• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.6. Dampak kegiatan wisata

Pengelolaan kawasan Pantai Cerocok Painan untuk pengembangan kegiatan wisata diperkirakan akan memberikan dampak. Dampak tersebut berupa dampak positif maupun dampak negatif (Tabel 20).

Tabel 20. Perkiraan dampak dari kegiatan wisata di Pantai Cerocok Painan

No Jenis kegiatan wisata Dampak

1. Peluang mata pencaharian (+++)

2. Peningkatan pendapatan (+++)

3. Sosial budaya (+)

4. Kerusakan lingkungan (---)

5. Kecemburuan sosial (--)

6. Perubahan kultur sosial budaya (-)

Keterangan, (modifikasi Rangkuti, 2009) (+++) : Sangat berdampak positif (++) : Cukup berdampak positif (+) : Berdampak positif (-) : Berdampak negatif (--) : Cukup berdampak negatif (---) : Sangat berdampak negatif

1. Peluang mata pencaharian

Adanya kegiatan wisata dapat menjadi peluang sebagai mata pencaharian bagi penduduk sekitar. Peluang mata pencaharian yang dapat terjadi antara lain menjual makanan, minuman, cenderamata, pegawai dalam kawasan seperti penjaga loket karcis dan parkir. Peluang tersebut akan memberikan penghasilan tambahan sebagai pemasukan bagi penduduk. Wawancara yang dilakukan kepada beberapa orang responden diketahui bahwa pekerjaan masyarakat sekitar yang dominan adalah wiraswasta dan nelayan. Banyak para wiraswasta yang mendapat penghasilan dengan berdagang disekitar kawasan Pantai Cerocok Painan. Bagi nelayan pun, juga memberikan penghasilan tambahan dari penjualan hasil tangkapan kepada pengunjung. Namun kondisi ini tidak berjalan dengan baik, akibat rendahnya keahlian yang dimiliki masyarakat sekitar membuat mereka hanya menjadi pekerja pada umumnya dan terkendala dengan modal usaha yang tidak mereka miliki. Sehingga mereka belum berani mengeksplorasi sumberdaya pantai yang ada untuk dijadikan produk olahan. Sebagian besar masyarakat sekitar yang bekerja di kawasan Pantai Cerocok Painan merupakan lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.

2. Peningkatan pendapatan

Keikut sertaan masyarakat sekitar dalam kegiatan wisata memberikan pemasukan tambahan bagi penghasilan mereka. Dari hasil wawancara, seorang ibu yang menjadi responden yang dulunya bekerja sebagai penjual kue keliling dan

sekarang bekerja sebagai wiraswasta disekitar kawasan Pantai Cerocok Painan mengungkapkan memiliki penghasilan bersih sebesar Rp. 150.000 per harinya yang dulunya hanya Rp. 50.000 per hari. Pemasukan tambahan tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Selain itu, pemasukan pemerintah kabupaten pun akan meningkat dengan adanya pengembangan kegiatan wisata di kawasan Pantai Cerocok Painan. Pemasukan tersebut berasal dari pajak dan tiket masuk dari kegiatan wisata.

3. Sosial budaya

Bidang sosial budaya merupakan masuknya informasi–informasi secara tidak langsung dibawa oleh wisatawan yang berkunjung. Hal ini membuat informasi yang masuk ke kawasan ini menjadi lebih cepat. Informasi lebih cepat masuk dengan adanya pengembangan kegiatan wisata yang mengakibatkan peningkatan sarana prasarana.

