• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK EKONOMI PARIWISATA TERHADAP NEGARA INDONESIA

PENGARUH KEPARIWISATAAN TERHADAP PEREKONOMIAN

B. DAMPAK EKONOMI PARIWISATA TERHADAP NEGARA INDONESIA

memberi keuntungan dan memberi hasil yang bukan sedikit dan bahkan memberikan pendapatan (income) utama, melebihi ekspor bahan-bahan mentah, hasil tambang yang dihasilkan negara tersebut.

Sebagai akibat lebih jauh, dengan adanya lalu lintas orang-orang yang melakukan perjalanan wisata tadi, yaitu mereka yang mencari kemakmuran lebih tadi, ternyata memberi dampak terhadap perekonomian di negara yang dikunjungi. Dampak yang dimaksudkan antara lain adalah :

- Memberikan kesempatan kerja atau dapat memperkecil pengangguran.

- Peningkatan penerimaan pajak dan retribusi daerah.

- Meningkatkan pendapatan nasional (national income).

- Memperkuat posisi neraca pembayaran (net balance payment).

- Memberikan efek multiplier dalam perekonomian setempat.

Jadi mengembangkan industri pariwisata pada suatu negara, tujuan utamanya adalah untuk menggali dan meningkatkan nilai-nilai ekonomi sebagai akibat adanya orang-orang melakukan perjalanan wisata di negara tersebut.

B. DAMPAK EKONOMI PARIWISATA TERHADAP NEGARA INDONESIA

Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menyetujui suatu metode pengukuran dampak ekonomi pariwisata yang disebut dengan Tourism Satelite Account (TSA). TSA ini merupakan satu-satunya satelite account yang telah disetujui oleh PBB dari berbagai sektor ekonomi lainnya. Indonesia melalui Badan Pusat Statistik dan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata serta Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata mulai menerapkan dan mengembangkan TSA pada tahun 2001 yang dikenal dengan istilah Neraca Satelit Pariwisata Nasional (NESPARNAS), dengan hasil secara garis besar diuraikan pada berikut ini.

Pada tahun 2000 sektor pariwisata memberikan kontribusi sebesar Rp 238,6 triliun atau 9,27% terhadap produk nasional dan kontribusi pariwisata mencapai 9,38% (Rp 128,31 triliun) dari total PDB Indonesia sebesar Rp 1.368 triliun (BPS, 2001). Hal menarik yang patut dikemukakan adalah bahwa pencapaian sebesar itu diperoleh melalui peranan investasi kepariwisataan yang hanya mencapai 5,24% dari total investasi nasional. Sementara itu peranan dalam penyediaan lapangan kerja mencapai 7,36 juta orang atau 8,11% dari total lapangan kerja nasional sebesar 89,3 juta orang. Demikian juga dapat diungkapkan bahwa penyediaan upah dan gaji dari sektor pariwisata mencapai Rp 40,09 triliun, 9,87% dari penyediaan upah secara nasional sebesar Rp 406 triliun. Selain itu kontribusi pajak tak langsung mencapai 8,29% dari total pajak tak langsung sebesar Rp 61 triliun.

Bagi Indonesia, sektor pariwisata semakin berperan dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Itu sebabnya, pemerintah telah menetapkan sektor pariwisata, sebagai sektor prioritas dalam pembangunan. Sebagai sektor ekonomi, pariwisata memiliki potensi dan keunggulan antara lain :

1. Memberikan sumbangan terhadap penerimaan devisa yang sangat diperlukan untuk membiayai pembangunan nasional, meringankan beban utang negara dan memelihara nilai mata uang Rupiah terhadap mata uang asing.

2. Penciptaan lapangan kerja tidak hanya terbatas di kota tetapi justru menyebar ke pedesaan.

3. Memperluas kesempatan berusaha sektor formal dan informal, usaha besar, menengah, kecil dan koperasi.

4. Peningkatan pendapatan pemerintah pusat dan daerah melalui berbagai pajak dan retribusi.

6. Pemerataan, pembangunan dan mengurangi ketimpangan pembangunan baik secara struktural, spesial dan sektoral.

Disamping pariwisata mampu memberikan dampak ekonomi terhadap pemerintah dan masyarakat, pariwisata mampu menjadi wahana bagi masyarakat untuk meningkatkan rasa cinta tanah air dan pelestarian lingkungan hidup melalui kegiatan wisata nusantara yaitu dari kota ke desa dan sebaliknya, antar kota, antar propinsi, dan antar pulau.

