• Tidak ada hasil yang ditemukan

St anov Purnawibowo

2. Data arkeologi di situs Benteng Putri Hijau

Data arkeologi yang dimaksud pada pembahasan kali ini adalah data artefaktual yang

memiliki dimensi bentuk (form), keruangan (spatial), dan waktu (temporal), serta data

kontekstual yang meliputi kuantitas data, provenience (keletakan data di muka bumi), matrik

(kondisi fisik endapan/deposan tanah yang melingkupi data) dan stratigrafi lapisan tanah,

serta asosiasi baik antar artefak dengan artefak, maupun artefak dengan matriknya.

2.1. Data artefaktual

Data artefaktual yang berhasil didapat dari situs ini terdiri dari berbagai macam ragam dan jenis. Ditinjau dari aspek formal/bentuk, jenis artefak lepas yang dijumpai berupa tembikar, keramik, logam, serta alat batu. Jenis artefak berbahan tanah yang dibakar seperti tembikar dan keramik ditemukan dalam kondisi fragmentaris, baik yang berasal dari permukaan tanah

maupun hasil ekskavasi. Jenis artefak ini sebagian besar merupakan wadah yang umum dipakai dalam aktivitas sehari-hari, seperti: mangkok, kendi, guci, tempayan, pasu, piring, serta teko. Adapun artefak berbahan logam yang ditemukan di sekitar situs berupa uang logam berbahan emas, selongsong peluru, peluru bulat, alat berbahan logam yang

diidentifikasi sebagai grathul (Jawa, alat pertanian untuk membersihkan tanaman dari gulma),

serta kerak besi seberat 7 gram yang ditemukan di kebun coklat/kakao (Theobroma cacao L.)

milik warga pada penelitian tahun 2008. Adapun artefak alat batu sumatralith berbahan

batuan beku juga ditemukan berjumlah 3 buah pada penelitian tahun 2008.

Ditinjau dari aspek temporal, data artefaktual yang ditemukan berasal dari berbagai rentang

masa. Jenis artefak sumatralith berasal dari masa pengaruh budaya prasejarah yang

diidentifikasi pernah ada di situs tersebut. Adapun jenis artefak fragmen tembikar dan keramik diidentifikasi berasal dari rentang masa abad XIII -- XVIII. Sedangkan untuk artefak logam berupa: mata uang emas diduga berasal dari Aceh abad XVII; selongsong peluru berasal dari masa abad XX yang digunakan untuk senapan serbu laras panjang CIPS FNC, Kaliber (KL) 5,56 mm buatan Belgia; proyektil bulat berbahan logam timah hitam berasal dari

masa abad XV – XX; serta grathul dari masa saat daerah tersebut merupakan lokasi

perkebunan tembakau pada akhir abad XIX hingga awal XX (BP3, 2008, dan Tim Peneliti, 2009).

Berkenaan dengan aspek spatial temuan artefaknya, diidentifikasi berasal dari luar daerah situs. Hal ini diidentifikasi karena belum ditemukannya indikasi tempat produksi artefak tersebut di sekitar lokasi penelitian. Adapun temuan fragmen keramik berasal dari Cina dan Thailand. Mata uang emas berasal dari Aceh, serta selongsong peluru buatan Belgia.

Sedangkan alat batu, pelor timah hitam, kerak besi dan grathul belum dapat diketahui secara

pasti (BP3, 2008, dan Tim Peneliti, 2009).

2.2. Data kontekstual

Data kontekstual yang didapat dari hasil penelitian tersebut di atas, secara garis besarnya merupakan perpaduan antara data artefaktual dengan data lingkungan di situs tersebut. Seperti yang telah disebutkan di atas, data kontekstual yang terdapat di situs Benteng Putri Hijau mayoritas didominasi oleh temuan fragmen tembikar dan keramik, selebihnya dalam kuantitas yang sedikit berupa artefak berbahan logam dan artefak berbahan batu. Tentu saja hal ini sangat lazim, apabila situs tersebut diidentifikasi sebagai sebuah situs permukiman yang menempati areal yang cukup luas di masa lalu.

Berdasarkan hasil penelitian tahun 2009, analisis stratigrafi dan geologi yang dilakukan oleh tim dari Puslitbang Arkenas Jakarta, dapat diketahui situs Benteng Puteri Hijau pada pengamatan lapangan memberikan kesan bahwa situs tersebut terletak pada suatu bentang alam yang alami, namun dalam penentuan secara ilmiah dibutuhkan beberapa data dan pengamatan yang lebih detail.

Dalam aktivitas ekskavasi di situs Benteng Puteri Hijau, untuk memudahkan pendokumentasian dan pendeskripsian data, areal tersebut dibagi dalam 5 (lima) sektor,

pada masing-masing sektor ditentukan kotak-kotak galian (Tim peneliti, 2009).

 Sektor I berada di bagian utara situs, yang saat ini menjadi areal pertanian penduduk

dan di sektor ini digali 5 (lima) kotak.

 Sektor II meliputi daerah yang berada di bagian tengah situs Benteng Puteri Hijau

yang merupakan permukiman penduduk, dan di sektor ini digali 5 (lima) kotak.

