• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur Akses dan Kontrol Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu

TAMAN NASIONAL LAUT KEPULAUAN SERIBU DAN PELUANG EKOWISATA

5.3 Wilayah dan Zonasi Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu 1 Wilayah dan Pencapaian ke Lokas

5.3.2 Zonasi, Struktur Akses dan Kontrol Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu

5.3.2.2 Struktur Akses dan Kontrol Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu

Peluang masyarakat dalam memanfaatkan kawasan wisata yang ada di wilayah Taman Nasional bergantung pada seberapa besar akses dan kontrol yang diberikan oleh pihak Taman Nasional kepada masyarakat untuk berpartisiapsi dalam mengelola dan memanfaatkan kawasan tersebut. Pola akses dan kontrol yang telah ada di wilayah taman Nasional Kepulauan Seribu dapat diklasifikasikan sebagaimana terdapat pada Tabel 10. Beberapa penjelasan tentang ketentuan perbuatan atau kegiatan yang dapat dilakukan di Taman Nasional menurut Zona menurut SK Dirjen PHKA nomor SK 05/IV-KK/2004 adalah sebagai berikut:

a. Wisata Alam adalah kegiatan atau sebagian dari kegiatan yang dilakukan

secara sukarela, bersifat sementara, untuk menikmati gejala keunikan dan keindahan alam di kawasan konservasi.

b. Wisata Bahari adalah kegiatan atau sebagian dari kegiatan yang dilakukan secara sukarela, bersifat sementara, untuk menikmati gejala keunikan, keindahan alam dan pemanfaatan sumberdaya laut, pulau, pantai, dan pesisir.

c. Kegiatan menunjang budidaya adalah kegiatan pemanfaatan plasma nutfah,

baik tumbuhan maupun satwa, yang terdapat dalam kawasan konservasi untuk kepentingan pemuliaan, penangkaran, dan budidaya yang dilakukan di luar kawasan konservasi.

d. Wisata terbatas adalah kunjungan rekreasi dan olahraga yang bersifat sesaat

saja, sedangkan akomodasi berada di Pulau Resort Wisata atau Pulau-Pulau Lain yang berada di luar Zona Inti dan Zona Perlindungan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu. Tidak terdapat pembangunan resort wisata atau pembangunan lainnya, kecuali pembangunan sarana sederhana untuk mendukung kunjungan rekreasi dan olahraga sesaat tersebut.

e. Pemanfaatan Tradisional adalah pemanfaatan sumber daya alam hayati yang

ada dalam kawasan konservasi oleh masyarakat setempat yang secara tradisional kehidupan sehari-harinya tergantung pada kawasan konservasi.

f. Pembinaan Habitat adalah kegiatan berupa pemeliharaan/ perbaikan

lingkungan tempat hidup satwa dan atau tumbuhan dengan tujuan agar satwa dan atau tumbuhan tersebut dapat terus hidup dan berkembang secara dinamis dan seimbang.

g. Pembinaan Populasi adalah kegiatan menambah atau mengurangi populasi

satwa dan atau tumbuhan tertentu dengan tujuan agar satwa dan atau tumbuhan tersebut tetap berada pada kondisi yang dinamis dan seimbang.

h. Jasa Lingkungan adalah produk lingkungan alami dari kawasan konservasi yang dapat berupa udara segar, keindahan dan keunikan alam yang dapat dilihat, dirasa, dan atau dibau yang dapat memberikan kenyamanan bagi manusia.

i. Budidaya kelautan alami tradisional adalah kegiatan budidaya perikanan laut

yang berprinsip dasar pada penggunaan teknologi yang tepat guna dan ramah lingkungan, dan mengutamakan kearifan ekologis, pelestarian alam dan budaya tradisional masyarakat, dengan rambu-rambu pengaturan sebagai berikut :

1) Berlokasi dalam Zona Permukiman Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu.

2) Mengedepankan upaya pemberdayaan masyarakat secara nyata (adanya

transfer teknologi dan menjadi bapak angkat pada 2-3 tahun mendatang).

3) Menggunakan jaring apung dan bangunan yang tidak merusak terumbu

karang dan padang lamun.

4) Melakukan restocking (pelepasan bibit ke alam/laut bebas) sekitar 10 %

hasil budidaya.

5) Membangun sarana yang dapat dijadikan sebagai obyek wisata alam bahari.

6) Biota laut yang dibudidayakan adalah jenis biota lokal (bukan jenis

introduksi atau baru).

7) Melakukan konservasi ekosistem perairan laut atau mengadakan dana

konservasi.

8) Secara periodik dilakukan monitoring dan evaluasi oleh Balai Taman

Zona Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu

Kegiatan

Zona Inti Zona Perlindungan Zona Pemanfaatan

Wisata Zona Pemukiman

ƒ Pendidikan, penelitian, dan penunjang budidaya. ■ - - -

ƒ Monitoring SDA hayati dan ekosistemnya. ■ - - -

ƒ Membangun sarana prasarana untuk monitoring, yang tidak

merubah bentang alam. ■ - - -

• Pendidikan, penelitian, wisata terbatas, dan penunjang

budidaya - ■ - -

• Membangun sarana prasarana untuk kepentingan penelitian, pendidikan dan wisata terbatas, yang tidak merubah bentang alam.

