• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterlibatan Masyarakat Pulau Pramuka

USAHA EKOWISATA DI KEPULAUAN SERIBU

7.2 Keterlibatan Masyarakat Pulau Pramuka

Berdasarkan pengamatan lapang dan diskusi dengan beberapa masyarakat Pulau Pramuka pada umumnya mereka mempunyai kemauan besar untuk bisa ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang berkaitan pengembangan ekowisata dan pemanfaatan lingkungan wisata untuk menambah penghasilan mereka. Hal ini dapat terlihat dari kegiatan FRW yang diselenggarakan pada tahun 2003 yang bertujuan untuk mencari solusi permasalahan ekonomi di Kelurahan Panggang salah satunya dengan cara mewujudkan kegiatan wisata alam mandiri berbasis konservasi. Berdasarkan data yang didapatkan melalui kuesioner maka dapat diidentifikasikan adanya bentuk hubungan antara keterlibatan masyarakat yang diwakili oleh kelompok Dolphin Ecotourism dan Elang Ekowisata dengan pihak pemerintah yaitu Taman Nasional dalam usaha ekowisata di Pulau Pramuka. Berdasarkan tinjauan Arnstein (1969), menunjukkan sejauhmana tingkat partisipasi yang dicapai dalam hubungan antara Taman Nasional dengan masyarakat Pulau Pramuka. Baik anggota Dolphin Ecotourism maupun Elang Ekowisata terlibat dalam tingkat partisipasi sampai dengan tingkat kemitraan. Kedua kelompok ini tidak banyak memiliki perbedaan dalam hal keterlibatan mereka dalam usaha ekowisata.

Berdasarkan hasil di lapangan, partisipasi pada tingkatan manipulasi terjadi ketika pihak Taman Nasional mengadakan berbagai macam kegiatan penyuluhan konservasi atau pelatihan pemandu wisata dan selam.. Kegiatan ini bersifat teknis dan bertujuan untuk mendidik dan membangkitkan kesadaran masyarakat untuk berkontribusi dalam upaya konservasi di kawasan TNLKpS. Komunikasi yang terbangun dalam kegiatan ini bersifat searah dan belum ada

bentuk keleluasaan responden dalam menyampaikan pendapat mereka. Tingkatan partisipasi ini banyak dialami oleh responden pelajar dan wanita.

Tingkatan partisipasi pemberitahuan dan konsultasi dirasakan oleh warga ketika pihak Taman Nasional berusaha untuk mengidentifikasi keinginan masyarakat dan mendengarkan aspirasi mereka untuk mengadakan berbagai macam kegiatan pelatihan penunjang pariwisata seperti pelatihan selam dan pemandu wisata. Kegiatan ini diadakan setiap tahun sejak tahun 2007.

Tingkatan partisipasi lain yang dapat teridentifikasi adalah placation

(penentraman). Pada level ini komunikasi telah berjalan baik dan sudah ada negosiasi antara masyarakat dan pemerintah. Masyarakat dipersilahkan untuk memberikan saran atau merencanakan usulan kegiatan. Namun pemerintah tetap menahan kewenangan untuk menilai kelayakan dan keberadaan usulan tersebut. Tingkatan ini terjadi ketika masyarakat memberikan kritik kepada BTNLKpS atas langkah mereka dalam menyelenggarakan ekowisata yang kurang melibatkan masyarakat. Hal ini dinilai tidak kompatibel dengan tujuan mewujudkan kegiatan wisata mandiri berbasis konservasi yang diinisiasi masyarakat dalam FRW dimana masyarakat lokal terlibat didalamnya. Kritikan ini mendapat respon positif dari pihak BTNLKpS sehingga mulai pada tahun 2007 masyarakat mulai dilibatkan dalam kegiatan ekowisata di Taman Nasional.

Tingkatan partisipasi lain yang terindikasi dalam hubungan antara Taman Nasional dengan masyarakat adalah tingkat partisipasi pada tingkat kemitraan. Tingkatan ini terjadi ketika warga berusaha untuk mewujudkan kembali tujuan FRW yang tertunda, melalui sebuah media yaitu SPKP yang difasilitasi oleh BTNLKpS. SPKP diharapkan menjadi wadah untuk mengaspirasikan pendapat

masyarakat yang beragam. Proses awalnya dibentuk suatu Forum Group discussion selama 5 hari untuk mengetahui apa yang sebenarnya menjadi keinginan masyarakat, saling mengutarakan pendapat, brainstorming, mengklasifikasikan kebutuhan masyarakat dan memilih kebutuhan yang paling dipenting diwujudkan.

Selain bermitra dalam kegiatan SPKP ini, pada tingkatan kemitraan ini Dolphin ecotourism dan Elang Ekowisata memiliki keterlibatan yang berbeda dengan pihak Taman Nasional. Perbedaannya adalah Elang Ekowisata telah menjadi lembaga yang dibina dari tahun 2004 oleh Taman Nasional sedangkan Dolphin Ecotourism tidak mendapat pembinaan dari Taman Nasional. Elang Ekowisata ternyata memiliki akses untuk mengadakan upaya kerjasama dengan TNLKpS untuk kelangsungan kegiatan wisata di Pulau Pramuka. Upaya yang

dilakukan adalah dalam hal peminjaman alat-alat penyelaman (diving) dan hal-hal

lain yang bersifat teknis. Hal yang sama juga dilakukan oleh pihak TNLKpS dalam pelaksanaan kegiatan wisata, apabila jumlah tamu yang datang melampaui jumlah alat yang ada, maka pihak TNLKpS akan berkoordinasi dengan Elang Ekowisata untuk menggunakan sebagian dari peralatan yang dibutuhkan,misalnya tabung selam. Perjanjian kerjasama lainnya yang dibina dengan TNLKpS yakni SPTN Wilayah III (Pulau Pramuka) adalah dalam hal :

1. Peminjaman alat selam

2. Mangrove hal ini dilakukan apabila pengunjung ingin melakukan

penanaman mangrove di Pulau Pramuka.

