• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3. Kondisi Ekologi

4.3.1. Pantai Cerocok Painan

Pantai Cerocok Painan terdiri atas kawasan pantai yang dilengkapi dengan dua buah pulau, yaitu Pulau Batu Kereta dan Pulau Cingkuak dengan jarak berkisar antara 150 sampai 300 meter dari garis pantai Painan (Tabel 16).

Tabel 16. Luas kawasan Pantai Cerocok Painan

No Nama Kawasan Luas (Ha) %

1. Kawasan Pantai 4 10,73

2. Pulau Cingkuak 5,88 15,78

3. Pulau Batu Kareta 1,13 3,03

4. Total 37,27

Sumber: (Bappeda 2008)

Pantai Cerocok Painan terletak disebelah barat pusat kota Painan dengan jarak kurang lebih 500 m. Terdapat jalan penghubung yang cukup baik dengan kondisi aspal yang lebar 10 meter dari terminal angkutan umum menuju kawasan pantai. Dengan demikian lokasi Pantai Cerocok dijangkau, baik dengan kendaraan bermotor maupun dengan berjalan kaki dari terminal angkutan umum kota Painan (Bappeda 2008)

Pada bagian selatan Pantai Cerocok terdapat perkampungan nelayan yang sudah berkembang sejak lama, kurang lebih seluas 0,94 Ha. Perkampungan ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas umum seperti tempat pendaratan ikan, jaringan jalan dan lain sebagainya. Kawasan perkampungan nelayan dapat pula dipandang sebagai salah satu faktor pendorong karena dapat dijadikan salah satu daya tarik atau atraksi pada kawasan Pantai Cerocok Painan (Bappeda 2008)

Kawasan Pantai Cerocok terdiri dari dua kawasan yaitu kawasan pantai dan kawasan pulau. Kawasan pantai, memiliki kemiringan (0o- 5o), dibelakang garis pantai terhampar bukit yang terjal seluas 21 Ha. Kondisi seperti ini yang menyebabkan hamparan pantai menjadi semakin sempit, yaitu sekitar 7,25 Ha. Berikutnya adalah kawasan pulau, pada kawasan Pantai Cerocok Painan terdapat dua buah pulau yaitu Pulau Kereta dan Pulau Cingkuak. Pulau Kereta memiliki lahan yang sulit untuk dibudidayakan untuk menampung kegiatan wisata pantai kecuali jalur setapak untuk pejalan kaki, karena kawasan ini hampir seluruhya

dibentuk oleh bukit batu karang yang sangat terjal, dengan kelerengan 45o. Sedangkan Pulau Cingkuak memiliki luas area sekitar 5,88 Ha, morfologinya dikategorikan menjadi dua bagian yaitu datar dan curam. Kawasan yang datar terdapat disebalah timur yaitu kurang lebih 2,94 Ha. Sedangkan kawasan yang terjal dan berbentuk batu karang terdapat disebelah barat berhadapan langsung dengan Samudera Hindia yang terkenal dengan ombaknya yang besar dan angin yang kencang. Dengan demikian kawasan Pulau cingkuak yang dapat dikembangkan untuk kegiatan wisata relatif terbatas, yaitu pada bagian barat kawasan karena selain datar juga akan terhindar dari bahaya ombak dan angin (Bappeda 2008).

4.3.2 Kondisi Geologi dan Oseanografi

Bentuk pantai di daerah penelitian sangat beraneka ragam. Banyak teluk dan pulau kecil. Secara umum pada teluk dan selat merupakan perairan sempit dan curam. Sedangkan di daerah pantai pada umumnya merupakan perairan dangkal dengan landaian topografi yang sedikit curam. Dari peta kontur batimetri secara umum dapat dinyatakan bahwa pola kontur batimetri pantai di daerah penelitian cenderung sejajar terhadap garis pantai dengan kenaikan nilai yang gradual. Kedalaman minimum adalah 1,5 meter dan kedalaman maksimum 54 meter yang terdapat di bagian utara daerah penelitian. Pola ini menunjukkan bahwa morfologi dasar laut daerah penelitian mempunyai kemiringan yang gradual dengan derajat kemiringan sebesar 0,54o dari pantai ke arah laut (DKP 2006)

Ditinjau dari bentuk morfologi dasar laut yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, dapat menimbulkan aktivitas gelombang, terutama gelombang pasang, sehingga menyebabkan adanya zona-zona abrasi yang luas. Pola umum arus permukaan antara bulan Juni sampai Oktober di perairan tersebut adalah dari sebelah barat dan barat laut menuju ke arah timur dan berbelok ke arah selatan sehingga sejajar dengan garis pantai Pulau Sumatera. Fluktuasi arus terlihat sangat bervariasi, namun dalam puncak periode transisi (misalnya November dan Mei) arus dominan mengalir ke arah tenggara sampai timur laut. Sedangkan pada musim barat dan musim timur, umumnya arus mengalir dominan ke arah barat daya sampai tenggara (Atmadipoera. dkk. 2003 in DKP 2006). Sedimen-sedimen yang terbentuk di sekitar

muara sungai kemungkinan besar sumbernya berasal dari material yang terbawa oleh arus yang memanjang pantai (longshore current).