Perkiraan dampak negatif yang ditimbulkan dari pengembangan kegiatan wisata di kawasan Pantai Cerocok Painan :

1. Kerusakan lingkungan

Pengembangan suatu kawasan untuk kegiatan wisata akan terjadi pembangunan sarana prasarana. Adanya pembangunan dapat mengganggu dan merusak kualitas dan kuantitas sumberdaya alam dan lingkungan di sekitarnya jika tidak memperhatikan kelestarian lingkungan. Kerusakan yang terjadi sebagian besar akibat ulah wisatawan, ada juga yang disebabkan oleh kurangnya perawatan terhadap lingkungan dan sarana prasarana tersebut. Selain itu, pengembangan suatu kawasan untuk kegiatan wisata akan menimbulkan dampak bagi kehidupan sumberdaya alam dan lingkungan sekitar kawasan Pantai Cerocok Painan. Baik dari upaya pengembangan sarana prasarana wisatanya maupun dari kegiatan wisata itu sendiri. Selain itu, dengan adanya berbagai macam kegiatan wisata di kawasan tersebut seperti: membuang sampah sembarangan, merusak sarana dan prasarana, dan tidak menjaga kebersihan lingkungan akan berdampak negatif terhadap kawasan Pantai Cerocok Painan. Lingkungan akan dengan mudah mengalami kerusakan atau penurunan kualitas. Oleh sebab itu, dalam pengembangan kegiatan wisata diperlukan pengelolaan yang sesuai.

2. Kecemburuan sosial diantara masyarakat

Kecemburuan sosial terjadi akibat adanya perbedaan tingkat sosial antara wisatawan dengan masyarakat sekitar. Hal ini disebabkan adanya perbedaan pola pikir penduduk yang menganggap wisatawan itu memiliki tingkat sosial yang lebih tinggi. Wisatawan dapat menghabiskan waktu liburannya untuk berwisata karena mereka bekerja keras. Padahal setiap orang dapat melakukan kegiatan wisata sebagai kompensasi atas hasil kerja kerasnya selama ini. Sebagai usaha menghilangkan kejenuhan selama bekerja, maka memanfaatkan waktu liburan untuk berwisata. Menghilangkan kecemburuan sosial sebaiknya dilakukan pengertian dari sudut agama, melalui pendidikan non formal seperti penyuluhan sehingga penduduk mudah untuk menerimanya.

3. Perubahan sosial budaya

Kegiatan wisata akan menambah lapangan pekerjaan atau penghasilan bagi penduduk sekitar. Namun dampak lain dari kegiatan ini adalah terjadinya penurunan kinerja pada penduduk yang sudah terbiasa mengandalkan pekerjaannya pada kegiatan wisata ini. Penduduk setempat yang bekerja dengan memanfaatkan kegiatan wisata rata–rata tidak memiliki pekerjaan lain. Padahal saat kunjungan sedang sepi mereka dapat memanfaatkan waktu–waktu tersebut untuk mendapatkan penghasilan dari pekerjaan yang lain. Mereka sudah terbiasa mendapatkan penghasilan dari kegiatan wisata dimana penghasilan diperoleh dalam waktu singkat. Sedikit yang mengoptimalkan waktu luang untuk bekerja di bidang yang lain. Wisatawan yang melakukan kunjungan berasal dari berbagai daerah dimana memiliki budaya yang berbeda. Wisatawan memberikan pengaruh dalam hal budaya terlihat pada fashion baju yang mulai berubah. Hal tersebut merupakan pengaruh budaya barat yang diikuti oleh penduduk sekitar.

4.7 Analisis Recreation Opportunity Spectrum (ROS)

Dalam upaya mengembangkan potensi suatu wisata ada beberapa parameter yang harus diperhatikan. Parameter tersebut adalah parameter lingkungan (fisik), sosial dan pengelolaan sesuai dengan peruntukan dan tujuan pengembangan suatu kawasan. Sebagai upaya untuk mengetahui spektrum peluang wisata dalam pengembangan kawasan wisata pantai di Pantai Cerocok Painan, maka dilakukan

analisis parameter fisik, sosial, dan pengelolaan kawasan yang dijelaskan dalam bentuk matriks. Matriks tersebut menjelaskan kondisi masing-masing parameter yang disebut dengan Recreation Setting Atribute (Tabel 21).