Penerapan paradigma pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan diharapkan akan memperkecil dampak negatif terhadap perusakan lingkungan hidup, nilai budaya dan tradisi. Keterlibatan masyarakat di dalam kepariwisataan di samping memberikan manfaat ekonomi juga sekaligus memberikan manfaat politik berupa dukungan terhadap pariwisata, terhadap pemerintah dan dunia usaha.

Kawasan Asia Pasifik terdapat 4 (empat) sub kawasan pariwisata yaitu Asia Timur Jauh, Asia Tenggara, Oscania dan Asia Selatan. Kawasan Asia Tenggara mengalami pertumbuhan tertinggi diantara kawasan lainnya.

Dari 5 negara destinasi pariwisata utama di Asia Tenggara, Thailand masih merupakan negara yang paling besar menerima devisa dari kegiatan pariwisata internasional seperti terlihat pada Tabel 4 dibawah ini :

Tabel 4

Data Penerimaan Devisa Untuk Kawasan Asia Tenggara

Negara

Jumlah Wisman (juta) Pendapatan Devisa (USD miliar) 2003 2004 Pertum-buhan 2003 2004 Pertum-buhan Thailand 10,004 11,651 16,5% 7,828 10,034 28,2% Malaysia 10,577 15,703 10,3% 5,901 8,198 38,9% Indonesia 4,467 5,321 19,1% 4,037 4,798 18,8% Singapura 5,703 n.a. - 3,787 5,090 34,4% Filipina 1,907 2,291 20,2% 1,545 2,012 30,2% Sumber : Tourism Highlight 2005, UN-WTO, 2005

Data tersebut di atas memberikan gambaran bagaimana ketatnya pesaingan di antara negara-negara Asia Tenggara tersebut dalam meraih pendapatan dari wisatawan mancanegara yang datang ke region ini. Masing-masing negara memiliki kekuatan dan kelemahannya Masing-masing-Masing-masing seperti dapat dilihat di bawah ini :

Negara Kekuatan Kelemahan

Thailand  Atraksi wisata budaya

 Infrastruktur, fasilitas dan pelayanan pariwisata

 Citra negatif pariwisata  Dominasi kepemilikan usaha

oleh orang asing Malaysia  Aksesibilitas

 Fasilitas dan pelayanan pariwisata

 Kemampuan untuk menahan wisman lebih lama

 Keragaman atraksi wisata Singapura  Infrastruktur dan aksesibilitas

(Hub penerbangan)

 Fasilitas dan pelayanan wisata

 Keterbatasan destinasi  Kemampuan untuk

mena-han wisman lebih lama Filipina  Atraksi wisata alam &

budaya

 Keragaman destinasi

 Keamanan

 Citra negatif pariwisata Vietnam  Kekayaan heritage tourism

 Atraksi wisata alam dan budaya

 Terbatasnya infrastruktur  Belum terbentuknya citra

sebagai destinasi pariwisata

Sedangkan kekuatan, kelemahan dan peluang pembangunan kepariwisataan Indonesia seperti yang dapat dilihat di bawah ini :

Kekuatan Kelemahan Peluang

 Kekayaan budaya

 Kekayaan daya tarik wisata alam

 Keragaman aktivitas wisata yang dapat dilakukan

 Lokasi wisata bahari terbaik di dunia

 Kekayaan jenis dan ragam kuliner

 Kehidupan masyarakat (living culture) yang khas

 Pengemasan daya tarik wisata  Terbatasnya diversifikasi produk  Masih lemahnya pengelolaan destinasi pariwisata

 Kualitas pelayanan wisata

 Disparitas pembangunan kawasan pariwisata

 Interpretasi, promosi dan komunikasi pemasaran  Kualitas SDM  Kondisi keamanan  Keramahtamahan penduduk  Kemajemukan masyarakat

 Jumlah penduduk yang dapat berperan serta dalam kepariwisataan

Disamping kondisi tersebut di atas, masih ditemui dilema (paradox) dalam pengembangan industri pariwisata di Indonesia. Sifat paling mendasar dari investasi pada industri pariwisata adalah “High Investment, Not Quick Yield” artinya investasi di bidang pariwisata membutuhkan investasi yang besar dengan tingkat pengembalian yang lama (jangka panjang). Kondisi ini sungguh tidak menarik bagi kebanyakan stakeholders kepariwisataan yang menyukai memiliki budaya “instant and shortcut” dimana mereka lebih menyukai melakukan investasi yang dapat segera memberikan keuntungan. Sehingga para investor tidak tertarik menanamkan modalnya dalam mengembangkan usaha pariwisata.