 Sektor III meliputi daerah di bagian tenggara kawasan ini, di bagian selatan Pancuran

Putri Gading, dan di sektor ini digali 7 (tujuh) kotak.

 Sektor IV meliputi daerah yang berada di dalam wilayah perumahan Taman Sri Deli

milik perum PERUMNAS, dan di sektor ini digali 5 (lima) kotak.

 Sektor V meliputi daerah yang berada di luar areal benteng yang masih termasuk

wilayah perumahan Taman Sri Deli milik perum PERUMNAS, dan di sektor ini digali 1 (satu) kotak.

Denah layout kotak ekskavasi di situs Benteng Putri Hijau (sumber: Tim peneliti, 2009).

Berdasarkan pengamatan lapangan secara vertikal, maka dari beberapa kotak ekskavasi, diambil dua sampel kotak yang menggambarkan tentang strata lapisan tanah yang alami di Situs Benteng Putri Hijau dan sekitarnya (Tim Peneliti, 2009), yaitu:

 Lapisan pertama setebal 30 cm berwarna coklat tua kehitaman yang merupakan

lapisan penutup (overburden) atau disebut juga dengan humus, bersifat agak plastis

dengan butiran pasir yang sangat halus.

 Lapisan kedua setebal 115 cm berwarna coklat muda, berupa lempung liat, plastis.

Lapisan kedua ini dapat diuraikan sebagai berikut; bagian atas mengandung butiran

pasir berukuran halus (0,25 -- 0,50 mm), bagian tengah mengandung butiran pasir

berukuran sedang (0,50 mm -- 1,1 mm), bagian bawah mengandung butiran pasir berukuran kasar (1,5 -- 2 mm).

 Lapisan ketiga setebal 5 cm merupakan batuan dasar (bedrock) berwarna coklat

keabu-abuan. Batuan dasar ini terbuat dari batupasir (sandstone) dari kelompok

batuan sedimen.

Gambar: Stratigrafi Kotak 3, Sektor III, strata lapisan teratur (sumber: Tim peneliti, 2009)

Kotak 1, Sektor IV: mempunyai kedalaman 155 cm dengan dua lapisan yaitu:

 Lapisan pertama setebal 32 cm berwarna coklat tua kehitaman yang merupakan

lapisan penutup (overburden) atau disebut juga dengan humus, bersifat agak plastis

dengan butiran pasir yang sangat halus.

 Lapisan kedua setebal 123 cm berwarna coklat muda, berupa lempung liat, plastis.

Lapisan kedua ini dapat diuraikan sebagai berikut; bagian atas mengandung butiran

pasir berukuran halus (0,25 - 0,50 mm), bagian tengah mengandung butiran pasir

berukuran sedang (0,50 mm - 1,1 mm), bagian bawah mengandung butiran pasir berukuran kasar (1,5 mm - 2 mm).

Pengamatan pada beberapa kotak ekskavasi lain (di luar dua buah kotak ekskavasi yang telah disebutkan di atas), baik kotak ekskavasi yang terletak di atas benteng tanah maupun yang berada di bawah benteng (dataran dekat benteng) yaitu Kotak 1, Sektor I; Kotak 1, Sektor II; Kotak 1, Sektor III; Kotak 3, Sektor III; Kotak 4, Sektor III; dan Kotak 2, Sektor IV (Tim Peneliti, 2009).

Adapun uraian stratigrafi lapisan tanah pada setiap kotak tersebut di beberapa sektor dapat dijelaskan sebagai berikut:

 Kotak 1, Sektor I: lapisan tanah pada kotak ini menunjukkan adanya strata yang tidak

teratur atau strata tanah di kotak ini telah teraduk.

 Kotak 1, Sektor II: lapisan tanah pada kotak ini menunjukkan adanya strata yang tidak

teratur atau strata tanah di kotak ini telah teraduk, lapisan pertama menerobos ke lapisan kedua.

 Kotak 1, Sektor III, terletak di puncak benteng tempat lapisan tanah yang ditemukan,

merupakan lapisan yang seharusnya berada pada kedalaman tertentu.

 Kotak 4, Sektor III, yang berbentuk memanjang atau disebut dengan kotak parit uji

(trench) dengan tiga sub kotak memperlihat strata tanah yang telah teraduk, misalnya di Kotak 4Z lapisan kedua seharusnya terletak di bagian atas, di Kotak 4Y dan kotak 4X lapisan tanahnya seharusnya berada pada kedalaman tertentu.

 Kotak 2, Sektor III, lapisan tanah yang terdeteksi baru mencapai kedalaman 10 cm,

sehingga belum bisa memberikan gambaran strata tanah yang utuh.

 Kotak 2, Sektor IV, lapisan tanah kedua seharusnya berada pada lapisan kedua

bagian bawah yang mengandung butiran pasir berukuran kasar.

Dari enam kotak ekskavasi yang telah diamati, dapat dijelaskan bahwa strata (lapisan) tanahnya tidak memperlihatkan aturan perlapisan tanah yang alami seperti yang terlihat di Kotak 3 Sektor III dan Kotak 1, Sektor IV.

3. Cultural transform dan jenis konteks arkeologi di situs Benteng Putri Hijau