Tujuan dari seseorang berekreasi adalah memperoleh kepuasan dengan pengalaman yang menyenangkan, melalui keterlibatan mereka dalam kegiatan– kegiatan yang disukai pada setting lingkungan yang mereka sukai pula. Matriks parameter kawasan rekreasi (Recreation Setting Attribute) terdiri dari tiga parameter yaitu parameter fisik (physical attribute), parameter sosial (social attribute) dan parameter pengelolaan (managerial attribute). Kesempatan untuk mencapai pengalaman yang memuaskan tergantung pada parameter–parameter fisik seperti sumber daya alam, topografi wilayah, oseanografi, dan kualitas perairan. Dan parameter–parameter sosial yang menjadi pendukung atau fasilisator dalam mencapai pengalaman yang memuaskan tersebut seperti sarana prasarana, transportasi, kebijakan pengelola, kondisi wisata, kondisi perikanan, dan teknik pembuangan limbahnya.

Dalam upaya menimbulkan pengalaman tersebut, ada beberapa parameter kegiatan dan kondisi yang harus dikelola dan dikontrol. Setiap kegiatan dan kondisi wisata yang terlibat akan dikontrol oleh manajemen kawasan wisata, parameter– parameter tersebut meliputi pendidikan, tenaga kerja (asal), demografi, presepsi terhadap kawasan dan isu-isu yang berkembang disekitar Pantai Cerocok Painan. Sehingga tujuan dari pengelolaan sumber daya rekreasi adalah menjadikan kawasan wisata tersebut dapat memberikan kesempatan untuk memperoleh jenis-jenis pengalaman dengan mengelola setting fisik, sosial serta kegiatan–kegiatan yang ada di dalamnya (Canada National Park Service, 1997 in Badi’ah, 2004 )

Tabel 21. Matriks parameter kawasan rekreasi (Recreation Setting Atrribute)

No

Recreation Setting Attribute Physical Attribute Deskripsi Managerial Attribute Deskripsi Social Attribute Deskripsi 1 Sumber daya alam Pantai Sarana prasarana

Kurang lengkap dan yang ada dalam kondisi sebagian rusak. Pendidikan Mayoritas SLTA 2 Topografi wilayah Pantai dengan pasir yang bersih dan landai, memiliki dua buah pulau, dan dikelilingi perbukitan

Transportasi Mudah diakses, dan dalam jumlah yang banyak

Tenaga kerja (asal)

Penduduk sekitar

3 Oseanografi Tipe pasut : diurnal, Pola arus :dari barat laut – ke arah timur dan berbelok ke arah selatan, Tinggi gelombang maksimum :3 m

Komunikasi Jaringan telepon, media elektronik (televisi dan radio), media massa (koran, majalah, brosur dan internet) Demografi Jumlah penduduk 4 Kualitas perairan Cukup baik, layak untuk kegiatan wisata Kebijakan pengelolaan

Pengelolaan wisata oleh satu pihak dengan melibatkan masyarakat Persepsi terhadap kawasan Keindahan alam : indah Kenyamanan alam : cukup nyaman Kondisi wisata

Baik, tetapi belum dikelola secara maksimal Isu Sedimentasi, aktivitas wisata belum mempertimb angkan daya dukung, dan reklamasi pantai Kondisi perikanan Produksi perikanan tahun 2007: 6237 Ton, tahun 2008 sebesar 6195 Ton dan tahun 2009 sebesar 6661 Ton Pembuangan

limbah

Belum dikelola Sumber : Data primer diolah, 2010

Data–data yang diambil dari setiap parameter kawasan rekreasi tersebut merupakan kondisi kawasan Pantai Cerocok Painan yang ditemui pada saat penelitian. Kondisi kawasan tersebut kemudian dibandingkan dengan criteria pembobotan yang telah ditetapkan sehingga diperoleh nilai skor untuk masing– masing parameter (Tabel 22).