Dalam konteks ini diperlukan integrasi usaha pariwisata (tourism business integration) yang merupakan sinergi pelaku kepariwisataan secara horisontal maupun vertikal dan memberikan keuntungan atau manfaat bagi masing-masing pihak. Oleh karenanya diperlukan bentuk-bentuk insentif yang mampu merangsang timbulnya investasi di bidang kepariwisataan dengan menggunakan manajemen partisipatoris dengan melibatkan seluruh stakeholders baik masyarakat, dunia usaha, lembaga keuangan, pemerintah daerah (provinsi, kabupaten, maupun kota), serta pemerintah pusat.

Pada tabel-tabel berikut ini disajikan sebagai indikator ekonomi perkembangan kepariwisataan di Indonesia yang dapat dipergunakan dalam mengembangkan kepariwisataan di berbagai daerah khususnya dalam konteks pengembangan wisata bahari yang memiliki potensi sangat besar, mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan.

Tabel 5

Pendapatan dari Sektor Pariwisata (dalam Rupiah)

Komponen Pengeluaran 2002 2003

1. Wisman di DN 38,10 Triliun 33,32 Triliun

2. Wisnus di DN 68,82 Triliun 70,87 Triliun

3. Investasi pada sektor pariwisata 15,61 Triliun 17,24 Triliun 4. Wisatawan ke LN (Outbound) di 0,45 Triliun 0,47 Triliun

Dalam Negeri

5. Anggaran Pemerintah di sektor Pariwisata

1,87 Triliun 2,39 Triliun

Total 124,85 Triliun 124,29 Triliun

Sumber : Biro Pusat Statistik, 2005

Tabel 6

Dampak Pariwisata dalam Parameter Ekonomi

Dampak 2002 2003 Nilai Dari Total Nilai Dari Total Output (Rp) 209,20 T 6,11% 212,41 T 6,01% PDB (Rp) 98,59 T 6,12% 99,24 T 5,55% Upah & Gaji (Rp) 29,94 T 6,41% 29,31 T 5,49% Pajak (Rp) 5,56 T 7,81% 5,11 T 5,86% Lapangan Kerja 7,96 juta 8,69% 7,52 juta 8,28%

Sumber : Biro Pusat Statistik, 2005

Tabel 7

Besaran Investasi pada Sektor Pariwisata Tahun 2004 (dalam Rupiah)

No. Usaha PMA PMDN Unit Nilai Unit Nilai

1 Hotel 19 3.833,00 miliar - - 2 Fasilitas Rekreasi 9 400,00 miliar 1 55,00 miliar 3 Wisata Bahari 3 2,75 miliar 1 0,20 miliar 4 Biro Perjalanan 8 11,95 miliar 3 11,85 miliar 5 Restoran 25 173,90 miliar 6 6,00 miliar 6 Kawasan Pariwisata - - 1 35,00 miliar 7 Konsultan Pariwisata 8 762,00 miliar -

Sub Total 72 5.184,30 miliar 12 108,05 miliar Total 84 unit 5.292,35 miliar

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal, 2005

Tabel 8

Kontribusi Pariwisata dalam Perolehan Devisa (dalam Miliar USD)

Sektor 2002 2003 2004

1. Minyak dan gas 12,29 13,65 15,59

2. Pariwisata 4,50 4,03 4,70

3. Garment 3,57 3,89 4,27

4. Industri kayu lapis 1,62 3,16 3,41

5. Industri elektronik n.a. 3,12 3,23

Sumbangan Pariwisata Terhadap Total Ekspor

10,21% 10,35% 10,76%

C. HASIL-HASIL DAN MANFAAT KEPARIWISATAAN TERHADAP

PEREKONOMIAN