• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kegiatan Penambangan Pasir Besi

2.1.3 DampakNegatif Penambangan Pasir Besi

magnet akan diambil dan selanjutnya dengan eskalator lalu ditimbun ke penyimpanan atau gudang. Dari gudang pasir besi (stockpile) akan diangkut ke

loading area di pelabuhan untuk selanjut dibawa ke tempat pembeli.

2.1.3 DampakNegatif Penambangan Pasir Besi

Dalam pandangan fisik aktivitas ekstraksi mineral logam ini terlihat sederhana, tapi tidak demikian dengan daya rusak sesungguhannya. Kerusakan lingkungan yang diakibatkan ekstraksi pasir besi dapat dikelompokan menjadi 2 golongan, pertama kehancuran fisik, kerusakan pada fisik lingkungan yang dapat langsung terlihat terbagi menjadi beberapa bentuk kehancuran berdasarkan tahapan aktivitas ekstraksi4:

a. Pengerukan Bahan Galian

Endapan pasir besi ini terdapat pada sekitar tepian pulau di sekitar muara sungai, rawa dan sempadan pantai, proses pengerukan akan membuat kawasan lindung sempadan pantai yang biasanya dalam bentuk hutan mangrove dan cemara akan terbabat habis. Masyarakat yang melihat kondisi pantai ketika tambang beroperasi atau pasca tambang tanpa melihat kondisi pulau sebelum tambang beroperasi, tidak akan dapat melihat perubahan ekstrem yang terjadi pada kawasan ini. Berbeda dengan pandangan mata kepala masyarakat di sekitar tambang yang dapat membandingkan perubahan pantai sebelum dan sesudah tambang beroperasi. Masyarakat yang melihat dengan dua kondisi berbeda ini akan menyadari bahwa sebenarnya proses pengerukan kawasan terluar pulau ini telah menyebabkan pengurangan yang luar biasa terhadap luas pulau tempat tambang pasir besi beroperasi. Pengerukan pasir besi selain memangkas bagian terluas pulau, secara fisik juga merubah bentang alam kawasan rawa dan hutan mangrove serta habitat dan tempat pemijahan ikan, kepiting dan udang.

b. Pemisahan Pasir Besi

Pemisahaan pasir besi yang menggunakan sistem magnetik yang boros air, untuk memisahkan 50.000 m3 pasir besi dibutuhkan air sebanyak 20.000 m3. Untuk memenuhi kebutuhan air ini, perusahaan akan membendung muara sungai

 

4 Seperti yang dinyatakan dalam judul “ Pencemaran Lingkungan Akibat Aktifitas Pertambangan Dan UUD Tentang Pencemaran”. 2011. www.rahmatbkhant.blogspot.com 

dan mengalihkan aliran sungai menuju lokasi proccesing melalui pipa besar atau menggunakan pompa. Proses pembendungan sungai ini akan menyebabkan luapan air menggenangi kawasan pertanian, pemukiman dan sentra aktivitas warga lainnya.

Dampak lainnya akibat pembendungan ini adalah kerusakan ekosistem yang tidak kasat mata tetapi akan terasa oleh nelayan sekitar. Pemusnahan masal terhadap kekayaan biodiversity yang siklus sidupnya tergolong katadromus, yaitu jenis ikan dan arthopoda yang siklus regenerasinya membutuhkan 2 ekosistem. Ekosistem air tawar dan ekosistem air laut, seperti ikan sidat yang akan mati setelah bertelur di gugusan terumbu karang dalam laut, dan setelah menetas anakannya akan melanjutkan siklus hidup induknya untuk tumbuh dan hidup di ekosistem sungai. Pembendungan sungai akan membuat jenis katadromus ini tidak bisa kembali ke sungai untuk memijah.

Pada proses pemurnian pasir besi, bahan yang terambil adalah dalam bentuk butiran pasir besi dan titanium, juga silicon dan magnesium. Jumlah limbah sebagai buangan sisa-sisa pemurnian yang dibuang tergantung dari berapa kadar pasir besi di wilayah endapan yang diambil. Misalnya wilayah Pesisir Barat Bengkulu, dari setiap 50.000 meter persegi pasir besi, akan membuang limbah padat dalam bentuk lumpur pasir dan koral sebanyak 126.000 m3.

Deposit pasir besi dan mineral lain yang digali merupakan sedimentasi dari proses geomorfologi jutaan tahun yang lalu, pembongkaran endapan ini akan mengakibatkan stabilitas ikatan komponen kimia yang mengendap terlepas. Proses pengambilan pasir besi oleh magnet separator tidak sepenuhnya dapat mengambil semua pasir besi dan mineral logam lain. Senyawa kimia yang dibongkar dan terikut dalam prosesing dan bukan berunsur logam, akan terlepas bebas ke air dan lingkungan tempat pembuangan limbah. Ikan yang hidup disungai dan pantai sekitar pembuangan limbah ini biasanya akan mati serentak dalam jumlah yang besar, kalaupun ada yang tersisa ikannya ditemukan dalam kondisi kudisan yang memiliki benjolan disekitar badannya. Kementerian lingkungan hidup RI sudah mencoba mengeleminir resiko dari proses ini dengan mengeluarkan permen LH no 21 tahun 2010 tentang ambang batas mutu air pertambangan biji besi. Sayangnya peraturan ini tidak cukup menjamin

keselamatan ekosistem sekitar kegiatan penambangan, karena tidak menjangkau identifikasi berbagai jenis komponen kimia yang dilepas,selain itu peraturan ini lebih bersifat pengaturan prosedural fisik.

c. Pengangkutan Pasir Besi

Dalam pengangkutan hasil produksi menuju konsumen, pengangkutan pasir besi biasanya pemanfaatan infrastruktur umum seperti jalan. Pengangkutan dilakukan menggunakan truk – truk pasir berbobot tinggi dan cenderung melebihi kapasitas angkut dan daya dukung jalan. Hal ini menyebabkan kerusakan jalan tidak dapat dihindarkan, akibatnya berdampak pada terganggunya fungsi jalan sebagai barang publik dalam melayani masyarakat pengguna jalan.

