• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lucas Part anda Koest oro

2. Kilasan Sejarah

3.2. Dapur Gambir

Masyarakat kerap memperdengarkan kabar tentang keramik Cina - dalam bentuk wadah berupa guci dan tempayan - berserak di daerah berbukit-bukit di Pulau Lingga, Kepulauan Riau. Umumnya berada pada lahan yang relatif datar dan tertutup semak yang cukup lebat. Ada yang masih utuh, namun kebanyakan sudah dalam keadaan pecah.

Dalam sebuah kegiatan Balai Arkeologi Medan, bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lingga, melalui program Penelitian Arkeologi Pulau Lingga Dan Pulau Dabo Singkep pada akhir bulan September 2009 hingga awal bulan Oktober 2009, tim berkesempatan mendatangi tempat yang kerap dibicarakan masyarakat. Itu berkenaan dengan Bukit Pelawan di wilayah Desa Kelumu, Kecamatan Lingga, Kabupaten Lingga. Informasi keberadaannya diperjelas oleh Sdr. Lazuardi, staf Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lingga. Perhatiannya yang besar terhadap objek kepurbakalaan telah memungkinkan dijumpainya salah satu bentuk peninggalan masa Kerajaan Riau Lingga yang pernah digunakan untuk memproduksi komoditas unggulan pada masanya.

Situs di Kebun Cina Lama Pelawan menempati lereng Bukit Pelawan di wilayah Desa Kelumu, Kecamatan Lingga. Letaknya sekitar 15 kilometer di sebelah barat kota Daik. Pencapaian lokasi dengan menyusuri aliran Sungai Kelumu ke arah hulu, sekitar satu jam dari Desa Kelumu. Jalan setapak yang dilalui biasa digunakan masyarakat setempat saat mengambil kayu di hutan. Lokasi dapur gambir tersebut berada pada 0°13’ 49.9”LS dan 104°30’51.6” BT dengan ketinggian 94 meter dari permukaan laut.

Lokasi dapur gambir ini telah cukup lama ditinggalkan kelompok masyarakat pendukungnya. Lokasi perkebunan gambir dan dapur gambir/tempat pembuatan gambir itu sekarang telah kembali menjadi hutan. Kelompok masyarakat yang dahulu membudidayakan tanaman gambir dan membuat gambir tidak lagi berada di tempat tersebut. Mereka pindah ke tempat lain, ke kota atau tempat lain di tepian pantai dimana akses keluar masuk lebih mudah dan menekuni bidang pekerjaan lain. Lokasi dapur gambir saat ini dipenuhi pepohonan dan semak belukar.

Setelah dibersihkan, dijumpai pertapakan dapur gambir yang berorientasi utara – selatan. Bagian belakang lokasi, di sebelah utara, merupakan bagian bukit, sedangkan bagian depannya berada di sebelah selatan. Di sebelah kiri-kanan areal pemukiman tersebut dibatasi dinding tanah dan batu-batu, sedangkan di bagian belakang masih dijumpai dua batang pohon yang cukup besar membatasi kedua sisinya. Untuk mendapatkan areal yang datar penempatan unit-unit bangunan dapur gambir itu, bagian perbukitan diratakan sebagaimana tampak dari bekas pemotongan dinding bukit di bagian belakang.

Di areal yang pada bagian depannya merupakan aliran anak sungai ini memang sudah tidak tersisa lagi bangunan pemukiman. Hanya beberapa buah umpak batu yang mengindikasikan tempat tinggal dan serambi/teras. Selain umpak batu, juga dijumpai sisa tangga rumah yang terbuat dari batu, pagar batu, fragmen gerabah dan keramik serta dapur pembakaran pengolahan gambir. Sisa umpak rumah dijumpai di bagian paling di belakang pada bagian lahan yang paling tinggi yang dibentuk dengan memangkas tanah sekitar 350 cm sehingga lokasi yang luasnya sekitar 150 meter persegi tersebut menjadi bidang datar. Di bagian ini juga dijumpai sisa tungku yang biasa digunakan untuk memasak. Adapun tumpukan batu yang terdapat di sana, merupakan talud yang menjadi pembatas antara areal tempat bangunan tempat tinggal dengan halaman depan yang merupakan areal pengolahan tanaman gambir untuk dijadikan gambir. Sisa tumpukan batu yang merupakan pagar pembatas tersebut memiliki tinggi berkisar 50-60 cm yang terdiri dari 2 hingga 3 tumpukan batu.

Di halaman bagian depan, berlawanan dengan arah puncak bukit terdapat tungku pembakaran untuk memasak daun gambir. Tungku atau dapur dimaksud terdiri atas dua lubang yang masing-masing dibuat dengan menggali tanah sedalam sekitar 1 meter berdiameter 110 centimeter. Demikianlah tungku tadi terbentuk dalam tanah dengan dinding berupa tanah itu sendiri. Kedua kedua lubang tungku pembakaran terdapat dihubungkan

dengan sebuah saluran pembuang asap pada masing-masing lubang tungku yang berdiameter 25 centimeter.

Pada bagian depan tungku pembakaran terdapat lubang yang lebih rendah sekitar 20 cm posisinya dibandingkan dengan lubang sirkulasi asap. Lubang berukuran 40 cm yang dibuat menembus dinding tanah lubang tungku itu berfungsi sebagai tempat memasukkan kayu bakar, bahan bakar dalam proses pengolahan daun gambir. Di lihat dari barat atau timur (samping), mulut lubang tempat memasukkan kayu bakar itu berada di bagian lahan yang lebih rendah di sebelah selatan. Hal ini tentu untuk memudahkan orang saat memasukkan kayu bakar dan membersihkan/membuang abu sisa pembakaran di tungku tersebut.

Demikianlah bila diperhatikan, bagian lahan yang digunakan untuk tempat tinggal pekerja menempati bagian utara. Di bagian selatannya (depan) adalah areal tempat orang melakukan proses pengendapan getah gambir yang baru diolah. Lebih ke selatan, adalah areal untuk menempatkan tungku pengolahan gambir. Dan di depan tungku, di bagian lahan yang lebih rendah merupakan tempat untuk mempersiapkan daun gambir yang akan diolah untuk diambil getahnya. Lebih ke selatan, pada areal yang permukaannya lebih landai, berjarak sekitar 12 meter adalah tebing anak sungai yang airnya digunakan untuk memenuhi berbagai keperluan.

Foto 1. Talud batu pembatas halaman Foto 2. Sisa tungku dapur gambir

Di bagian dalam tungku tersebut sampai saat ini masih dijumpai beberapa fragmen keramik dan stoneware. Fragmen stoneware itu berasal dari wadah berupa kuali berukuran cukup besar. Dan di sekitar tungku dapur gambir itu juga ditemukan pecahan-pecahan mangkuk

keramik, fragmen botol-botol kaca serta beberapa pecahan wadah tembikar lainnya. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh R. Widayati M.Hum. (Direktorat Peninggalan Bawah Air, Ditjen Sejarah dan Purbakala, Kemenbudpar), diketahui bahwa kebanyakan keramik dan stoneware itu berasal dari Cina, dari abad ke-19 hingga awal abad ke-20.