Tabel 22. Perhitungan parameter kawasan rekreasi (Recreation Setting Atribute)

No Parameter Bobot Skor Nilai

(Bobot x skor)

1 Fisik

Sumber daya alam 3 2 6

Topografi wilayah 3 3 9 Oseanografi 3 3 9 Kualitas perairan 3 3 9 Jumlah 33 Rata – rata 8.25 2 Pengelolaan Sarana prasarana 3 2 6 Transportasi 3 3 9 Komunikasi 3 3 9 Kondisi wisata 3 2 6 Kondisi perikanan 3 3 9

Pembuangan limbah cair 3 1 3

Jumlah 42 Rata – rata 7 3 Sosial Pendidikan 3 3 9 Tenaga kerja 3 3 9 Demografi 3 2 6

Persepsi terhadap kawasan 3 2 6

Isu 3 1 3

Jumlah 33

Rata – rata 6.6

Sumber : Data primer diolah, 2010

Parameter kawasan rekreasi tersebut meliputi fisik, sosial, dan pengelolaan yang masing-masing memiliki sub parameter yang berbeda. Nilai skoring akhir masing-masing parameter dan sub parameter menunjukan spektrum peluang dalam rangka pengembangan kawasan Pantai Cerocok Painan untuk kegiatan wisata pantai (Gambar 13).

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Sumber daya alam Topografi wilayah Oseanografi Kualitas perairan N il a i R O S

Gambar 13. Nilai ROS parameter fisik Pantai Cerocok Painan

Parameter fisik (physical attribute) terdiri atas sub parameter yang sebagian besar masih alami dan tergantung pada alam. Mayoritas sub parameter fisik memiliki nilai yang tinggi seperti topografi wilayah, oseanografi dan kualitas perairan yang masing–masing memiliki prioritas nilai yang lebih besar. Topografi wilayah, oseanografi dan kualitas perairan sangat bergantung pada alam. Tetapi kualitas perairan disekitar Pantai Cerocok Painan juga sangat bergantung pada aktivitas dan kegiatan yang ada di sekitar pantai. Oleh karena itu dalam konteks pengelolaan kawasan wisata pantai, faktor kualitas perairan harus lebih diperhatikan dan dikelola dengan baik walaupun memiliki nilai prioritas yang sama dengan topografi wilayah dan oseanografi. Namun ada sub parameter yang memiliki nilai prioritas yang tidak maksimal yaitu sumber daya alam.

Topografi wilayah dapat berubah akibat adanya penambahan dan pengurangan yang dilakukan oleh manusia seperti penambahan pasir dan penimbunan lahan disekitar pantai (reklamasi), maupun akibat faktor alam seperti erosi, abrasi atau bencana alam (gempa dan tsunami). Kondisi topografi Pantai Cerocok Painan saat ini dapat dikatakan sesuai untuk kegiatan wisata pantai karena pantainya yang masih bersih dan landai, sehingga perubahan yang ditimbulkan akibat aktifitas manusia tersebut dapat diminimalisir. Sementara itu, perubahan topografi yang disebabkan oleh faktor alam seperti erosi, abrasi dan sedimentasi harus dicegah.

Faktor topografi dan kenyamanan merupakan hal yang penting bagi wisatawan untuk menentukan kunjungan ke Pantai Cerocok Painan. Kawasan Pantai

Cerocok memiliki bentuk topografi yang dapat dikatakan sesuai yaitu merupakan pantai berpasir yang masih bersih dan pantai yang landai dengan kemiringan pantai yang <10o , serta keberadaan dua buah pulau yaitu Pulau Batu Kereta dan Pulau Cingkuak yang masih bersih dan alami. Karakteristik topografi diatas lah yang membuat pengunjung mudah melakukan berbagai kegiatan wisata. Sehingga topografi Pantai Cerocok Painan dinilai baik untuk menampung berbagai macam kegiatan wisata pantai.

Sub parameter lainnya yaitu oseanografi, kondisi oseanografi Pantai Cerocok Painan juga tergolong sesuai untuk kegiatan wisata. Karakteristik oseanografi Pantai Cerocok Painan yaitu memiliki tipe pasang surut yang diurnal artinya dalam setiap harinya terdapat dua kali pasang dan dua kali surut secara periodik. Selain itu, gelombang di Pantai Cerocok Painan pada bagian dekat daratan tergolong lebih stagnan, kondisi ini bagus untuk kegiatan rekreasi keluarga. Tetapi ke arah laut lepasnya gelombang maksimumnya mencapai 3 meter, hal ini sesuai untuk kegiatan olahraga air seperti surfing, jetsky dan banana boat. Kualitas perairan yang baik berpengaruh pada biota yang ada di dalamnya serta kegiatan yang di lakukan di perairan tersebut. Jika kondisi perairannya bagus dan tidak tercemar baik minyak maupun logam berat akan membuat pengunjung enggan untuk berwisata di kawasan tersebut. Kondisi perairan yang bersih dan masih baik akan membuat pengunjung nyaman dalam melakukan kegiatan wisata pantai seperti berenang.

