• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Dampak Akses dan Partisipasi Kredit terhadap Kinerja

Akses pada kredit dianggap menjadi faktor penting dalam meningkatkan kemampuan usaha kecil dalam mengembangkan usahanya. Studi empiris sebelumnya menunjukkan bahwa aksessibilitas pada kredit dapat memberikan pengaruh terhadap kliennya dengan beberapa saluran, antara lain: peningkatan kinerja usaha, peningkatan kualitas hidup individu dan rumahtangga, pengurangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hiedhues (1995) menambahkan bahwa kredit memiliki peranan dalam meningkatkan pendapatan, meningkatkan lapangan kerja dan dengan demikian dapat mengurangi kemis- kinan. Hal ini diyakini bahwa akses kredit memungkinkan masyarakat miskin untuk mengatasi kendala likuiditasnya dan melakukan beberapa investasi seperti peningkatan penggunaan input, peningkatan teknologi sehingga menghasilkan peningkatan produksi .

Beberapa studi empiris menunjukkan bahwa aksessibilitas pada kredit memiliki pengaruh positif terhadap kinerja usaha (Kuzilwa, 2005; Cunha, 2007; Ojo, 2009; Ekpe et al., 2010; Nkurunziza, 2010). Kredit dapat membantu pengusaha dalam peningkatan pendapatan, peningkatan produksi, investasi, ketenagakerjaan, dan kesejahteraan pengusaha (Ekpe et al., 2010). Selanjutnya, Nkurunziza (2010) menyatakan penggunaan kredit dari bank dapat mengatasi kendala likuiditas dan meningkatkan investasi dan profitabilitas. Perusahaan- perusahaan yang menggunakan kredit tumbuh lebih cepat daripada yang tidak menggunakan kredit, dan juga menunjukkan bahwa perusahaan kecil yang memperoleh kredit akan tumbuh lebih cepat dari perusahaan besar.

Nkuah et al. (2013) menunjukkan bahwa keberhasilan usaha kecil yang ditunjukkan oleh margin keuntungan yang lebih besar dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti penggunaan dua sumber pembiayaan. Sumber pembiayaan yang dimaksud adalah pinjaman komersial berupa kredit dari lembaga keuangan termasuk kartu kredit, kredit dari lembaga kredit milik negara atau hibah

pemerintah, serta mengandalkan dukungan kebijakan usaha kecil dari pemerintah. Joeveer (2006) juga menemukan bahwa kredit dari bank memiliki pengaruh positif pada indikator kinerja usaha kecil. Kredit mempengaruhi investasi dan fixed asset dari usaha kecil. Kredit juga mempengaruhi penerimaan, biaya tenaga kerja dan jumlah tenaga kerja yang digunakan oleh usaha kecil. Selain itu, Wang (2013) menemukan bahwa microfinance memiliki peranan yang sangat penting bagi penerimaan dan pertumbuhan profit usaha kecil.

Selanjutnya, Quaye (2011) menemukan bahwa microfinance berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dari usaha kecil di Kota Kumasi Ghana. Lembaga keuangan mikro berperan dalam meningkatkan akses pada kredit, peningkatan tabungan, pemberian bisnis, dan pelatihan keungan dan manajerial kepada usaha kecil. Hasil studi Morris dan Barnes (2005) yang menguji dampak tiga bentuk keuangan mikro di Uganda menunjukkan bahwa nasabah program microfinance mengalami peningkatan produk dan jasa-jasa baru, memiliki lokasi perusahaan dan pasar yang berkembang, biaya pembelian persediaan yang berkurang, dan peningkatan volume penjualan.

Kredit dan tabungan merupakan dua komponen penting dalam membantu pengusaha meningkatkan usahanya (Vonderlack dan Schreiner, 2001; Ojo, 2009). Tabungan dan kredit memiliki pengaruh positif pada peningkatan produktivitas perusahaan di Nigeria (Ojo, 2009). Tabungan dan kredit juga ditemukan memiliki efek positif pada kesejahteraan perempuan pengusaha di Bangladesh, Indonesia, Ghana dan Meksiko (Vonderlack dan Schreiner, 2001). Kredit, tabungan dan pelatihan ditemukan memiliki dampak positif pada pendapatan dan kesejahteraan perempuan pengusaha di Haiti, Kenya, Malawi dan Nigeria (UNCDF / UNDP, 2003).

Bukti empiris juga menunjukkan bahwa kredit akan memberikan dampak yang lebih nyata terhadap usaha jika diiringi dengan adanya pelatihan terhadap usaha kecil (Kuzilwa, 2005; Fasoranti et al.,2006; Cunha, 2007). Kuzilwa (2005) menyatakan kredit dan pelatihan berdampak positif pada kinerja perempuan pengusaha di Tanzania. Kredit dan pelatihan harus dilaksanakan bersama-sama agar memberikan peranan yang lebih baik bagi usaha kecil. Cunha (2007) menambahkan bahwa keterampilan dan pelatihan diperlukan bagi pengembangan

usaha kecil karena memberikan keterampilan usaha yang dibutuhkan untuk usaha kecil dan menyediakan kompetensi manajerial yang dibutuhkan bagi perusahaan. Fasoranti et al. (2006) menguji dampak microcredit dan pelatihan pada efisiensi dari pengusaha skala kecil di Nigeri, yang menemukan program pelatihan kewirausahaan yang terstruktur dengan baik dan dilengkapi dengan akses kredit yang mudah dapat memfasilitasi peningkatan efisiensi yang diinginkan bagi pelaku usaha skala kecil.

