• Tidak ada hasil yang ditemukan

Zonasi Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu

TAMAN NASIONAL LAUT KEPULAUAN SERIBU DAN PELUANG EKOWISATA

5.3 Wilayah dan Zonasi Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu 1 Wilayah dan Pencapaian ke Lokas

5.3.2 Zonasi, Struktur Akses dan Kontrol Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu

5.3.2.1 Zonasi Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu

Penetapan zonasi di TNLKpS didasarkan pada Keputusan Direktur

membagi kawasan TNLKpS ke dalam 4 zona, yaitu Zona Inti, Zona Perlindungan, Zona Pemanfaatan Wisata, dan Zona Pemukiman seperti yang terlihat dalam gambar 4. Dasar hukum yang melandasi penetapan zonasi di TNKLKpS adalah

a. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam

Hayati dan Ekosistemnya.

b. Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan.

c. Peraturan Pemerintah Nomor 68 dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 68

tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.

d. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 6310/Kpts-II/2002 tanggal 13 Juni

2002 tentang Penetapan kawasan pelestarian alam perairan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu seluas 107.489 (Seratus tujuh empat ratus delapan puluh sembilan) hektar di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

e. Keputusan Direktur Jenderal PHPA Nomor 129/Kpts/DJ-VI/1996 tanggal 31

Desember 1996 tentang Pola pengelolaan kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, taman buru dan hutan lindung

PA NG G A N KA RY SEM A K KA RA NG U 5 o 5 o 5 o 10633’00o 5 38’ o 5 o 5 o 5 o 10633’36o 10636’42o 5 o 10625’00o 10640’00o 5 o 5 o 10626’00o 10628’00o 10632’00o 10635’00o 5 o 10625’00o 5 o 10640’00o KA RA NG KO TO K KO TO K KA RA NG O PA K KA LIAG E KA LIAG E KELA P PA M AG A R BIRA PA NJA N G ENTENG M ELINTA N JUKUN SEBA RU SEBA RU NYAM PLUN PENJA LIRA N PETELO RA N G O SO NG KA RA NG HA NTU ( SEM UT PENJA LIRA N PETELO RA N BELA ND K.A .

Pramuka

Keterangan : Keterangan : Gambar 4. Peta Zonasi Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (Sesuai SK

Dirjen PHKA Nomor : SK. 05/IV-KK/2004)

Gambar 4. Peta Zonasi Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (Sesuai SK Dirjen PHKA Nomor : SK. 05/IV-KK/2004)

Z

Zona I nti

Zona Perlindungan

Zona Pemanfaatan Zona Pemukiman

Pembagian zonasi di Taman Nasional Kepulauan Seribu adalah sebagai berikut :

Zona Inti

Zona Inti merupakan zona yang mutlak harus dilindungi, karena di dalamnya tidak diperbolehkan adanya perubahan apapun oleh aktifitas manusia. Penekanan pengelolaan zona ini lebih dikonsentrasikan pada upaya mempertahankan keutuhan kondisi alam wilayah tersebut tanpa campur tangan manusia. Kegiatan yang diperbolehkan hanya yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan, pendidikan, penelitian, dan penunjang budidaya. Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu terdapat di tiga lokasi, yaitu Zona Inti I, Zona Inti II, dan Zona Inti III.

Zona Inti I

Diperuntukkan sebagai perlindungan penyu sisik (Eretmochelys imbricata)

terletak pada koordinat 5°27′00” - 5°29′00” LS dan 106°26′00″ - 106°28′00” BT,

seluas 1.386 Ha meliputi perairan Pulau Gosong Rengat dan perairan sekitarnya.

Zona Inti II

Diperuntukkan sebagai perlindungan ekosistem mangrove dan tempat

peneluran penyu terletak pada koordinat 5°26′36″ - 5°29′00” LS dan 106°32′00″ -

106°35′00” BT, seluas 2.398 Ha meliputi perairan Pulau Penjaliran Timur dan

Barat, Peteloran Barat dan Timur serta perairan sekitarnya.