Selain itu, potensi dan jenis sumber daya alam menjadi daya tarik bagi pengembangan suatu kawasan wisata pantai. Jika sumber daya alam yang terdapat dalam kawasan kurang menarik, kurang terawat, dan mengalami kerusakan akan berdampak pada menurunnya minat dan motivasi pengunjung untuk datang ke kawasan tersebut. Potensi sumber daya alam yang terdapat di Pantai Cerocok Painan adalah panorama pantai yang indah dan masih alami. Berbagai jenis biota laut yang terkandung di pantai dapat dijadikan faktor pendukung yang mampu memberikan kekuatan tersendiri dari pengembangan kawasan wisata Pantai Cerocok Painan.

Parameter sosial yang memberi pengaruh terhadap pengembangan kawasan wisata pantai terdiri atas lima sub parameter, yaitu pendidikan, asal tenaga kerja, demografi, persepsi terhadap kawasan dan isu–isu yang berkembang. Jika ke lima

sub parameter tersebut dikelola dan dimanfaatkan dengan baik maka akan memberikan pengaruh terhadap kelangsungan kegiatan wisata pantai di kawasan Pantai Cerocok Painan (Gambar 14).

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Pendidikan Tenaga kerja Demografi Persepsi terhadap kawasan Isu N il a i R O S

Gambar 14. Nilai ROS parameter sosial Pantai Cerocok Painan

Sub parameter yang di utamakan dalam parameter sosial ini adalah pendidikan dan tenaga kerja. Pendidikan masyarakat sekitar kawasan akan memberi pengaruh terhadap kegiatan wisata yang dilaksanakan disekitar kawasan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka keterampilan dan keahlian yang dimiliki juga akan semakin banyak, sehingga tujuan dari pengembangan wisata pantai bisa terwujud. Tenaga kerja untuk pengembangan kawasan wisata pun mayoritas harus memberdayakan masyarakat sekitar. Dengan adanya pemberdayaan masyarakat sekitar menjadi tenaga kerja akan membantu dalam keberlangsungan kegiatan wisata di kawasan tersebut, akan menambah pendapatan dan menghindari konflik sosial.

Demografi merupakan faktor sosial yang dilihat dari jumlah penduduk untuk mengetahui kepadatan penduduk disekitar kawasan. Semakin banyak populasi penduduk dalam suatu kawasan wisata dikhawatirkan akan mengganggu kegiatan wisata karena lahan yang akan digunakan untuk kegiatan wisata akan semakin berkurang. Selain itu, ada persepsi terhadap kawasan ini dikira penting untuk upaya peningkatan kualitas wisata. Pengunjung yang datang ke kawasan wisata harus merasakan kenyamanan dan keindahan panorama di dalam kawasan. Sehingga hal ini akan memunculkan suatu pengalaman rekreasi bagi pengunjung.

Adapun sub faktor yang terakhir yaitu isu–isu yang berkembang disekitar kawasan menyangkut kegiatan wisata. Karena isu–isu yang berkembang dapat menjadi hambatan bagi upaya pengelolaan dan pengembangan wisata dimasa yang akan datang. Contoh isu–isu yang berkembang adalah adanya dugaan sedimentasi dan kegiatan reklamasi pantai di beberapa titik. Hal ini akan mempengaruhi topografi pantai dan akan mengganggu keberlangsungan kegiatan wisata. Selain itu adanya aktifitas wisata yang belum mempertimbangkan daya dukung

Parameter pengelolaan yang berpengaruh terhadap upaya pengembangan kawasan wisata pantai terdiri dari tujuh sub parameter, yaitu sarana prasarana, transportasi, komunikasi, kebijakan pengelolaan, kondisi wisata, kondisi perikanan dan pembuangan limbah. Jika ke tujuh sub parameter tersebut dikelola dengan baik maka akan memberi pengaruh terhadap keberlanjutan kegiatan wisata Pantai Cerocok Painan (Gambar 15).