Pola pasang yang terjadi adalah tipe diurnal, yaitu dalam satu hari tejadi dua kali pasang naik dan pasang surut. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara fluktuasi pasang di daerah penelitian adalah sekitar 1,5–2,5 meter dan mencapai puncaknya pada saat bulan purnama. Hal ini disebabkan pada kondisi tersebut posisi bumi, bulan dan matahari pada garis sejajar, seringkali dikenal dengan pasang purnama. Pada saat posisi bulan, bumi dan matahari membentuk siku-siku, fluktuasi pasang terkecil terjadi dan dikenal dengan pasang perbani. Efrizal, dkk. (2001) in DKP (2006) menyatakan fluktuasi yang mencapai 2 meter tersebut tergolong tinggi.

Gelombang yang terjadi sangat dipengaruhi oleh angin yang bertiup dari Samudera Hindia. Angin yang bertiup pada bulan Juli dan Desember menimbulkan gelombang dengan ketinggian maksimum 3 meter. Secara umum pola sirkulasi air laut di perairan daerah penelitian bergerak dari utara dan barat laut ke arah tenggara. Pola tersebut dapat dikatakan tetap sepanjang tahun, kecuali bulan Agustus, karena berbalik ke arah sebaliknya (DISHIDROS 1977 in DKP 2006). Namun karena posisi Pantai Cerocok Painan relatif terlindung karena keberadaan pulau-pulau kecil di sekitarnya serta geomorfologi pantainya, sehingga pengaruh angin yang menimbulkan gelombang menjadi tereduksi. Bentuk morfologi dasar laut dan posisi daerah penelitian yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, dapat menimbulkan aktivitas gelombang terutama gelombang pasang yang cukup aktif sehingga menyebabkan adanya zona erosi dan abrasi yang luas, terutama pada daerah yang terbuka (DKP 2006).

4.3.3. Kualitas Air

Salah satu parameter yang diamati dan diukur sebagai data pendukung dalam penelitian ini adalah kualitas air. Kualitas perairan dipantai Cerocok Painan tergolong masih baik dan belum tercemar karena belum ada pengaruh atau dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan manusia dan kegiatan industri yang berada disekitar pantai (Tabel 17).

Tabel 17. Kualitas perairan Pantai Cerocok Painan Parameter Satuan Hasil pengukuran Kisaran Baku mutu stasiun 1 stasiun 2 stasiun 3 stasiun 4 stasiun 5 fisika suhu O C 30-31 30-31 30-31 29-30 30-31 29 – 31 Alami kecerahan % >80 >50-80 100 >50-80 >50-80 >50-100 >50 sampah Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Bau tidak berbau tidak berbau tidak berbau tidak berbau tidak berbau tidak berbau tidak berbau Kimia salinitas 31 31 30 30 30 30 – 31 Alami Ph 7 7.5 8 7.5 8 7-8 7 – 8.5 Oksigen terlarut (DO) mg/l 7. 1169 9.0008 8. 1636 6.6983 5.7564 5.7564 – 9.0008 >5 BOD5 mg/l 1.9885 3.2444 2.5119 0.5233 0.3140 0.3140 – 3.2444 10

Suhu merupakan parameter lingkungan laut yang sangat penting, dimana di laut bukan saja terdapat lingkungan fisik, tetapi juga lingkungan biologis. Kondisi suhu air laut sangat mempengaruhi kondisi kehidupan biota laut. Selama penelitian tidak dijumpai adanya fluktuasi suhu yang menyolok, yaitu berkisar antara 29-31oC. Nilai ini sesuai dengan pengukuran DKP (2006) yang menyatakan suhu harian di Pantai Cerocok Painan berkisar antara 27-33oC dengan kelembaban rata-rata 80%. Perubahan suhu perairan akan mempengaruhi proses biologis dan ekologis yang terjadi di dalam air dan pada akhirnya akan mempengaruhi komunitas biologis di dalamnya. Kisaran suhu ini termasuk kategori perairan alami. Salinitas adalah konsentrasi seluruh larutan garam yang diperoleh dalam air laut. Salinitas untuk perairan Pantai Cerocok Painan berkisar 30-310/00 , Nilai ini masih tergolong alami karena kawasan Pantai Cerocok Painan masih dipengaruhi oleh aliran air dari daratan pada musim hujan. Suhu dan salinitas secara bersama merupakan komponen yang sangat berperan dalam mempengaruhi biota laut dan mengatur densitas air laut.

Parameter yang diukur pada kondisi permukaan dengan kedalaman <10 meter adalah derajat keasaman (pH). Derajat keasaman (pH) menunjukkan jumlah ion hidrogen dalam air laut yang dinyatakan dalam aktivitas hidrogen dan mempunyai peranan penting terhadap proses biologis dan kimia perairan. Derajat keasaman (pH) di perairan Pantai Cerocok Painan berkisar antara 7-8. Nilai ini termasuk normal dan cukup produktif serta ideal untuk kehidupan biota perairan

laut, karena untuk perairan laut pH normal itu berkisar antara 7-8,5 (Kepmen LH 2004).

Pada beberapa titik sampling tidak ditemukan sampah yang dapat mencemari perairan. Terlihat juga nilai kecerahan perairan Pantai Cerocok Painan berkisar antara >50-100%. Nilai ini menunjukkan bahwa cahaya matahari mampu menembus sampai ke dasar perairan sampai >50-100%, hal ini mengindikasikan bahwa perairan Pantai Cerocok Painan masih dalam kondisi alami dan bersih.

Dokumen terkait