Zona Inti III

Diperuntukkan sebagai perlindungan ekosistem terumbu karang terletak

pada koordinat 5°36′00” - 5°37′00” LS dan 106°33′36″ - 106°36′42″ BT, meliputi

Zona Perlindungan

Zona perlindungan merupakan zona yang diperuntukan untuk melindungi

zona inti, merupakan kawasan yang mendukung upaya perkembangbiakan jenis satwa termasuk satwa migran. Kegiatan yang dapat dikembangkan adalah untuk kepentingan pendidikan, penelitian,pengembangan ilmu pengetahuan,kegiatan penunjang budidaya dan wisata alam terbatas. Zona perlindungan terletak pada

koordinat berada pada 5°24′00” - 5°30′00″ LS dan 106°25′00″ - 106°40’00” BT,

seluas 26.28,50 ha,meliputi Pulau Buton, Jagung, Karang Mayang, Rengit, Nyamplung, Sebaru Besar dan Kecil, Lipan, Kapas, Bunder, Hantu Timur dan Barat, Yu Timur dan Barat, Satu dan Kelor Timur beserta perairannya.

Pemanfaatan secara tidak langsung dapat dilakukan di dalam zona ini

yaitu terhadap keberadaan daya tarik obyek wisata alam yang dapat dikunjungi secara terbatas. Kegiatan lain yang dapat dilakukan pada zona ini sudah diarahkan pada kepentingan pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat dimanfaatakan sebagai salah satu unsur penunjang budidaya melalui penelitian.

Zona Pemanfaatan Wisata

Zona pemanfaatan wisata merupakan zona yang dikembangkan untuk

mengakomodasi kegiatan wisata bahari. Pada kawasan tersebut dapat dikembangkan sarana prasarana rekreasi dan pariwisata alam. Zona pemanfaatan

wisata terletak pada koordinat 5°30′00″ - 5°38′00″ - 5°45′00″ LS dan 106°25′00”

Gosong Laga, Gosong Sepa, Sepa Barat dan Timur, Jukung, Melinjo, Cina, Semut Besar dan Kecil, Melintang, Perak, Petondan Barat dan Timur, Panjang Bawah, KA. Melintang, KA. Putri, Tongkeng, Macan Kecil, Putri Besar dan Kecil, Matahari, KA. Bira, Bira Besar dan Kecil, Genteng Besar dan Kecil, Kuburan Cina dan Pulau Bulat beserta perairannya.

Zona Pemukiman

Zona pemukiman merupakan zona yang mengakomodir kepentingan

masyarakat setempat termasuk sarana prasarana pengelolaan dengan

memperhatikan aspek konservasi . zona ini terletak pada koordinat 5°38′00”-

5°45′00” LS dan 106°33′00”-106°40′00” BT, seluas + 17.121 ha yang meliputi

Pulau Dua Barat dan Timur, Kaliage Besar dan Kecil, Semut, Karang Ketamba, Karang Mungu, Opak Besar dan Kecil, Karang Bongkok, Kotok Besar dan Kecil, Karang Congkak, Karang Pandan, Semak Daun, Karya Panggang dan Pramuka serta perairan sekitarnya. Daerah Penyangga berada di luar kawasan taman nasional yang berfungsi melindungi keberadaan taman nasional beserta ekosistemnya terhadap gangguan dari luar kawasan yang dapat membahayakan kelestarian potensi di dalam kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu.

Kegiatan yang tidak sesuai dengan peruntukkan masing-masing zona tersebut ternyata masih terjadi dalam hal penataan kawasan di TNLKpS. Contohnya pada zona pemukiman, meskipun upaya konservasi telah dilakukan, namun masih ada masyarakat yang tidak peduli dalam memperhatikan aspek konservasi tersebut, sehingga kawasan pemukiman juga menjadi salah satu penyebab gangguan yang terjadi pada lingkungan dan ekosistem yang ada.

Melalui hasil wawancara lapang, terlihat karakter masyarakat pulau yang cenderung acuh tidak acuh dengan hal-hal baru dan timbul kecenderungan munculnya individualisme dari tiap orang. Sehingga upaya sosialisasi yang intensif kepada masyarakat akan pentingnya kawasan TNLKpS dan sumberdaya alam hayati yang terkandung didalamnya, cenderung sulit siterima, hanya beberapa kelompok ataupun komunitas masyarakat yang menerima dan menertapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Materi Sosialisasi Zonasi TNLKpS, 2004).

Dokumen terkait