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 S arana prasarana

Transportasi Komunikasi Kondisi wisata Kondisi perikanan Pembuangan limbah cair N il a i R O S

Gambar 15. Nilai ROS parameter pengelolaan di Pantai Cerocok Painan

Pengelolaan yang sangat baik pada sub faktor trasportasi, komunikasi, dan kondisi perikanan. Selama ini pihak pengelola memprioritaskan ketiga sub faktor tersebut dalam pengelolaan kawasan Pantai Cerocok Painan. Sub faktor kondisi wisata seharusnya juga menjadi prioritas para pengelola dalam mengelola kawasan tersebut, agar para wisatawan yang berkunjung ke Pantai Cerocok Painan dengan tujuan berwisata dapat menikmati wisata yang ada dengan kondisi yang baik. Oleh karena itu, dalam proses pengembangan wisata pantai dimasa yang akan datang, sub faktor yang menjadi prioritas harus tetap dipertahankan kualitas pengelolaannya.

Akses menuju kawasan mudah dijangkau dan terdapat sarana transportasi umum dalam jumlah yang cukup dan kondisi yang bagus, baik kendaraan bermotor maupun tidak. Kendaraan bermotor seperti sepeda motor, mobil, dan bis. Sedangkan kendaraan tidak bermotor seperti becak, delman, dan sepeda. Kemudahan akses transportasi ini tidak terlepas dari posisi kawasan Pantai Cerocok Painan yang dekat dengan pusat kota Painan yaitu sekitar ± 500 m, dengan kondisi jalan aspal yang baik.

Media komunikasi yang menjangkau kawasan ini sudah cukup banyak mulai dari koran hingga internet. Kemudahan mendapat informasi ini menjadi keutungan tersendiri bagi wisatawan yang ingin berkunjung. Jangkauan jaringan telepon seluler membuat mereka tidak khawatir tidak dapat menghubungi orang lain maupun keluarga saat melakukan kegiatan wisata.

Sarana prasarana dalam kawasan Pantai Cerocok Painan belum lengkap, dengan kondisi beberapa ada yang mengalami kerusakan. Kerusakan yang terjadi sebagian besar karena perilaku wisatawan, dan ada juga yang disebabkan oleh kurangnya perawatan terhadap sarana prasarana tersebut. Dengan kondisi yang demikian, perlu adanya pembenahan terhadap sarana prasarana tersebut agar tidak sampai mengganggu kenyamanan wisatawan dalam melakukan kegiatan wisata demi mempertahankan kualitas pengelolaan agar tingkat kenyamanan dan kepuasan wisatawan semakin meningkat. Selama ini, pengelolaan potensi perikanan sudah cukup baik, namun belum optimal. Ikan–ikan yang diperoleh sebagian besar dijual dalam bentuk segar, beberapa ada yang diolah menjadi makanan dan sisanya dijadikan ikan asin. Pantai Cerocok Painan berdekatan dengan pemukiman penduduk, kondisi ini mempengaruhi kualitas air di Pantai Cerocok Painan karena limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga sebagian besar dibuang begitu saja tanpa ada pengelolaan terlebih dahulu sebelum masuk ke pantai. Pembuangan limbah dalam kawasan Pantai Cerocok Painan belum dikelola dengan baik. Maka dari itu, perlu di perhatikan pengelolaan limbah ini karena jika tidak ditanggulangi akan mengakibatkan pencemaran perairan, sehingga akan berpengaruh pada biota yang ada didalamnya dan terhadap kegiatan wisata.

Nilai Recreation Opportunity Spectrum menggambarkan pemikiran konseptual untuk membantu memperjelas hubungan antara kondisi fisik kawasan,

aktivitas sosial dan pengalaman rekreasi. Dalam kerangka ini, parameter yang digunakan untuk mengurai kondisi kawasan rekreasi tersebut adalah parameter fisik, sosial dan pengelolaan. Sehingga diketahui spektrum peluang ekowisata pantai dari Pantai Cerocok Painan (Gambar 16).