3. Rekomendasi tempat dan informasi

Menurut salah satu informan, partisipasi masyarakat terhadap usaha ekowisata di pulau ini memang memiliki perjalanan yang cukup kompleks:

’Mereka yang sekarang ini pelaku ekowisata seperti dolphin dan elang adalah pelaku yang terlibat secara nyata dalam ekowisata dan sebagian besar dari mereka memang pelajar, sedangkan yang masyarakat di FRW ini terlibat hanya dalam proses pembentukan. Sepertinya, ada dua generasi yang terbentuk di pulau ini, yang terlihat disini adalah masyarakat yang terlibat pada proses dan masyarakat yang terlibat pada aplikasi ekowisata. Seperti, ada mereka yang terlibat di kelas perencana dan ada yang di pelaksana, kalau mau jujur pelaku yang tebentuk sekarang tidak terlibat dalam proses awal, mereka munculnya belakangan sebagai efek kontribusi dalam pengembangan ekowisata. Mereka hanya masyarakat yang melihat peluang, mencoba masuk, dan mampu bekerja di ekowisata, itu juga sebenarnya merupakan suatu peran partisipasi dari mereka dalam ekowisata. Mereka yang ada sekarang ini adalah mereka yang berperan menguatkan ekowisata ini sebetulnya. Baik masyarakat perencana atau pelaksana, mereka sama-sama punya partisipasi. Masalahnya adalah ekowisata ini di pulau ini tidak melembaga, lembaga ekowisata yang direncanakan awal yaitu balong ekowisata malah bubar yang diharapkan menjadi rumah besar ekowisata dan distributor dari ekowisata, malah sekarang diterjemahkan secara lain manjadi tour operator sehingga pelaku2 yang ada sekarang menjadi tidak terorganisir, bekerja sendiri-sendiri sehingga bingung bagaimana mengukur sejauh mana mereka berpartisipasi di ekowisata ini. Dan pemunculan SPKP sekarang adalah bentuk lembaga yang baru muncul dan kami berharap ini menjadi wadah bersama-sama dalam mengembangkan ekowisata. Analoginya perkembangan ekowsiata di pulau ini seperti membuat rumah yang sudah ada pondasi kerangkanya tapi atap yang menaunginya belum ada, sama kayak bikin rumah juga udah ada perabotannya dulu tapi rumahnya ada belakangan’

Dari penggalan wawancara di atas dijelaskan bahwa, pada umumnya masyarakat Pulau Pramuka berpartisipasi dalam usaha ekowisata. Proses pengembangan usaha ekowisata juga masih berjalan sampai sekarang. Kekurangannya adalah belum adanya penguatan institusi lokal yang mengatur berbagai macam kegiatan ekowisata yang muncul akibat ada peluang pemanfaatan kawasan ekowisata baik secara ekonomi maupun ekologi yang berkembang di

masyarakat. Keberadaan institusi lokal berguna dalam mengatur hubungan antara penduduk, sumber daya dan pengunjung. Hal ini jelas membutuhkan perkembangan kelembagaan yang ada di sana. Yang paling baik adalah terbentuk lembaga dengan pimpinan yang dapat diterima semua anggota masyarakat. Penguatan kelembagaan bisa dilakukan melalui pelatihan dan pengembangan individu dengan ketrampilan kerja yang diperlukan. Penguatan kelembagaan dapat berbentuk forum atau perwakilan dari berbagai kelompok amsyarakat.

Hal inilah yang salah satunya ingin diwujudkan dalam kerja sama antara Taman Nasional dan masyarakat dalam pembentukkan SPKP agar menjadi suatu wadah yang mampu menampung aspirasi masyarakat dan mengatur regulasi tentang ekowisata yang telah dan akan berkembang di Pulau Pramuka. Pihak BTNLKpS juga berusaha untuk mengkomuniaksikan ha ini kepada pihak Pemerintah Kabupaten

Sampai saat ini partisipasi masyarakat masih terus berjalan untuk berusaha mewujudkan tujuan bersama antara Taman Nasional dengan masyarakat yaitu menciptakan model desa konservasi di Kelurahan Pulau Panggang serta menciptakan kegiatan ekowisata yang berbasis konservasi di Pulau Pramuka. Sampai saat ini, pendelegasian kekuasaan SPKP menjadi lembaga yang independen masih dalam proses dan musyawarah di BTNLKpS sehingga tingkatan partisipasi pada level teratas yaitu pendelegasian kekuasaan dan kontrol masyarakat masih belum tercapai.

BAB VII

MANFAAT EKOWISATA SECARA EKOLOGI DAN

Dokumen terkait