• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP KEMATIAN DAN UPACARA KEMATIAN BATAK TOBA 3.1. Konsep Kematian Pada Masyarakat Batak Toba

3.4. Dalihan Natolu Dalam Upacara Adat Kematian

Masyarakat Batak Toba dikenal dalam sistem kekerabatan yang didasari oleh Dalihan Natolu. Sistem kekerabatan dalam masyarakat Batak Toba adalah patrilineal. Dimana, garis keturunan ditarik dari ayah/bapak. Sehingga, anak laki-laki orang Batak Toba sangat dihormati kedudukannya. Dalihan natolu ini sampai saat ini masih melekat dikalangan masyarakat Batak Toba, baik yang berada di perkampungan, ditanah perantauan (parserakan) maupun di perkotaan.

Hampir dalam setiap peradatan masyarakat Batak Toba menghadirkan dalihan natolu. hal itu dikarenakan bahwa kehadiran Dalihan Natolu ini sangat penting dalam setiap adat yang dilaksanakan. Masyarakat Batak Toba msaih memegang teguh sistem kekerabatan tersebut. Salah satunya ialah masyarakat Batak Toba yang tinggal di Kota Pinang, Kampung Beringin. Adat Batak Dalihan Notulu ini adalah mengenai tentang norma, aturan atau ketentuan yang dibuat

untuk mengatur kehidupan atau kegiatan sehari-hari orang Batak Toba baik dalam marga maupun keluarga besar Batak.

Dalihan adalah makanan atau Juhut atau daging. Dalihan Natolu adalah Juhut atau daging yang terdiri dari tiga bagian atau dapat dikatakan Dalihan Natolu adalah Jambar daging tiga bagian. Inilah menurut Natua-Natua Ni Huta (penatua adat) pada masyarakat Batak Toba. Orang yang menerima ketiga bagian Jambar atau Juhut daging ini disebut Unsur Dalihan Natolu. sedangkan kata Tolu dalam Dalihan Natolu itu, karena ada tiga bagian yang tidak boleh jadi makanan umum, tetapi diperuntukkan kepada orang tertentu yang memegang peranan dalam adat itu. Mereka itulah yang disebut unsur Dalihan Natolu.

Seperti yang telah disebutkan diatas, kedudukan setiap orang atau marga ndi dalam ulaon adat batak toba hanya ada tiga kemungkinannya yaitu:

1. Suhut atau Hasuhuton 2. Hula-Hula atau Tulang 3. Boru

Ketiga bagian inilah yang disebut unsur Dalihan Natolu. Sihal-Sihal bukan merupakan satu unsur keempat karena dia termasuk bagian dari sudut. Sihal-Sihal adalah semua orang yang Didokkon (disampaikan) dan dijou (dipanggil) datang dalam satu acara adat diluar unsur Dalihan Natolu. tidak jadi persoalkan apakah dia orang asing atau orang batak, tapi diluar marga unsur Dalihan Natolu itu disebut Sihal-Sihal.

Peranan Sihal-Sihal dalam satu Ulaon (Pesta) adat sangat menentukan karena ada beberapa bagian dari adat itu jadi tanggung jawab Sihal-Sihal. Dalam adat

Suhi Ni Ampang naopat tidak dikenal Sihal-Sihal, inilah salah satu bedanya.

Sihal-Sihal ini telah dijadikan menjadi bagian dari suhut yang Marulaon (yang membuat acara pesta). Sehingga, tugas dan tanggung jawab Sihal-Sihal ini berada dalam tugas Suhut, karena itulah Jambar Sihal-Sihal ini diambil dari Jambar Suhut dan hal itu sampai sekarang masih dijalankan di Kampung Beringin khususnya. Karena Sihal-Sihal bagian dari Suhut, maka dalam adat sekecil apapun atau sesederhana apapun Ulaon (pesta/acara) yang dilaksanakan, Sihal-Sihal itu tetap diikutkan didalamnya walaupun para Tutur Suhut yang lain tidak ikut dipanggil (Dijou) dalam acara pesta adat Ulaon).

Berikut ini adalah kedudukan dari pada unsur Dalihan Natolu yakni sebagai berikut ini:

 Suhut

Dalam upacara adat terkhusus upacara adat kematian Saur Matua yang diadakan didalam rumah (Ulaon Dijabu) maupun acara adat yang dilakukan dihalaman rumah (Ulaon di alaman), suhut ini sangat penting sekali dalam terlaksananya sebuah pesta (Ulaon). Berdasarkan sifat dan bentuknya Ulaon (pesta/acara) Suhut itu dibagi menjadi dua bagian, yakni:

Suhut atau yang mengadakan atau melaksanakan pestan (Ulaon)

Hasuhutan adalah pihak yang mendampingi suhut, termasuk didalamnya Dongan Sahuta (teman satu kampung), semarga serta keluarga Hasuhutan (tuan rumah).