Beberapa penelitian tentang dampak kredit terhadap ekonomi rumahtangga telah banyak dilakukan seperti dampak kredit terhadap diversifikasi dan meningkatkan sumber pendapatan, membantu mengatasi fluktuasi penghasilan, mempertahankan dan memperlancar tingkat konsumsi rumahtangga. Untuk meningkatkan pertumbuhan yang berkelanjutan dan percepatan dalam operasi usaha kecil, kegiatan pemantauan yang ekstensif harus disediakan untuk nasabah yang diberikan pinjaman. Zeller dan Sharma (1998) berpendapat bahwa keuangan mikro dapat membantu dalam perbaikan atau pembentukan perusahaan keluarga, berpotensi mengurangi kemiskinan dan menciptakan kehidupan ekonomi yang aman.

Zeller et al. (1997) menyatakan bahwa akses kredit mempengaruhi kesejahteraan rumah tangga melalui tiga jalur. Jalur pertama adalah melalui pengurangan kendala modal pada rumahtangga, akses kredit secara nyata dapat meningkatkan kemampuan rumahtangga miskin untuk memperoleh sarana produksi pertanian. Mengurangi kendala modal melalui pemberian kredit, mengurangi biaya peluang aset padat modal relatif terhadap tenaga kerja keluarga, sehingga mendorong adopsi teknologi yang memberikan hasil lebih tinggi, sehingga meningkatkan produktivitas lahan dan tenaga kerja. Jalur kedua adalah dengan meningkatkan kemampuan risk-bearing rumahtangga dan dengan mengatasi strategi risiko, dan jalur ketiga adalah kelancaran konsumsi.

Aghion dan Morduch (2005) juga menyatakan bahwa kredit dapat mempengaruhi outcomes rumahtangga melalui berbagai saluran. Keuangan mikro dapat membantu rumahtangga memiliki kehidupan yang lebih mapan. Kredit dapat menghasilkan efek pendapatan yang mendorong tingkat konsumsi total, peningkatan kesejahteraan anak-anak, peningkatan kesehatan dan pendidikan.

Zaman (2000) menemukan bahwa partisipasi dalam program kredit mikro mengurangi kerentanan dengan memperlancar konsumsi, membangun aset, dan memberikan bantuan darurat selama bencana alam. MkNelly dan Dunford (1999) juga menemukan bahwa akses pada kredit memiliki dampak positif terhadap pendapatan dengan mengontrol potensi bias dengan menetapkan kelompok masyarakat program atau kelompok kontrol.

Coleman (1999) menyelidiki dampak dari microfinance di Thailand menunjukkan bahwa terdapat suatu dampak positif dari program bank desa pada beberapa ukuran kesejahteraan keluarga. Dampak program bank desa menunjukkan hasil yang positif dan nyata terhadap peningkatan kesejahteraan, tabungan, pendapatan, waktu tenaga kerja, dan produktivitas rumahtangga yang menjadi pengurus program. Perbedaan dampak antara pengurus dan anggota dapat menjadi hasil dari perbedaan akses terhadap kredit.

Microfinance dan akses pada kredit juga memiliki dampak yang positif terutama kepada pengurangan kemiskinan dan pemberdayaan perempuan. Imai et al. (2010) menguji dampak akses rumahtangga pada microfinance dalam mengurangi kemiskinan di India. Hasil studinya menunjukkan kredit mikro memainkan peranan penting dalam mengurangi kemiskinan. Akses pada kredit mikro berdampak mengurangi rata-rata kemiskinan. Morris dan Barnes (2005) meneliti tentang dampak tiga program keuangan mikro di Uganda, yaitu FINCD (the Foundation for International Community Assistance), FOCCAS (the Foundation for Credit and Community Assistance) dan PRIDE (the Promotion of Rural Initiatives and Development Enterprise). Program keuangan mikro tersebut berdampak pada rumahtangga nasabah yang meliputi penambahan usaha baru, peningkatan jumlah pengeluaran pada aset yang tahan lama dan input-input pertanian, peningkatan jumlah lahan pertanian yang ditanami, dan peningkatan pendapatan rumah tangga petani. Program keuangan mikro membantu rumahtangga untuk mengurangi vulnerabilitas keuangan melalui diversifikasi sumber pendapatan dan akumulasi aset.