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Fisik (P) Sosial (S) Pengelolaan (M)

N il a i R a ta -r a ta R O S

Gambar 16. Nilai Recreation Opportunity Spectrum dari parameter fisik, sosial dan pengelolaan

Nilai parameter fisik merupakan nilai yang paling tinggi pada penilaian kondisi wisata Pantai Cerocok Painan. Nilai ini menunjukan bahwa parameter fisik merupakan spektrum peluang pengembangan yang menjadi prioritas dan perlu dipertahankan. Parameter fisik dengan berbagai sub faktor yang ada didalamnya menjadi parameter yang utama terhadap pengembangan kegiatan wisata di Pantai Cerocok Painan, karena kondisinya dinyatakan yang paling layak atau bagus. Dengan demikian, dalam pengembangan Pantai Cerocok Painan sebagai kawasan ekowisata pantai haruslah lebih memperhatikan faktor kualitas air, topografi dan oseanografi kawasan tanpa mengesampingkan faktor sumberdaya alam. Meskipun spektrum fisik menjadi spektrum peluang yang baik dan layak, namun spektrum sosial dan pengelolaan juga harus diperhatikan.

Spektrum peluang yang menjadi prioritas kedua adalah parameter sosial. Parameter fisik harus didukung oleh keadaan sosial yang baik agar keberlangsungan pengembangan dapat terus berjalan. Parameter sosial berhubungan dengan masyarakat sekitar, oleh karena itu parameter sosial tidak boleh diabaikan begitu saja. Keberlanjutan kegiatan wisata di suatu kawasan dapat dilihat dari keterlibatan dan peranan masyarakat sekitar. Semakin banyak masyarakat yang ikut serta dan

sadar dalam pengelolaan kawasan di Pantai Cerocok Painan, maka dapat dipastikan kawasan Pantai Cerocok Painan akan menjadi salah satu kawasan wisata pantai andalan dengan konsep ekowisata.

Parameter yang menjadi spektrum peluang terakhir yaitu parameter pengelolaan. Kesempatan untuk mendapatkan pengalaman yang memuaskan tidak hanya tergantung pada peluang fisik dan sosial saja, tetapi juga harus memperhatikan peluang pengelolaan. Agar kondisi–kondisi fisik dan sosial yang telah ada dapat dikontrol oleh manajemen kawasan, sehingga tujuan dari pengelolaan wisata pantai dapat terwujud. Selain itu, hal ini untuk mencegah eksploitasi dan pemanfaatan yang berlebihan. Mengingat daya dukung kawasan yang terbatas serta kegiatan manusia yang sering kali dapat menimbulkan dampak bagi sumberdaya. Adanya pengelolaan yang baik akan lebih mendukung dan meningkatkan kegiatan wisata yang berlangsung didalamnya.

Kondisi dan upaya yang maksimum dalam pengembangan kawasan wisata Pantai Cerocok Painan ini memerlukan peningkatan kualitas pada setiap parameter (Gambar 17). 0 2 4 6 8 10

Fisik (P) Sosial (S) Pengelolaan (M)

N il a i R a ta -r a ta R O S

kondisi sekarang delta target maksimum

Gambar 17. Nilai peningkatan masing–masing parameter untuk mencapai maksimal

Pencapaian nilai maksimum spektrum peluang parameter fisik memerlukan peningkatan sebesar 8.3% dari kualitas fisik saat ini. Nilai ini merupakan nilai yang rendah, karena nilai untuk spektrum peluang fisik sudah yang paling tinggi dan menjadi prioritas utama peluang yang paling tinggi dalam pengembangan kawasan

wisata Pantai Cerocok Painan. Parameter yang sosial harus meningkatkan kualitas sebesar 22.2% agar spektrum peluangnya mencapai maksimum. Dari ke tiga parameter tersebut diketahui bahwa parameter yang masih lemah dalam upaya

Dokumen terkait