- ■ - -

• Pembinaan habitat, pembinaan populasi, dan pemanfaatan

jasa lingkungan. - ■ ■ ■

• Pemanfaatan tradisional. - ■ ■ ■

• Pemanfaatan kawasan dan potensi dalam bentuk kegiatan

penelitian, pendidikan dan wisata alam/bahari. - - ■ ■

• Pengusahaan wisata alam/bahari oleh dunia usaha. - - ■ ■

• Penangkaran jenis untuk menunjang kegiatan penelitian,

pendidikan, ilmu pengetahuan, dan restocking. - - ■ ■

• Membangun sarpras pengelolaan, penelitian, pendidikan dan

wisata alam/bahari, yang tidak merubah bentang alam. - - ■ ■

• Budidaya kelautan alami tradisional. - - - ■

Diolah dari Laporan keterpaduan pengelolaan Taman Nasional Kepulauan Seribu, 2004 dengan menggunakan kerangka tabel yang

dikembangkan oleh Adiwibowo et al., 2009

Wilayah laut umumnya dikenal sebagai wilayah yang bersifat akses

terbuka (open access) bagi semua pihak. Khusus di Kepulauan Seribu, usaha

pengaturan wilayah perairan laut-nya sudah cukup lama dilakukan, baik melalui peraturan daerah maupun melalui peraturan pusat. Termasuk dilaksanakannya “Program Legalisasi dan Sertifikasi Pemanfaatan Tradisional Masyarakat Kepulauan Seribu di Zona Pemukiman Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu” (dapat dilihat pada lampiran 1).

Sekitar 60 % Masyarakat Kepulauan Seribu, tinggal di 5 Pulau Sangat Kecil yang berada di dalam Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu. Mereka bermatapencaharian pokok sebagai nelayan dan hal ini sudah lama mereka lakukan, jauh sebelum pembentukan Taman Nasional. Mereka sudah dan sangat tergantung pada pemanfaatan sumberdaya kelautan Kepulauan Seribu sehingga Program legalisasi dan sertifikasi telah diberlakukan untuk mengatasi masalah ini. Berbagai macam pola pemanfaatan Taman Nasional Kepulauan Sribu dapat diklasifikasikan sebagaimana yang terdapat pada Tabel 11.

Pola pemanfaatan ruang di TNLKpS sedikit banyak mempengaruhi lingkungan yang ada didalamnya. Dari aktifitas pemanfaatan kawasan tersebut, muncul berbagai kendala dan tantangan dalam pengelolaan TNLKpS, terlebih lagi akses yang terbuka dalam kawasan perairannya sangat menyulitkan untuk melakukan upaya pemantauan dalam hal pengambilan biota laut baik dalam keadaan hidup atau mati, serta kuang kepedulian masyarakat pualu terhadap kebersihan lingkungan baik di sekitar tempat tinggal mereka, maupun di pulau lainnya sementara kebersihan merupakan faktor utama dalam penyelenggaraan wisata bahari di TNLKpS. Langkah sosialisasi secara menyeluruh dan tidak

melupakan kepentingan masyarakat menjadi langkah yang baik dalam menjalin kerjasama antara pihak Taman Nasional dengan masyarakat untuk bersama-sama memanfaatkan kawasan dan sumberdaya alam yang ada dengan bijaksana

Tabel 12 . Pola Pemanfaatan Sumber Daya Alam di Kawasan TNLKpS

No. Kegiatan Aktivitas

1. Penelitian Dasar 2. Penelitian Terapan 1. Penelitian 3. Dokumentasi 1. Karya wisata 2. Widya wisata 3. Pelatihan 2. Pendidikan 4. Dokumentasi 1. Berjemur 2. Snorkeling 3. SCUBA Diving

4. Menangkap ikan (memancing, speargun) 5. Olahraga air

6. Mengumpulkan kerang-kerangan 3. Pariwisata

7. Fotografi/melihat keindahan alam Perikanan

1. Pancing Tongkol 2. Pancing Kotrex 3. Pancing Cumi-cumi 4. Jaring Kongsi/Muroami 5. Jaring Mayang/Pukat Kantong 6. Jaring Gebur

7. Jaring Gardan

8. Pengambilan Teripang 9. Pengambilan Kima

10. Pengambilan ikan hias dan karang hidup 11. Pengambilan Susu bundar

12. Pengambilan Kempak 13. Pengeboman ikan 14. Bagan (Bagan Jalan) A. Perikanan Tangkap:

15. Bubu

1. Keramba Apung

2. Keramba Tancap (Budidaya Kerapu) 3. Budidaya Rumput Laut

4. Budidaya Kerang Mutiara 5. Budidaya Udang

4.

B. Perikanan Budidaya:

6. Budidaya Bandeng 1. Pengambilan pasir laut 5. Pertambangan

Masyarakat 2. Pengambilan karang mati 6. Kehutananan Pengambilan pohon mangrove

Dokumen terkait