Aghion dan Morduch (2005) menyatakan bahwa microfinance dapat meningkatkan daya tawar perempuan dalam rumahtangga. Perempuan akan menjadi diberdayakan dan memiliki kontrol yang lebih besar atas sumberdaya dan

keputusan rumahtangga. Keuangan mikro cenderung memberikan perlindungan kepada perempuan dalam rumahtangga, karena dengan meningkatnya pendapatan rumahtangga secara umum juga dapat mengurangi konflik anggota rumahtangga. Penghasilan yang bertambah menyebabkan perempuan bisa mendapatkan pengaruh dalam rumahtangga, sehingga menggunakan pendapatan tersebut untuk mendorong belanja lebih besar dalam bidang yang menjadi perhatian khusus bagi perempuan

Mayoux dan Hartl (2009) menyatakan perluasan microfinance telah meningkatkan akses perempuan secara nyata pada fasilitas kredit kecil dan tabungan. Peningkatan akses ini tidak hanya berkontribusi pada pengurangan kemiskinan dan sustainability keuangan, tapi juga berkontribusi terhadap pemberdayaan ekonomi, peningkatan taraf hidup, pemberdayaan sosial dan politik dari perempuan itu sendiri. Peningkatan akses perempuan dalam microfinance dapat menyebabkan peningkatan pemberdayaan ekonominya. Peran perempuan dalam manajemen keuangan rumahtangga dapat meningkat. Hal ini memungkinkan perempuan untuk memulai kegiatan ekonominya sendiri, berinvestasi lebih banyak dalam kegiatan-kegiatan yang ada, memperoleh aset atau meningkatkan statusnya dalam kegiatan ekonomi rumahtangga melalui kontribusi modalnya yang terlihat. Peningkatan partisipasi dalam kegiatan ekonomi dapat meningkatkan pendapatan perempuan dan pendapatan rumahtangga. Pada gilirannya, dapat memungkinkannya untuk meningkatkan investasi jangka panjang dan produktivitas kegiatan ekonomi. Peningkatan akses perempuan ke microfinance dapat meningkatkan kesejahteraan rumahtangga, yang berhubungan dengan kegiatan anggota rumahtangga lainnya, misalnya suami atau anak-anak. Pilihan penyaluran kredit atau tabungan untuk rumahtangga melalui perempuan dapat memungkinkannya untuk memainkan peran yang lebih aktif dalam pengambilan keputusan intrahousehold, penurunan kerentanannya dan rumahtangga, dan meningkatkan investasi bagi kesejahteraan keluarga. Situasi ini dapat bermanfaat kepada anak-anak melalui peningkatan pengeluaran untuk nutrisi dan pendidikan. Garikipati (2008) juga menunjukkan bahwa keuangan mikro untuk perempuan bisa memperkuat kemampuan rumahtangga untuk mengatasi kerentananan terutama pada kelompok pendapatan yang paling miskin.

Oleh karena itu, kredit mikro dapat menjadi kendaraan yang kuat untuk meningkatkan pendapatan dan melindungi rumah tangga dari resiko krisis.

Hasil berbeda mengenai dampak dari kredit dikemukakan oleh Buckley (1997), Coleman (1999) dan Diagne dan Zeller (2001). Buckley (1997) menyatakan bahwa hanya ada sedikit bukti yang menunjukkan bahwa microfinance memiliki dampak yang nyata dan berkelanjutan dalam hal pengembangan usaha kecil, peningkatan arus pendapatan dan penyerapan tenaga kerja. Artinya bahwa perbaikan akses terhadap kredit tidak cukup untuk meningkatkan pengembangan usaha kecil jika tidak disertai dengan perubahan atau perbaikan teknologi dan teknik produksi.

Coleman (1999) juga menunjukkan bahwa kredit perbankan pedesaan tidak memberikan dampak nyata terhadap akumulasi aset dan fisik. Peminjam pada akhirnya masih terikat dalam lingkaran setan utang karena menggunakan pinjaman dari bank desa untuk keperluan konsumsi dan untuk membayar pinjaman ke bank desa, peminjam dipaksa untuk meminjam kepada rentenir dengan suku bunga yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kredit bukan merupakan satu-satunya alat yang efektif untuk membantu masyarakat miskin dan usaha kecil untuk keluar dari kemiskinan atau meningkatkan kondisi ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan program kredit harus disertai dengan program-program lain yang bertujuan membangun kemampuan ekonomi usaha kecil. Hambatan lain yang dihadapi oleh usaha kecil seperti kurangnya akses ke pasar, kurangnya kemampuan teknis produksi juga harus diatasi sejalan dengan peningkatan akses terhadap kredit.

Hal senada juga disampaikan Diagne dan Zeller (2001) dalam penelitiannya di Malawi yang menunjukkan bahwa keuangan mikro tidak memiliki dampak yang nyata terhadap pendapatan rumahtangga dan tidak berpengaruh pada pengembangan usaha kecil. Investasi dalam kegiatan usaha kecil tidak akan berpengaruh dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga karena infrastruktur dan pasar tidak berkembang. Babajide (2012) juga menemukan bahwa akses ke keuangan mikro tidak meningkatkan pertumbuhan usaha mikro dan kecil di Nigeria. Namun, karakteristik lain seperti ukuran bisnis dan lokasi usaha memiliki efek positif pada pertumbuhan perusahaan. Hasil ini merekomendasikan untuk

merekapitalisasi skema keuangan mikro untuk meningkatkan kapasitasnya dalam mendukung pertumbuhan dan perluasan usaha kecil.