA, meningkatkan PAD untuk konservasi SDA, dan menurunkan pungutan ilegal (suap dan korupsi jalanan), dan (5) kemanfaatan legalisasi dan sertifikasi sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat dan kelestarian SDA-nya.

Program/ Kegiatan yang telah dilaksanakan berkaitan dengan LEGALI SASI dan SERTI FI KASI tersebut adalah Revisi Zonasi Pengelolaan TNL Kepulauan Seribu, dimana saat ini telah terdapat Zona Pemukiman yang mengakomodasikan kebutuhan pokok masyarakat dalam pemanfaatan tradisional di Zona Pemukiman TNL Kepulauan Seribu. Sedangkan Program/ Kegiatan terkait lainnya yang sudah dibahas oleh multistakeholder Kepulauan Seribu dan saat ini sedang dalam proses pembahasan di DPRD DKI Jakarta adalah Revisi Perda DKI Jakarta Nomor 11 tahun 1992 dan Nomor 6 tahun 1999, yang mengakomodasikan pemanfaatan karang (pengambilan dan budidaya karang), penangkapan ikan hias, dan pemanfaatan tradisional (Budidaya Kelautan Alami Tradisional) di Zona Pemukiman TNL. Selain itu sedang dilakukan proses pengusulan adanya kuota karang untuk Propinsi DKI Jakarta, dimana Pemda Kabupaten dan Propinsi segera akan melakukan pembahasan dengan LI PI , Dephut dan instansi terkait lainnya.

Berkaitan dengan program legalisasi dan sertifikasi pemanfaatan tradisional di zona pemukiman Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, dimohonkan dapat diberikan Pedoman Pemanfaatan Tradisional di

Taman Nasional Laut, yang mengakomodasikan Masyarakat

Setempat/ Lokal dapat melakukan kegiatan penangkapan ikan konsumsi, budidaya perikanan dan kelautan, pembangunan kebun induk karang, pengambilan karang, budidaya karang, pengambilan ikan hias, dan pengambilan kerang hias, seperti Pedoman Pemanfaatan Sarang Burung Walet di Zona Pemanfaatan Tradisional di Taman Nasional (tersurat di SK Menhut Nomor 100/ Kpts-I I / 2003 tanggal 19 Maret 2003).

Demikian dilaporkan, mohon petunjuk selanjutnya.

KEPALA BALAI , I r. Sumarto, MM NI P. 710 008 025 Tembusan Kepada Yth.

1. Sekretaris Ditjen PHKA Dephut.

2. Direktur Konservasi Kawasan Ditjen PHKA Dephut.

3. Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Ditjen PHKA Dephut. 4. Kepala Balai KSDA DKI Jakarta selaku Koordinator Wilayah.

DI SEKSI KONSERVASI WI LAYAH I I I PULAU PRAMUKA Rata-Rata Tutupan (% )

No. Pulau

Acropora Non

Acropora Total Kategori Zonasi

Keterangan

1 2 4 5 6 7 8 9

1. Pramuka 9,95 Buruk Zona Pemukiman 1995

2. Karya 21,14 Buruk Zona Pemukiman 2003

3. Panggang 24,93 Buruk Zona Pemukiman 1995

4. Semak Daun 40,00 Sedang Zona Pemukiman 1989

5. Pandan 23,13 Buruk Zona Pemukiman 2000

6. Karang Bongkok 27,31 Buruk Zona Pemukiman 2000

7. Karang Congkak 15,95 Buruk Zona Pemukiman 2000

8. Opak Kecil 12,38 20,93 33,31 sedang Zona Pemukiman 2004

9. Opak Besar (Timur) 5,10 29,43 34,53 sedang Zona Pemukiman 2004

10. Opak Besar (Barat) 13,10 19,71 32,81 Sedang Zona Pemukiman 2004

11. Kaliage Besar 5,40 56,10 61,50 Bagus Zona Pemukiman 1998

12. Kaliage Kecil 2,22 45,20 47,42 sedang Zona Pemukiman 1998

13. Gosong Pramuka 24,73 Buruk Zona Pemukiman 2003

22,72 Buruk 2000

22,29 Buruk 2003

14. Karang Balik layar Zona Pemukiman

5,73 16,83 34,24 Sedang 1998

14,75 Buruk 2000

15. Kotok Besar

16,26 Buruk

Zona Pemanfaatan Wisata

2003

34,20 Sedang 2000

27,43 Buruk 2001

16. Kotok Kecil

33,83 Sedang

Zona Pemanfaatan Wisata

REKAPITULASI

MONITORING PEMBANGUNAN KEBUN INDUK (F0) BUDIDAYA KARANG HIAS DI KEPULAUAN SERIBU

Dokumen terkait