Jaringan jalan raya merupakan prasarana transportasi darat yang memegang peranan sangatpenting dalam sektor perhubungan, terutama untuk kesinambungan distribusi barang dan jasa. Keberadaan jalan raya sangat diperlukan untuk menunjang laju pertumbuhan ekonomi seiring dengan meningkatnya kebutuhan sarana transportasi yang dapat menjangkau daerah-daerah terpencil. Selain pertumbuhan ekonomi, transportasi jalan juga sering menimbulkan permasalahan dibidang pemeliharaannya. Kenaikan volume kendaraan (trailer, truk, bus, and kendaraan lainnya) yang melebihi kapasitas daya angkutnya juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan jalan relatif cepat rusak sebelum mencapai umur pelayanan jalan yang telah direncanakan. Peningkatan arus lalu lintas kendaraan khususnya kendaraan berat, yang pada umumnya mengangkut bahan mentah seperti kayu dan sawit (yang dilakukan oleh perusahaan – perusahaan industri) sangat berpengaruh besar terjadinya kerusakan jalan. Terlepas dari mutu komponen perkerasan dan pelaksanaan pekerjaan yang mungkin kurang baik, faktor lain yang sangat berpengaruh dan menentukan umur perkerasan jalan adalah perbedaan antara beban rencana as kendaraan dengan beban aktual yang melewati jalan tersebut (Mudjiatko 2006).

UNESCAP (2005) menyoroti pentingnya infrastruktur jalan dalam perekonomian wilayah, jalan sebagai salah satu komponen infrastruktur berpengaruh secara signifikan terhadap iklim investasi. Jalan merupakan penghubung antara kegiatan produksi dan distribusi, sehingga ketersediaan jaringan jalan yang baik akan sangat menentukan proses produksi dan distribusi.

2.2 Eksternalitas

Masalah lingkungan banyak disebabkan oleh kegagalan pasar dan tidak adanya hak kepemilikan. Konsumsi terhadap barang publik sering menimbulkan apa yang disebut eksternalitas. Eksternalitas diartikan sebagai setiap pengaruh samping dari produksi atau konsumsi yang dirasakan oleh pihak ketiga di luar pasar. Menurut teori ekonomi mikro harga merupakan mekanisme sinyal penting dalam proses pasar. Harga keseimbangan menunjukkan nilai marjinal yang diberikan oleh konsumen dari pemakaian barang dan biaya marjinal yang harus ditanggung oleh perusahaan dalam memproduksikan barang dimaksud. Dalam keadaan biasa, teori ini dapat memprediksi realitas pasar dengan baik. Namun terdapat banyak keadaan di mana harga gagal merefleksikan semua manfaat dan biaya yang terkait dengan transaksi pasar. Kegagalan pasar ini muncul ketika pihak ketiga dipengaruhi oleh produksi atau konsumsi satu barang. Apabila pengaruh kepada pihak ketiga ini mengakibatkan timbulnya biaya, maka pengaruh ini disebut eksternalitas negatif, sedangkan pengaruh kepada pihak ketiga yang bermanfaat disebut eksternalitas positif (Mangkoesoebroto 1993).

Kerusakan lingkungan akibat aktivitas orang lain merupakan suatu eksternalitas. Eksternalitas terjadi jika suatu kegiatan menimbulkan manfaat ataubiaya bagi kegiatan atau pihak di luar pelaksana kegiatan tersebut. Eksternalitas ditambah dengan biaya swasta disebut sebagai biaya sosial. Biaya social berkaitan dengan kerusakan lingkungan hidup yang dapat dianggap biaya pembangunan ekonomi (Randal 1987). Masalah utamanya adalah siapa yang harus menanggung biaya sosial tersebut, apakah biaya itu harus ditanggung oleh pihak yang menimbulkan korban atau pihak yang dirugikan, atau pemerintah. Para ekonom menyetujui agar pihak yang menimbulkan kerugian harus dikenai kewajiban untuk mencegah pencemaran atau diwajibkan membayar pajak sebesar kerugian yang ditimbulkannya atau sumber pencemar dipindahkan keluar daerah yang mengalami pencemaran (Suparmoko 1997).

Secara grafis terjadinya eksternalitas dapat dilihat pada Gambar1, dimana produksi optimum akan didapatkan pada saat polusi telah diperhitungkan sebagai biaya sosial yang harus dibayarkan dalam penambangan sehingga mengurangi

Putri et al. (2010) membagi eksternalitas berdasarkan sebab dan dampak yang dimunculkannya serta interaksi agen ekonomi. Eksternalitas berdasarkan interaksi agen ekonomi misalnya adalah sebagai berikut:

jumlah produksi berdasarkan harga pasar. Dengan kondisi ini tidak ada pihak yang dirugikan dalam sebuah aktivitas penambangan.