Menurut Dalihan Natolu yang disebut Suhut dan Hasuhutan itu pada setiap Ulaon (acara) ialah Suhut yang Marulaon (yang pesta), Haha Anggi Ni Suhut

(abang adik yang menyelenggarakan acara/pesta), Marga Ni Suhut atau pihak yang satu marga dengan pihak yang menyelenggarakan pesta, dan Dongan Sahuta Ni Suhut atau teman satu kampung pihak yang berpesta (Marulaon).

Keempat unsur Suhut ini memegang peranan dari sejak awal sampai Ulaon (pesta) selesai. Karena keempatnya inilah yang menentukan bentuk serta konsep pesta (Ulaon), luasnya undangan dan banyaknya Juhut (daging) yang disediakan, serta Parsinabung di Ulaon (pesta) itu. Parsinabung adalah kelompok yang tidak bisa menerima Juhut (daging) yang berdarah (Margota).

 Hula-Hula

Dalam acara (Ulaon) adat Batak Toba, posisi Hula-Hula mengalami suatu perubahan atau perbedaan baik dalam adat perkawinan maupun adat kematiannya.

Akibat perubahan itu, maka dibuatlah daftar Hula-Hula dalam dua bagian, yaitu:

o Hula-Hula Ni Marulaon

Hula-Hula Ni Marulaon ini adalah Hula-Hula atau kelompok marga yang berasal dari pihak yang menyelenggarakan pesta (Ulaon).

o Hula-Hula Partuturon

Hula-Hula ini adalah Hula-Hula yang berasal dari partuturan masyarakat Batak Toba. Hula-Hula ini terdiri dari Tulang Ni Suhut, Bona Tulang Ni Suhut, Tulang Bona Ni Ari Ni Suhut, Hula-Hula Ni Na Marhaha Anggi, Hula-Hula Ni Anak.

Dalam pesta adat Batak Toba terkhusus pada pesta adat kematian Saur Matua, Hula ini harus membawa Liat atau Uduran Ni Tulang atau Hula-Hula. Membawa Liat atau Uduran Ni Tulang yang dimaksudkan dalam ini ialah

bahwa Hula-Hula itu harus membawa segala apa yang akan diberikan baik berupa Ulos, uang (Hepeng) dan beras. Uduran Ni Tulang atau Hula-Hula ini ialah Hula sendiri bersaudara, Dongan Tubu Hula, Dongan Sahuta Hula-Hula, Boru Ni Hula-Hula-Hula, dan Pariban dari Hula-Hula.

 Boru

Dalam pesta adat kematian Boru terdiri dari beberapa bagian yakni Boru Ni Suhut (pihak dari keluarga yang berpesta), Boru Ni Haha Anggi (pihak dari abang adik), Boru Ni Marga (pihak satu marga), Boru Ni Haha Anggi Ni Marga (pihak dari abang adik semarga), Bere Laki-Laki (anak dari adik perempuan) dan Mertua Boru. Biasanya, pihak ini berada pada bagian penghidang makanan untuk para semua undangan yang hadir pada acara pesta adat yang sedang berlangsung.

Unsur Boru ini merupakan Boru Ni Hasuhutan yakni pihak atau keluarga yang menyelenggarakan pesta (Ulaon). Masyarakat Kampung ini menyebutnya Parhobas.

Pada pesta adat perkawinan atau pesta adat lainnya Parhobas hanya akan ditugaskan untuk menyiapkan makanan, minuman dalam menjamu para undangan hasuhutan yakni pihak keluarga yang berpesta. Akan tetapi hal itu akan berbeda ketika dalam pesta adat kematian Batak Toba. Dalam pesta adat kematian, para Parhobas akan tambah tugasnya. Para Parhobas selain menghidangkan makanan dan minuman, para Parhobas juga harus menyiapkan dan membuat Jambar atau TuduTudu atau Namargoar Ni Juhut serta mempersiapkan segala peralatan yang akan dipakai. Biasanya, yang menjadi Parhobas dalam pesta adat kematian ialah meliputi:

 Dongan Sahuta Suhut (teman satu kampung pihak berpesta)

 Boru Ni Suhut (dari anak perempuan pihak berpesta)

 Dongan Tubu Ni Suhut (satu marga pihak berpesta)

BAB IV

JAMBAR JUHUT DALAM UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA

Dokumen terkait